Indahnya Alam Indonesia

Bukan kemewahan yang menentukan manusia untuk bahagia tetapi suasana hati orang-orang di sekitar kitalah yang membuat hidup ini jadi lebih berarti

Arti Sebuah Kata "Pulang"

Ada saatnya kita hidup untuk pulang, pulang pada sang maha Pencipta atau Pulang untuk keluarga

Bunga

Hiduplah seperti bung yang memberikan warna yang indah bagi sekelilingmu

Sendiri Itu Perlu

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika tiada orang yang melihatmu

Lepaskanlah Tawamu

Dari senyum merekalah hati ini okut bahagia wahai anak=anak Indonesiaku

Thursday, December 14, 2017

Menjadi Kontrarian Seperti Lo Kheng Hong

Bila anda adalah trader atau investor yang sudah lebih dari setahun membaca-baca berita investasi maka anda tidak akan asing mendengar tokoh bernama Lo Kheng Hong. Kendati minim ekspos di media namun Lo Kheng Hong sangat terkenal di Bursa Efek Indonesia. Kesuksesannya dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia telah membuat ia dijuluki sebagai "Warren Buffett Indonesia". Hal itu karena gaya berinvestasi Lo Kheng Hong mirip dengan Warren Buffett yang yakni berinvestasi secara jangka panjang dan terlihat kontrarian. Lo Kheng Hong sangat terkenal sebagai investor yang kontrarian. Kebanyakan investasi suksesnya berasal dari saham-saham yang tidak diapresiasi pasar. Dia membeli saham yang tertidur dan saham yang mengalami penurunan besar karena sentimen negatif pasar. Anehnya dia bisa berhasil mendapatkan keuntungan besar dari investasi yang dilakukannya.

Lo Kheng Hong
Lo Kheng Hong si Warren Buffett Indonesia

Hal itu sama dengan Warren Buffett yang membeli saham ketika adanya sentimen negatif yang menjatuhkan harga saham. Alhasil dengan adanya sentimen negatif, harga saham menjadi sangat murah dan undervalue. Ketika sentimen negatif tersebut berangsur hilang, harga sahamnya akan kembali ke nilai wajarnya. Investor kontrarian seperti Warren Buffett dan Lo Kheng Hong mendapatkan keuntungan dengan cara ini. Menjadi kontrarian memang berisiko tinggi namun bila dilakukan dengan benar maka investor kontrarian akan mendulang keuntungan yang sangat besar pula.

Kisah investasi terkenal yang dilakukan Lo Kheng Hong adalah ketika ia membeli saham UNTR pada saat terjadi krisis moneter di tahun 1998. Kala itu UNTR menderita kerugian yang besar karena krisis moneter memberikan dampak kenaikan dollar. UNTR yang sangat bergantung pada kurs mengalami kerugian kurs dalam jumlah yang besar. Akibatnya harga saham UNTR turun dengan besar pada saat krisis moneter. Mungkin kebanyakan investor akan menghindari saham seperti ini namun Lo Kheng Hong tidak, dia memborong saham UNTR dengan analisa bahwa kerugian UNTR hanya sementara karena ketika harga kurs stabil maka UNTR tidak kembali merugi. Prediksi Lo Kheng Hong benar dan sekarang UNTR merupakan salah satu saham LQ 45 yang bagus secara fundamental.

Kisah lainnya adalah ketika Lo Kheng Hong membeli saham Multi Breeder Adirama Indonesia (MBAI) yang sekarang merupakan anak usaha dari Japfa Comfeed (JPFA). Kala itu harga saham MBAI hanya dihargai Rp 250/lembar di tahun 2005 dan merupakan saham yang tertidur dan jarang ditransaksikan di bursa. Lo Kheng Hong membeli saham MBAI karena valuasinya yang sangat murah dengan PER yang hanya 0,2. Sangat sedikit investor yang tahu namun Lo Kheng Hong menyadarinya dan kembali memborong sahamnya. Akhirnya di tahun 2011 Lo Kheng Hong menjual MBAI dengan harga Rp 31.500/lembar dan mendapatkan keuntungan 125x lipat dalam waktu 6 tahun.

Saat ini Lo Kheng Hong senang dengan saham-saham yang bergerak pada sektor pertambangan yakni PTRO, INDY dan bahkan BUMI yang beberapa tahun lalu dibuang-buang investor karena harga komoditas yang turun. Namun sekarang di tahun 2017 saham komoditas sudah berangsur naik kembali dan Lo Kheng Hong mendapatkan keuntungan yang besar dari investasinya. "Buy in bad times, sell in good times and you will be rich" itulah kata-kata yang ia berikan. Menjadi kontrarian ternyata adalah jalan kesuksesan untuk Lo Kheng Hong. Gaya investasi dari Lo Kheng Hong terbukti memberikan keuntungan dan tidak ada salahnya jika kita meniru gaya investasi kontrarian seperti Lo Kheng Hong.

Lalu bagaimana cara kita bisa meniru gaya dari Lo Kheng Hong?

1. Kuatkan Mental
Menjadi kontrarian berarti anda harus siap untuk melawan arus pasar. Hal itu karena seorang kontrarian akan berpendapat lain dengan pasar. Ketika pasar menjatuhkan harga saham, seorang kontrarian akan membelinya dan hal itu membutuhkan mental yang tinggi dalam melakukan transaksi. Bayangkan saja anda membeli saham yang dibuang-buang oleh investor lain karena sentimennya yang negatif ditambah fundamentalnya yang memburuk. Jika anda tidak memiliki mental yang kuat maka anda tidak akan pernah bisa membeli saham-saham kontrarian karena takut. Oleh karena itu melatih mental sangatlah perlu, yakinkan diri ketika membeli saham-saham yang bersifat bertolak belakang dari pasar. Lo Kheng Hong sangat yakin dengan investasinya, meskipun pasar tidak mengapresiasi ia tetap berpegang teguh dengan analisanya. Hal inilah yang membedakan Lo Kheng Hong dengan investor kebanyakan.

2. Berinvestasi Jangka Panjang
Lo Kheng Hong selalu berinvestasi dalam jangka waktu tahunan. Ia percaya bahwa berinvestasi membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Jika saja Lo Kheng Hong tidak sabar maka ia tidak akan mendapatkan keuntungan yang besar di saham UNTR dan MBAI. Kunci kesuksesan Lo Kheng Hong terletak pada keberaniannya berinvestasi jangka panjang. Walaupun membosankan namun keuntungan dari investasinya tidak membosankan. Mungkin saham yang dibeli akan mengalami penurunan atau stagnan selama bertahun-tahun namun cepat atau lambat pasar akan mengapresiasi saham yang salah harga dan mengembalikannya ke harga wajarnya.

3. Investasi Besar Agar Untung Besar
Ketika Lo Kheng Hong membeli saham jumlahnya tidak main-main yakni sebesar jutaan lembar. Hal itu akan sulit kita lakukan karena memiliki modal yang berbeda. Namun yang perlu dipahami adalah Lo Kheng Hong berinvestasi lebih dari 90% dari aset yang ia miliki, jadi aset terbesar yang ia miliki adalah dalam bentuk saham. Sisanya yang kedua adalah dalam bentuk cash dan aset properti yang jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan total kekayaannya yang mencapai Rp 2,5 triliun. Kebanyakan investor ketakutan dalam menempatkan sebagian besar asetnya ke dalam instrumen saham. Padahal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal maka dibutuhkan investasi yang maksimal juga. Lo Kheng Hong dan Warren Buffett menyadari ini dan ketika harga sahamnya naik maka efeknya terhadap total aset yang dimiliki sangat terasa.

Kesimpulan:
Menjadi investor kontrarian seperti Lo Kheng Hong mungkin akan sulit dilakukan namun terbukti menjanjikan. Mental yang kuat, orientasi jangka panjang dan berani untuk berinvestasi secara besar-besaran adalah kunci kesuksesan dari Lo Kheng Hong dalam karirnya berinvestasi saham. Dulu Lo Kheng Hong hanya pegawai biasa namun sekarang ia sudah menjadi investor yang asetnya triliunan hanya karena berinvestasi saham. Lo Kheng Hong membuktikan bahwa siapapun bisa mendapatkan kekayaan dari dunia saham.

Wednesday, December 13, 2017

Melihat Daftar Orang Terkaya Di Indonesia Versi Forbes 2017

Baru-baru ini forbes telah merilis daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia jika di total melebihi $100 miliar yakni $126 miliar! Jumlah ini naik dari angka $99 miliar pada tahun lalu. Harga saham di Indonesia yang naik di tahun ini membuat banyak orang kaya yang naik asetnya pula. Nilai kekayaan 10 orang terkaya di Indonesia naik setidaknya 10% karena harga saham di Indonesia (IHSG) naik sebesar 17%. Banyak aset orang-orang terkaya di Indonesia berada dalam bentuk ekuitas perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Contohnya saja Robert Budi & Michael Hartono yang kepemilikannya di Bank BCA (BBCA) mencapai 55%. Saham BBCA yang naik pesat yakni sekitar 60% di tahun ini membuat kekayaan kakak beradik tersebut meningkat.
Orang Kaya

Daftar tahun ini dikejutkan dengan hadirnya dua sosok perempuan yang bergabung dalam 50 orang terkaya di Indonesia yaitu Arini Subianto dan Martini Mulyadi. Arini Subianto mewarisi kekayaan dari ayahnya Benny Subianto yang meninggal dunia pada Januari 2017. Meneruskan ayahnya, Arini menjadi pemimpin perusahaan yang bernama Persada Capital Investama yang bergerak dalam investasi ke dalam berbagai macam sektor. Nilai kekayaan Arini ditaksir mencapai $820 juta yang menjadikannya ke dalam salah satu dari 50 orang terkaya di Indonesia.


Dalam daftar orang terkaya di tahun 2017 ini banyak bermunculan nama-nama baru. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa munculnya nama-nama baru tersebut dikarenakan adanya program tax amnesty yang dilakukan pada tahun lalu dan membuat banyak pengusaha yang melaporkan kekayaannya untuk mendapatkan pengampunan pajak. Nilai kekayaan orang-orang terkaya di Indonesia cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu. Indeks IHSG yang meningkat dalam setahun ini membuat banyak pengusaha kaya yang meningkat asetnya. Contohnya saja Tahir yang di tahun 2016 memiliki kekayaan sebesar $2 miliar sekarang meningkat menjadi $3,5 miliar karena harga saham Mayapada (MAYA) yang meningkat pesat dalam setahun ini. Hal itu juga terjadi pada Sri Prakash Lohia yang memiliki banyak saham di Indorama Synthethic (INDR) sahamnya meningkat 50% dalam setahun yang menyebabkan kekayaannya meningkat dari dari $4,2 miliar di tahun 2016 menjadi $6,4 miliar di tahun ini. Berikut ini adalah daftar 10 orang terkaya versi forbes 2017.

1. Robert Budi & Michael Hartono

Budi & Michael Hartono
Umur                                        : Budi Hartono (77 tahun) & Michael Hartono (78 tahun)
Jumlah Kekayaan                      : $32,3 miliar (Rp 436 triliun)
Sumber Kekayaan                     : Perusahaan Rokok Djarum dan Bank BCA
Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong,  adalah seorang pengusaha terkaya di Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Kisah bisnisnya bermula ketika ayahnya mengakuisisi perusahaan rokok yang hampir bangkrut di tahun 1950. Kemudian ayahnya mengubah namanya menjadi Djarum lalu memasarkan produknya. Ternyata rokok tersebut laris di pasaran dan bisnis rokok Djarum pun berkembang dengan pesat. Namun sayang pada tahun 1963 terjadi kebakaran yang hampir memusnahkan perusahaan tersebut dan ayahnya meninggal dunia tak lama kemudian di tahun yang sama. Tanpa putus asa Budi Hartono yang berumur 22 tahun dan kakaknya membangun kembali perusahaan tersebut dan menjadikannya salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Selain rokok Budi Hartono dan kakaknya menguasai 51% saham Bank BCA (BBCA) melalui Farindo Holding.Ltd.
Sedangkan  Michael Bambang Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Siang adalah salah satu pemilik perusahaan Djarum dan Bank BCA. Hampir sama dengan adiknya Budi Hartono kekayaannya terpusat pada dua perusahaan tersebut. Perjalanan bisnisnya pun mengikuti Budi Hartono karena mereka bahu membahu membangun kerajaan bisnis dari perusahaan rokok yang hampir musnah menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang bernama Djarum.

2. Eka Tjipta Widjaja

Eka Tjipta Widjaja

Umur                                            :  94 tahun
Jumlah Kekayaan                          : $9,1 Miliar
Sumber Kekayaan                         : Sinar Mas
Nama asli Eka Tjipta Widjaja adalah Oei Ek Tjhong, beliau dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di China, Ia terlahir dari keluarga yang amat miskin. Ia pindah ke Indonesia saat umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar. Pantang menyerah dalam berbisnis Eka Tjipta berhasil mendirikan Sinar Mas yang bisnis utamanya adalah pulp dan kertas, agribisnis, properti dan jasa keuangan.

3. Susilo Wonowidjojo

Susilo Wonowidjojo

Umur                                              : 61 tahun
Jumlah Kekayaan                            : $8,8 miliar
Sumber Kekayaan                           : Gudang Garam
Susilo Wonowidjojo (Cai Daoping) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia adalah anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam, perusahan rokok kretek di Kediri, Jawa Timur. Pada 2000, ia menggantikan kakaknya Rahman Halim atau Tjoa To Hing (anak pertama Surya Wonowidjojo) sebagai pimpinan Gudang Garam yang meninggal pada 27 Juli 2008 di Singapura. Saat ini Gudang Garam merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.

4. Anthoni Salim

Anthony Salim

Umur                                                : 68 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $6,9 miliar
Sumber Kekayaan                             : Grup Salim
Anthony Salim lahir dari keluarga yang tergolong mapan. Ayahnya, Sudono Salim adalah pemimpin dari Salim Group yang pada akhirnya diteruskan oleh Anthony Salim sendiri. Perusahaan paling penting yang dimiliki Anthony Salim adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bogasari Flour Mills. Saat ini Indofood merupakan salah satu produsen makanan terbesar di Indonesia dan Bogasari merupakan perusahaan tepung terigu yang terkemuka di Indonesia.

5. Sri Prakash Lohia

Sri Prakash Lohia

Umur                                                : 65 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $6,4 miliar
Sumber Kekayaan                             : Perusahaan Tekstil Indorama Corporation
Pindah ke Indonesia pada tahun 1973 kemudian ia merintis Indorama Corporation di tahun 1976. Perusahaan itu kemudian olehnya bergerak di bidang tekstil dengan memproduksi benang pintal. Bisnisnya yang berkembang membuat perusahaan itu merambah dan melakukan diversifikasi ke industri serat polyester.  Saat ini Indorama merupakan salah satu perusahaan tekstil terdepan di Asia.

6. Boenjamin Setiawan

Boenjamin Setiawan

Umur                                                : 84 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $6,4 miliar
Sumber Kekayaan                             : Perusahaan Tekstil Indorama Corporation
dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D. (Khouw Liep Boen, lahir pada tahun 1933) lebih dikenal dengan "Dr. Boen" adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Bersama 6 saudaranya, ia mendirikan PT Kalbe Farma, bergerak dibidang farmasi, yang berkembang menjadi Grup Kalbe. Grup Kalbe berkembang kebeberapa lini, diantaranya: farmasi, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, sarana riset modern, pendidikan (Kalbis Institute) dan rumah sakit.

7. Chairul Tanjung

Chairul Tanjung
Umur                                                : 55 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $3,6 miliar
Sumber Kekayaan                             : Perusahaan Konglomerasi CT Corp
Chairul Tanjung memulai bisnisnya ketika ia masih kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Kini perusahaan konglomerasi miliknya yaitu CT Corp, menjadi perusahaan yang memiliki anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega dan CT Global Resources. Selain berbisnis Chairul Tanjung juga terjun ke pemerintahan sebagai menteri di era Susilo Bambang Yudhoyono. Dia juga menulis buku yang bernama "Si Anak Singkong" yang menjelaskan tentang riwayat hidupnya.

8. Tahir
Tahir

Umur                                                 : 65 tahun
Jumlah Kekayaan                               : $3,5 miliar
Sumber Kekayaan                              : Perusahaan Konglomerasi Grup Mayapada
Dato'Sri Tahir adalah seorang pengusaha di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi seorang pengusaha muda. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang cukup beraneka ragam dan kesemuanya sukses. Dari garmen lambat laun Dr Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain, dia masuki bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambat dari dealer mobil, garmen, perbankan, sampai di bidang kesehatan. Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya hingga saat ini.

9. Mochtar Riady


Umur                                                  : 88 tahun
Jumlah Kekayaan                                : $3 miliar
Sumber Kekayaan                               : Perusahaan Konglomerasi Grup Lippo
Mochtar Riady adalah pengusaha keturunan Tionghoa yang merupakan pendiri Lippo Group. Pada awalnya ia bercita-cita menjadi bankir dan kemudian bekerja di berbagai bank. Kemudian setelah sukses berkarir di industri perbankan ia mendirikan Lippo Group. Saat ini Lippo Group memiliki berbagai lini bisnis di berbagai sektor perekonomian yaitu industri keuangan, infrastruktur, properti, indsutri elektronik hingga retail.

10. Jogi Hendra Atmadja 

Jogi Hendra Atmadja

Umur                                                  : 71 tahun
Jumlah Kekayaan                                : $2,7 miliar
Sumber Kekayaan                               : Grup Mayora
Jogi Hendra Atmadja merupakan kepala dari Grup Mayora yang merupakan produsen makanan kemasan terbesar di Indonesia. Sejak awal terbentuk, Jogi Hendra Atmadja menjabat sebagai komisaris utama. Jogi dan keluarganya memiliki konsentrasi investasi yang besar di Grup Mayora.


Wednesday, December 6, 2017

Bank Indonesia Melarang Penggunaan Bitcoin Mulai Tahun 2018

Bitcoin yang mulai populer di kalangan masyarakat Indonesia ternyata tidak mendapatkan restu dari Bank Sentral Indonesia yaitu BI. Pasalnya dalam waktu dekat Bank Indonesia akan mengeluarkan kebijakan baru yang melarang penggunaan Bitcoin dalam bentuk apapun baik itu investasi maupun sebagai alat pembayaran. Rencananya Bank Indonesia akan mengeluarkan peraturan yang biasa dikenal sebagai Peraturan Bank Indonesia (PBI) untuk melarang seluruh aktivitas yang berkaitan dengan Bitcoin mulai tahun 2018. Bank Indonesia juga meminta kepada merchant untuk tidak menggunakan Bitcoin sebagai alat transaksi. Belum adanya kejelasan mengenai bitcoin merupakan salah satu alasan dikeluarkan peraturan ini. Bank Indonesia tidak akan menanggung risiko yang terjadi dalam penggunaan Bitcoin sebagai media transaksi.
Enkripsi Bitcoin
Bitcoin Teridiri Dari Kode-Kode yang Terenkripsi

Harga Bitcoin terus merangkak naik di tahun ini dengan tingkat imbal hasil lebih dari 1400% dalam setahun ini. Kenaikan harga yang signifikan ini membuat orang-orang berbondong-bondong untuk membeli Bitcoin sebagai salah satu instrumen investasi. Bahkan banyak juga orang Indonesia yang melihat peluang ini memanfaatkan momentum untuk mencari keuntungan dan sudah banyak orang Indonesia yang diuntungkan oleh kenaikan harga Bitcoin. Kenaikan harga Bitcoin yang terjadi secara terus-menerus membuat orang-orang berpikir bahwa harga Bitcoin tidak memiliki batasan tertinggi. Rekor demi rekor terus dipecahkan oleh Bitcoin dan sekilas membuat Bitcoin menjadi investasi yang tidak akan merugikan. Kendati demikian Bank Indonesia tidak memberikan restu yaitu dengan tidak mengizinkan penggunaan Bitcoin dalam bentuk apapun. Lalu mengapa? Berikut analisanya:

1. Sifatnya yang Anonymous
Bitcoin merupakan salah satu dari berbagai macam cryptocurrency yang beredar di pasar dunia. Mata uang yang lain contohnya adalah Ethereum, Litecoin, Monero, Dash, Panthomcoin, dll. Semua cryptocurrency memiliki kesamaan yaitu sifatnya yang anonymous. Dari namanya sudah terlihat bahwa cryptocurrency adalah mata uang yang terenkripsi yaitu sebuah bentuk pengamanan informasi dengan membentuk kode yang tidak dapat dibaca tanpa pengetahuan khusus. Dengan adanya enkripsi ini maka seluruh transaksi pada Bitcoin sangat sulit untuk diketahui informasinya. Hal itu akan berbeda jika kita melakukan transaksi dengan bank yang informasinya jelas terlihat (rekening ke rekening).

2. Penggunaan Tindak Kejahatan
Karena sifatnya yang anonymous dan informasi yang tidak dapat diakses dengan leluasa maka terdapat peluang untuk melakukan tindakan kejahatan dengan cryptocurrency. Penggunaan untuk transaksi narkoba, penyuntikan dana untuk terorisme dan transaksi-transaksi untuk kegiatan kejahatan lain tidak dapat diketahui dengan menggunakan Bitcoin. Hal itu karena Bitcoin bersifat anonymous dan berbeda dengan bank biasa. Bila kita bertransaksi dengan Bitcoin maka kita akan menggunakan Wallet yang merupakan alamat tempat penyimpanan cryptocurrency kita. Wallet tersebut dapat digunakan untuk menjual Bitcoin ke pasar secara langsung untuk mendapatkan cash. Transaksi dengan menggunakan Bitcoin terenkripsi dengan baik sehingga tidak dapat diketahui siapa yang mentransfer dan yang ditransfer. Hal itu berbeda dengan bank yang terlihat detail transaksinya nama pemilik rekening. Pemerintah dapat menggunakan kekuasaannya untuk melacak dan mengungkap detail transaksi dengan alasan hukum kepada bank. Nilai transaksi, nama pemilik rekening, waktu transaksi dan detail lain bisa didapatkan. Hal itu berbeda dengan Bitcoin yang sifatnya anonymous sehingga pemerintah tidak dapat mengetahui informasi dibaliknya. Hal inilah yang dapat digunakan untuk menjalankan tindakan kejahatan.

3. Instrumen Investasi yang Spekulatif
Harga Bitcoin yang naik secara drastis tidak membuat semua pihak setuju bahwa Bitcoin merupakan salah satu investasi yang valid. Belajar dari berbagai jenis sejarah investasi di masa lampau kita dapat menyimpulkan bahwa investasi Bitcoin sedang berada di masa bubble. Itu karena Bitcoin tidak memiliki nilai fundamental yang jelas dibaliknya. Hal tersebut memiliki risiko karena bisa saja Bitcoin akan turun harganya dan membuat masalah perekonomian ketika bubble itu pecah. Hal ini sudah dipelajari oleh Bank Indonesia sehingga melarang penggunaan Bitcoin karena sangat spekulatif. Jika bubble Bitcoin pecah akan banyak pihak yang dirugikan dan Bank Indonesia tidak menginginkan hal tersebut.

4. Bank Sentral Tidak Dapat Mengendalikan Pasar
Kebutuhan dan suplai Bitcoin digerakkan oleh pasar dunia dan penambangan Bitcoin. Sifatnya yang anonymous dan lepas dari kebijakan pemerintah membuat Bitcoin sulit dikendalikan. Bank Sentral tidak menginginkan adanya instrumen keuangan yang tidak dapat diatur pergerakannya. Lain halnya dengan mata uang rupiah, Bank Indonesia dapat mengeluarkan kebijakan untuk mengendalikan peredarannya karena sejatinya Bank Sentral yang membuat mata uangnya sendiri.

5. Terdapat Negara-Negara yang Melarang Bitcoin
Tidak hanya di Indonesia, Bitcoin juga dilarang atau dibatasi di beberapa negara besar seperti Rusia, Cina dan India. Alasan yang menjadi pertimbangan dilakukan kebijakan tersebut oleh pemerintah Cina, Rusia dan India relatif sama yaitu sifatnya yang anonymous dan spekulatif membuat sulitnya Bitcoin untuk dikendalikan. Namun negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa melegalkan Bitcoin sebagai alat transaksi. Bila dilihat dari perspektif pemerintah maka Bitcoin memang berbahaya dan alasan itulah yang membuat banyak negara yang juga melarang penggunaan Bitcoin.

Kesimpulan:
Langkah Bank Indonesia dalam melarang Bitcoin merupakan hal yang bijak karena sifatnya yang sulit dikendalikan akan membuat hal-hal tak terduga terjadi. Untuk sementara ini Bitcoin dapat dilarang penggunaannya karena bersifat spekulatif dan belum terbukti kredibilitasnya sebagai instrumen investasi yang solid. Perlu adanya pengamatan lebih lanjut tentang keuntungan Bitcoin secara fundamental untuk membuat Bitcoin dapat diterima sebagai salah satu instrumen investasi yang baik.

Monday, December 4, 2017

5 Saham Dividen yang Bagus Dibeli Pada Desember 2017

Akhir November ditutup dengan penurunan IHSG yang cukup besar yakni hingga -1,8%. Hal itu membuat sebuah peluang untuk membeli saham di harga yang lebih murah pada bulan Desember ini. Selain itu bulan Desember adalah bulan yang baik karena banyak perusahaan yang sudah mengeluarkan laporan keuangan Q3 2017. Dengan melihat laporan keuangan Q3 2017 maka dapat dijadikan acuan untuk mengatur portofolio kita diakhir tahun. 

Dividen
Di Bursa Efek Indonesia ada banyak saham yang memberikan dividen. Ada yang memberikan dividen dengan persentase yang besar dari harganya dan ada pula yang kecil. Investor sebaiknya menghindari jumlah dividen yang terlampau besar karena dividen itu sulit untuk berulang di tahun-tahun berikutnya sehingga tidak cocok untuk investasi jangka panjang. Dividen yang baik adalah yang jumlahnya normal tapi bertumbuh tiap tahunnya mengikuti laba dari perusahaannya. Pertumbuhan dividen yang terus menerus dalam bertahun-tahun akan membuat investornya balik modal hanya dari dividen tersebut. Langsung saja berikut adalah daftarnya:

1. Telekomunikasi Indonesia (TLKM)
TLKM
Saham Telekomunikasi sudah turun lebih dari 10% dari harga tertingginya 4800 menjadi 4200 di bulan Desember. Penurunan tersebut merupakan koreksi untuk saham TLKM karena saham ini sudah naik banyak hingga menyentuh harga tertingginya di 4800. Dalam laporan keuangan TLKM Q3 2017 ceritanya tidak berubah banyak, Pendapatan dan laba bersih meningkat double digit yaitu pendapatan meningkat sebesar 12,5% dan laba bersih meningkat sebesar 22%. Di harga 4200 saham TLKM memiliki dividen yield sebesar 3,3% dan diproyeksikan akan meningkat di tahun 2018 karena peningkatan laba bersih dan secara sejarah memang dividen TLKM selalu meningkat.

2. BFI Finance (BFIN)
BFINSaham BFI Finance sudah meningkat pesat dalam setahun terakhir. Bayangkan saja saham konservatif seperti ini sudah meningkat lebih dari 90% dalam setahun. Kendati sudah meningkat pesat namun saham BFIN tetaplah murah. Saat ini di harga 690 saham BFIN diperdagangkan dengan PER 9,5. Karena harganya murah BFIN terlihat royal dalam membagikan dividen karena memiliki dividen yield 4,9% namun sebenarnya tidak karena dividen tersebut memiliki dividen yield ratio dibawah 50%. Secara sejarah dividen BFIN selalu meningkat mengikuti laba bersihnya. Hal yang menggembirakan terjadi pada Q3 2017 ini yaitu pendapatan meningkat sebesar 23% dan laba bersih sebesar 52%. Diharapkan dividen BFIN meningkat secara double digit di tahun 2018 mengikuti laba bersih tahun 2017 ini.

3. Adi Sarana Armada (ASSA)
ASSASaham Adi Sarana Armada tidak banyak berubah di tahun ini dan stabil di level 210. Kendati demikian kinerja ASSA cukup cemerlang dengan membukukan kenaikan laba 84% pada Q3 2017 namun pendapatannya hanya meningkat 9%. Peningkatan laba yang pesat ini bersumber pada efisiensi perusahaan sehingga meski pendapatannya meningkat kecil, namun labanya meningkat pesat. Di harga 210 saham ASSA diperdagangkan dengan PER 7,6 dan memiliki dividen yield sebesar 3,2%.

4. Bank Negara Indonesia (BBNI)
BBNI
BBNI merupakan salah satu bank BUMN yang berkinerja baik di tahun ini. Melanjutkan pertumbuhan, kredit BBNI tumbuh 13,3% dan laba bersih tumbuh 31% pada Q3 2017 ini. Dulu saya pernah merekomendasikan BBNI untuk menembus 8000 di artikel ini. Target tersebut telah tercapai namun saham BBNI di harga 8200 masih terlihat sangat undervalue jika dibandingkan dengan emiten bank BUMN yang lain. Nilai PER saham BBNI di harga 8200 adalah 11 sedangkan BMRI sebesar 21, BBRI sebesar 14. Secara kinerja dan valuasi saham BBNI setara dengan BBTN namun dividen yield BBNI lebih besar yakni sebesar 2,6% dibandingkan BBTN yang hanya sebesar 1,5% di harga 3300. Rasio dividen BBNI sebesar 35% dan BBNI mengajukan rasio dividen 25% untuk tahun depan yang berarti merupakan penurunan. Namun penurunan itu berarti perseroan berniat untuk melakukan ekspansi dan akan menjadi modal yang leluasa untuk BBNI berekspansi.

5. Acset Indonusa (ACST)
ACST
Tidak hanya emiten konstruksi BUMN, sentimen negatif juga terjadi pada emiten konstruksi swasta. Acset Indonusa merupakan salah satu yang terkena dampaknya. Saham ACST telah turun sebesar -9,5% dalam setahun terakhir kendati kinerjanya yang cemerlang. Seperti emiten konstruksi BUMN kinerja ACST sangat cemerlang dengan pertumbuhan pendapatan 50% dan laba bersih sebesar 178% dan seperti emiten konstruksi BUMN harga sahamnya bertolak belakang terhadap kinerjanya. Saham ACST membagikan dividen secara interim dengan total dividen tahun ini sebesar 69 yang mencerminkan dividen yield sebesar 2,4%.



Kesimpulan:
Itulah kelima saham dividen yang sangat potensial pada Desember 2017. Pertumbuhan kinerja yang pesat dan dividen yang diterima akan membuat investor pada saham tersebut mendapatkan dua buah keuntungan sekaligus.

Friday, December 1, 2017

Review Bulanan Pasar November 2017

Pada sepanjang bulan November IHSG bergerak fluktuatif dengan penurunan yang sangat dalam di akhir bulan yang turun -1,8% pada 30 November. Pada tanggal 1 November IHSG dibuka dengan nilai 6017 dan ditutup pada tanggal 30 November sebesar 5952. Untuk nilai tukar rupiah terhadap US Dollar bergerak sideways dari 13.580 pada 1 November menjadi 13.548 pada 30 November. Harga minyak mentah mengalami kenaikan di bulan November dari $54,3/bbl pada 1 November menjadi $57,4/bbl pada 30 November atau meningkat sebesar 5,7% dalam sebulan. Harga emas dunia bergerak sideways dari $1.277/oz menjadi $1.274/oz sepanjang bulan November.
Review

Berikut ini adalah hightlight berita emiten di Bursa Efek Indonesia pada bulan November 2017:
1. United Tractor (UNTR)
Peningkatan pendapatan signifikan di kuartal III-2017 turut mendongkrak laba emiten otomotif PT United Tractors Tbk (UNTR). Pada periode Januari-September 2017, pendapatan UNTR naik menjadi Rp 46,26 triliun. Jumlah ini meningkat 36,47% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 33,89 miliar. Perusahaan membukukan laba sebesar Rp 5,64 triliun di kuartal ketiga tahun ini. Angka ini tumbuh 80,31% dari laba UNTR di periode sebelumnya sebesar Rp 3,13 triliun.

2. Tiga Pilar Sejahtera (AISA)
PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk membahas mengenai divestasi anak usaha dibidang produksi beras. Anak usaha tersebut ialah PT Dunia Pangan yang juga memegang entitas enam anak usaha lainnya dibidang beras. Saham Tiga Pilar sebesar 70% di anak usaha tersebut akan segera dilepas lewat mekanisme tertentu. Salah satu calon investor yang ditawari untuk membeli PT Dunia Pangan ialah PT Jom Prawarsa Indonesia.

3. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)
Kondisi industri semen yang belum menunjukkan perbaikan tercermin di kinerja emiten semen PT Indosement Tunggal Prakasa Tbk (INTP). Laba perusahaan di kuartal III-2017 ini anjlok hingga lebih dari 50% lantaran adanya peningkatan beban usaha yang signifikan dan menurunnya pendapatan serta bagian atas laba neto entitas asosiasi. Tak hanya itu, pendapatan INTP juga merosot 7,5% menjadi Rp 10,51 triliun. Turunnya jumlah penjualan semen, yang merupakan kontributor terbesar pendapatan perusahaan, menjadi Rp 9,31 triliun serta menurunnya jumlah penjualan beton siap pakai (ready mix concrete) sebesar 24,65% menjadi Rp 1,19 triliun turut menekan laba perusahaan di periode ini.

4. Bank Mandiri (BMRI)
PT Bank Mandiri Tbk sudah menyiapkan strategi untuk menangani rasio kredit bermasalah di sektor komersial. Hal ini mengingat sampai kuartal III-2017 rasio non-performing loan (NPL) komersial bank berkode BMRI ini sudah mencapai 10,16%. NPL sektor komersial Mandiri ini mengalami kenaikan cukup besar yaitu 382 bps dibanding periode yang sama 2016 atau year on year (yoy). Sektor komersial menyumbang 26% dari total kredit di kuartal III-2017. Mandiri pda 2020 akan mengurangi porsi komersial menjadi 24%.

5. M Cash Integrasi (MCAS)
Perusahaan rintisan (startup) kini mulai melirik pasar modal sebagai jalur mencari dana segar. Salah satunya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang belum lama ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan raihan dana IPO Rp 300 miliar. Direktur Utama MCAS Martin Suharlie menyebutkan, hingga Oktober 2017, perusahaannya telah memiliki 409 kiosk. Sampai akhir tahun ini, MCAS menargetkan bisa memiliki 1.000 kiosk. Dengan harapan, target tersebut bisa terpenuhi pada pertengahan Desember nanti. Untuk target jangka panjang, MCAS akan membangun 10.000 kiosk hingga 2020 mendatang. Hingga kuartal III 2017 lalu, MCAS berhasil mencetak pendapatan Rp 717,6 miliar, naik 166,25% year on year (yoy). Laba bersihnya juga melejit nyaris empat kali lipat dari sebelumnya Rp 1,86 miliar menjadi Rp 6,72 miliar.

6. Elnusa (ELSA)
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Elnusa Tbk tercantum dalam dokumen Paradise Papers yang dirilis International Consortium of Investigative Journalists (ICJI). Paradise Papers merupakan kumpulan 13,4 juta dokumen yang memuat daftar perusahaan dan orang-orang kaya yang secara 'diam-diam' berinvestasi di negara 'surga pajak'. Dokumen itu menyebutkan Elnusa terdaftar sejak 2014 silam. Emiten minyak dan gas bumi berkode ELSA tersebut disebut membuat perusahaan cangkang (offshore) di negara surga pajak lewat Elnusa LTD di Singapura, serta Elnusa Bangkanai Energy Limited, dan Elnusa Kangean Resources Ltd di British Virgin Island.

7. Dwi Aneka Jaya (DAJK)
Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham PT Dwi Aneka Jaya Tbk (DAJK) mulai sesi pertama Kamis ini. Goklas Tambunan, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 3 BEI dalam keterangan Kamis menyebutkan suspensi dilakukan merujut pada pemberitaan media masa mengenai putusan pailit perseroan di Pengadilan Niaga dan Pengadilan Jakarta Pusat pada 22 November 2017. Oleh karena itu bursa menurut keterangan Goklas melakukan penghentian sementara perdagangan di seluruh pasar hingga pengumuman lebih lanjut.

8. PP Presisi (PPRE)
PT PP Presisi Tbk (PPRE), anak usaha PT PP (PTPP) pada tahun 2018 menargetkan kontrak baru sekitar Rp 7-8 triliun. Direktur PT PP Presisi Benny Pidakso menjelaskan, hingga Oktober 2017 perseroan telah mendapat kontrak baru senilai Rp 4,2 triliun, dan hingga akhir tahun 2017 diharapkan bisa mencapai Rp 5,8 triliun. PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan pendapatan sebesar Rp 930 miliar per September 2017. Besar pendapatan ini tumbuh 271% year on year (yoy). Di periode sama tahun 2016 lalu, PPRE hanya mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp 251 miliar. Tak hanya pendapatan, laba PPRE hingga kuartal III-2017 juga naik signifikan sebesar 234%. Per September 2016, laba PPRE tercatat sebesar Rp 27 miliar. Di periode sama tahun ini, PPRE berhasil membukukan laba sebesar Rp 89 miliar.

9. Bukit Sentul (BKSL)
PT Sentul City Tbk (BKSL) membentuk usaha patungan dengan Sumitomo Corporation dengan modal senilai Rp330 miliar. Menurut keterangan perseroan Selasa, Sentul City menguasai sebesar 30% atau Rp99,90 miliar dan sisanya dimiliki Sumitomo Corporation Rp233,10 miliar atau 70%. Tujuan dari pembentukan usaha patungan ini guna menjalankankegiatan usaha yang bergerak dibidang real estate di Indonesia seperti penjualan, penyewaan dan pengoperasian real esate baik yang dimiliki sendiri atau sewa seperti bangunan apartemen, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal.

10. Wika Karya Pembangunan Gedung (WEGE)
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WIKA Gedung) membukukan kontrak dihadapi (order book) sebesar Rp 11,8 triliun hingga Oktober 2017. Angka ini mencapai 91 persen dari target kontrak dihadapi di tahun 2017 sebesar Rp 12,92 triliun. Order Book saat ini terdiri atas kontrak baru senilai Rp 6,2 triliun dan kontrak bawaan (carry over) tahun lalu sebesar Rp 5,6 triliun. Direktur Utama WIKA Gedung Nariman Prasetyo menjelaskan, pencapaian yang membanggakan ini didasari pada komitmen seluruh jajaran manajemen untuk fokus pada marjin dan mampu mengendalikan kontrak-kontrak yang diperoleh melalui efisiensi pengendalian secara berjenjang dan sentralisasi.