Indahnya Alam Indonesia

Bukan kemewahan yang menentukan manusia untuk bahagia tetapi suasana hati orang-orang di sekitar kitalah yang membuat hidup ini jadi lebih berarti

Arti Sebuah Kata "Pulang"

Ada saatnya kita hidup untuk pulang, pulang pada sang maha Pencipta atau Pulang untuk keluarga

Bunga

Hiduplah seperti bung yang memberikan warna yang indah bagi sekelilingmu

Sendiri Itu Perlu

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika tiada orang yang melihatmu

Lepaskanlah Tawamu

Dari senyum merekalah hati ini okut bahagia wahai anak=anak Indonesiaku

Monday, August 20, 2018

Blue Chip Unilever (UNVR) Sudah Kemahalan!

Di dunia saham siapa yang tidak kenal dengan saham Unilever (UNVR) karena UNVR merupakan salah satu saham legendaris yang ada di Bursa Efek Indonesia. Konon katanya investor yang membeli saham saham pada saat IPO di tahun 1982 menikmati modalnya naik lebih dari 1.500 kali! Tentunya sangat sulit mencari investasi yang memberikan keuntungan 1.500 kali dalam 35 tahun namun di saham bisa dan saham UNVR buktinya. Namun saya beritahu dear investor saham UNVR sudah terlalu kemahalan di harga sekarang. Jadi jika anda ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat dari saham UNVR maka itu bisa tapi akan lama. 
Gedung Unilever

Secara historis saham UNVR dari awal tahun 2008 hingga awal tahun 2008 menghasilkan nilai imbal hasil investasi sebesar 688% dan itu belum termasuk dividen, menarik sekali menghasilkan 7 kali modal dalam 10 tahun sedangkan IHSG hanya memberikan imbal hasil 151%. Hal yang menarik adalah ketika terjadi krisis finansial global di tahun 2008 dan meruntuhkan IHSG lebih dari -50% namun saham UNVR tidak terkena imbasnya sama sekali. UNVR sideways di tahun 2008 dan menjadi saham yang dinilai anti krisis serta safe heaven di BEI. Memang kelihatannya lucu namun demikianlah yang dipikirkan orang-orang, itu karena produk UNVR merupakan barang-barang yang terus dibutuhkan masyarakat setiap hari. Prospek UNVR memang sejalan dengan kinerjanya yang bertumbuh double digit. Namun sekarang? UNVR sudah terlalu besar dan kesusahan untuk tumbuh di rentang double digit. Dalam artikel ini akan dibahas mengapa anda jangan dulu berinvestasi di saham UNVR setidaknya untuk saat ini.

1. Valuasi Terlalu Tinggi
Jika anda membandingkan valuasi UNVR di tahun 2008 dengan tahun 2018 maka akan berbeda. Di awal tahun 2008 UNVR di harga 7000 memiliki PER sebesar 27,2 dengan berpatokan pada EPS 2017 yang sebesar 257 serta memiliki PBV sebesar 18 dari sini UNVR terlihat sangat premium dan cenderung overpriced. Namun pertumbuhan double digit masih terasa di tahun 2008 sehingga prospek kedepannya masih bagus. Coba bandingkan dengan sekarang di harga 44000 saham UNVR di hargai dengan PER sebesar 47 dan PBV 66 bahkan UNVR sempat di harga 55000 yang bila di level itu maka UNVR dihargai dengan PER 58. Itu artinya investor di tahun 2018 berani membayar dua kali valuasi di harga tahun 2008. Hal yang seperti ini biasanya lebih bagus jika perusahaan mampu untuk mengikuti ekspektasi dan berkinerja lebih bagus namun tidak untuk UNVR karena sudah melambat.

2. Kinerja Melambat
Di tahun 2017 UNVR hanya membukukan kenaikan pendapatan +2,87% dan laba bersih +9,6% dari tahun lalu. Terlihat bahwa UNVR hanya mampu membukukan kinerja single digit dibandingkan double digit di masa lalu. Kinerja melambat itupun berlanjut, pada Q2 2018 pendapatan UNVR turun tipis -0,38% dan laba bersih turun -2,59% dibanding periode yang sama tahun lalu. Dengan kinerja yang melambat dan cenderung turun seperti ini apakah UNVR layak untuk dihargai dengan PER yang tinggi? Jika kinerjanya hanya seperti ini maka sahamnya pun tidak berpotensi dan akan cenderung menurun.

Kesimpulan:
Kendati UNVR merupakan saham consumer goods yang bagus di masa lalu namun itu bukan berarti itu akan berlanjut di masa depan. Dilihat saat ini kinerja UNVR sudah melambat dan sangat mahal maka potensi investasi untuk naik sudah sangat kecil risiko juga menjadi besar. Mungkin di masa depan UNVR akan membukukan pertumbuhan yang pesat kembali namun melakukan asumsi seperti itu bukanlah hal yang tepat karena kita harus bersikap logis terhadap data yang ada di lapangan yang sebenarnya.

Friday, August 17, 2018

Dirgahayu Republik Indonesia ke 73

Pada hari ini tanggal 17 Agustus 2018 Republik Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-73. Semangat perjuangan untuk membangun negeri tidak pernah pudar dan Indonesia tetap mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang konsisten dan bahkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kita wajib selalu menghormati jasa-jasa pahlawan yang berjuang untuk membela kemerdekaan Indonesia karena tanpa pahlawan yang berjuang kita tidak akan merasakan kemerdekaan yang indah ini. Keadaan kita saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan yang harus dijalani oleh para pendiri bangsa. Mereka dulu berjuang mengorbankan harta benda jiwa raga hingga nyawa untuk memperjuangkan kemerdekaan. Sedangkan di era yang modern ini masyarakat tidak perlu merasa khawatir akan kehidupan esok hari karena keamanan negara terjamin.
Dirgahayu RI Ke 73


Pola pikir masyarakat yang sekarang tentu berbeda dengan pola pikir masyarakat zaman penjajahan. Masyarakat yang dijajah tidak bebas untuk melakukan kegiatan dan dikekang oleh rezim kolonial. Jangankan untuk hidup makmur masyarakat zaman dahulu untuk dapat bertahan hidup saja sudah cukup dan dapat memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan untuk orang yang beruntung. Seringkali masyarakat pribumi mendapatkan perlakuan semena-mena dan penjajahan dilakukan secara kejam. Masyarakat dipaksa untuk bekerja menjadi budak untuk mengerjakan proyek-proyek kolonial yang menelan banyak korban jiwa.

Akhirnya melihat kondisi yang seperti itu para pahlawan pun tidak tinggal diam dan melakukan perlawanan terhadap perlakuan semena-mena kolonial meskipun nyawa yang menjadi taruhannya. Pergolakan pun terjadi dimana-mana namun karena perjuangan masih dilakukan secara kedaerahan maka perjuangan pun dapat ditumpas oleh kolonial. Hal itu wajar karena pada saat itu Indonesia masih berbentuk kerajaan yang terpisah-pisah. Namun perjuangan itulah yang menimbulkan rasa nasionalisme pada rakyat sehingga pada periode berkutnya rasa bersatu menjadi semakin besar.

Oleh karena itu bersyukurlah kita di zaman yang sudah merdeka dan damai ini sehingga kita tidak perlu merasakan penderitaan dari sistem penjajahan. Dunia yang berkembang seperti sekarang ini sudah tidak menganggap bahwa penjajahan adalah hal yang bagus untuk dilakukan. Faktanya penjajahan justru merugikan perekonomian dunia. Di era saat ini perkembangan dunia didasari oleh sistem kapitalisme. Ada yang berkata bahwa kapitalisme adalah bentuk penjajahan yang baru. Namun sejatinya tidak karena kapitalisme berdasar pada perkembangan pasar yang bebas dan bersifat natural selection dimana kandidat terbaik akan dihargai tinggi dan kandidat terburuk akan dihargai rendah. Pembahasan kapitalisme sangatlah panjang dan kurang cocok dibahas dalam artikel kemerdekaan ini.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 73! Semoga perekonomian Indonesia tetap tumbuh hingga menjadi negara maju kedepannya.

Tuesday, August 14, 2018

Perlombaan Menuju Kapitalisasi Pasar Rp 1000 Triliun

Setelah melihat Apple yang menembus valuasi US$ 1 triliun akan menarik jika kita melihat hal yang sama yaitu melihat saham-saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia. Dari data di akhir tahun 2017 tercatat bahwa saham-saham berkapitalisasi besar sudah ada yang menembus Rp 500 triliun. Namun hanya beberapa saja akan tetapi masih banyak perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar ratusan triliun. Di akhir tahun 2017 posisi teratas kapitalisasi pasar dipegang oleh HM Sampoerna (HMSP) lalu di posisi kedua diduduki oleh Bank Central Asia (BBCA) kemudian di juara 3 diduduki oleh Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Berikut ini adalah 10 saham dengan kapitalisasi terbesar di BEI dan berpotensi untuk menjadi Rp 1000 triliun:



(Data yang digunakan adalah di akhir tahun 2017)
1. HM Sampoerna                      (HMSP) Rp 550,18 triliun
2. Bank Central Asia                  (BBCA) Rp 534,54 triliun
3. Telekomunikasi Indonesia     (TLKM) Rp 447,55 triliun
4. Bank Rakyat Indonesia          (BBRI) Rp 444,48 triliun
5. Unilever Indonesia                 (UNVR) Rp 426,51 triliun
6. Bank Mandiri                         (BMRI) Rp 369,6 triliun
7. Astra International                 (ASII) Rp 336,01 triliun
8. Bank Negara Indonesia         (BBNI) Rp 182,77 triliun
9. Gudang Garam                     (GGRM) Rp 161,24 triliun
10. United Tractor                     (UNTR) Rp 132,05 triliun

Siapa yang Akan Mencapai 1000 triliun pertama?
Memprediksi tentang perusahaan mana yang akan mencapai kapitalisasi 1000 triliun pertama sama susahnya dengan menebak pergerakan harga saham. Hal itu karena dengan memprediksi peningkatan kapitalisasi pasar itu berarti kita juga menebak bahwa harga sahamnya juga akan meningkat sehingga mendongkrak kapitalisasi pasar. Namun artikel ini akan berusaha membahas potensi dari kesepuluh saham yang berpotensi untuk mencapai kapitalisasi pasar 1000 triliun.

Jika kita ingin melihat pemenangnya maka kita harus melihat kinerjanya juga. Mayoritas saham-saham tersebut merupakan saham yang sangat besar kapitalisasi pasarnya dan kinerjanya juga sudah melambat. Saat artikel ini dipublikasi BBCA sudah menyalip HMSP menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar tersebesar di BEI. Kenaikan harga BBCA yang sangat konsisten setiap tahun membuatnya menjadi kandidat terkuat untuk memenangkan perlombaan ini. Namun akhir-akhir ini BBCA hanya membukukan kinerja single digit dan valuasinya sangat mahal sehingga rasanya butuh waktu yang lama agar sahamnya naik 2 kali untuk menembus 1000 triliun. 

HMSP juga sudah melambat dan sulit menemukan momentum pertumbuhan ditambah pemerintah yang selalu menekan perusahaan rokok dengan tarif cukai yang naik secara besar-besaran membuat prospek industri rokok patut dipertanyakan. Selanjutnya ada TLKM yang di tahun 2018 ini membukukan kinerja penurunan dan sahamnya pun dihukum oleh pasar. Lalu ada BBRI yang secara konsisten membukukan kinerja bertumbuh dan akhir-akhir ini tetap bertumbuh double digit selaras dengan valuasinya. UNVR merupakan saham legendaris yang ada di BEI karena listing di awal sejarah Bursa Efek Indonesia dulu UNVR bertumbuh dengan pesat namun sekarang UNVR cenderung melambat dengan pertumbuhan single digit dan sepertinya kesulitan membukukan kenaikan pendapatan karena segmen pasarnya yang telah besar dan hampir menyasar seluruh Indonesia. BMRI berkinerja hampir sama dengan BBRI serta sama-sama bank BUMN. ASII kinerjanya juga sudah moderat dan bertumbuh 10-15%. BBNI setara dengan bank-bank sebelumnya. GGRM juga tertekan sama seperti HMSP. Nah yang terakhir UNTR yang merupakan underdog yang mencatatkan kinerja yang cemerlang dalam beberapa tahun terakhir. Namun hal itu karena kenaikan harga komoditas batubara yang mendongkrak kinerjanya dan juga infrastruktur. Lagipula UNTR harus mengalami lonjakan harga saham sebesar lebih dari 7 kali untuk mencapai 1000 triliun dan itu sepertinya sulit sebelum BBCA mencapainya. Oleh karena itu BBCA merupakan kandidat yang sangat kuat untuk mencapai kapitalisasi pasar 1000 triliun terlebih dahulu. Mengenai kapan akan mencapainya who knows

Kesimpulan:
Perlombaan menuju kapitalisasi pasar 1000 triliun merupakan perjalanan yang panjang untuk saat ini. Setidaknya minimal dalam waktu 5 tahun lagi mungkin akan ada perusahaan di BEI yang mencapai kapitalisasi pasar 1000 triliun namun kembali lagi itu tergantung dari kinerja perusahaan-perusahaan big cap tersebut.

Monday, August 13, 2018

Analisa Hancurnya Saham Properti Lippo Cikarang (LPCK)

Bila anda mendengar Grup Lippo maka hal itu tentu sudah tidak asing lagi karena Grup Lippo merupakan salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia. Grup Lippo ini sudah berdiri lama yakni pada tahun 1950 oleh Mochtar Riady. Bisnisnya berkembang pesat namun bisnisnya yang paling besar ada di sektor properti. Dulu saham properti Lippo mencatatkan kinerja yang sangat fenomenal. Sahamnya naik puluhan kali hanya dalam waktu beberapa tahun contohnya saja Lippo Cikarang (LPCK) dari tahun 2009-2014. Tentunya kenaikan tersebut di back up dengan fundamental yang bagus. Pada saat itu kinerjanya sangat bagus sehingga menyebabkan harga sahamnya naik drastis. Bahkan dalam sebuah artikel saya membahas mengenai bagaimana investor LPCK mendapatkan keuntungan yang besar. Namun sejak tahun 2015 hingga sekarang saham LPCK mengalami downtrend dan itu bukan tanpa sebab. Sejak berada di puncak tertingginya 12000 di tahun 2015, LPCK sudah turun sebesar -83% ke level 2000. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai hal yang menyebabkan saham LPCK jatuh dalam analisa fundamental dan hal berharga apa yang dapat dipetik oleh investor dari kejadian ini.

Meikarta


Proyek Meikarta yang Kontroversial
Bila anda tinggal di Jabodetabek anda pasti pernah untuk melihat iklan tentang proyek Meikarta. Bahkan jika anda suka menjelajahi sosial media dan internet maka proyek Meikarta pasti pernah anda dengar. Nah proyek ini adalah proyek yang dicanangkan oleh Grup Lippo dan merupakan proyek terbesar yang pernah dikerjakan oleh Grup Lippo. Hal itu karena diperkirakan proyek ini akan menelan dana hingga Rp 278 triliun. Sedangkan anda tahu sendiri bahwa hingga tahun 2018 ini asset yang dimiliki oleh LPCK hanya sebesar Rp 13 triliun dan ekuitas hanya senilai Rp 7,8 triliun atau mungkin bisa dibantu dengan perusahaan properti Lippo yang lain seperti Lippo Karawaci (LPKR), namun tetap saja asset LPKR hanya Rp 57,6 triliun dan ekuitas Rp 29,9 triliun. Sepertinya manajemen properti Lippo terlalu agresif dan bernafsu besar untuk menjalankan proyek besar ini. Di tambah lagi banyak masalah yang muncul seperti izin AMDAL serta marketing sales yang tidak sesuai perkiraan alias kecil membuat kelangsungan proyek ini menjadi dipertanyakan. Investor yang cermat sudah keluar dari saham Grup Lippo setelah isu-isu tak sedap keluar atau investor yang genius akan keluar setelah Lippo mengumumkan proyek Meikarta karena itu terlalu ambisius.

Kinerja Laporan Keuangan Menurun
Alasan besar dibalik penurunan harga saham LPCK adalah kinerjanya yang menurun. Di tahun 2015 laba bersih LPCK masih tumbuh sebesar 7,6% dan pendapatannya masih meningkat sebesar 17,7%. Namun di tahun 2016 laba bersihnya anjlok -41% dan pendapatannya juga turun -27%. Lalu hal tersebut berlanjut di tahun 2017 laba bersihnya anjlok lagi -32% dan pendapatannya turun -1,82%. Sepertinya tren penurunan itu berlanjut ke 2018 karena pendapatannya menurun sebesar -30% dan laba bersih turun -56%. Itulah mengapa sejak tahun 2015 saham LPCK mengalami penurunan yang besar. Hal itu karena kinerja perusahaan yang menurun dan investor yang cerdas pasti sudah menjual sahamnya di tahun 2015.

Kesimpulan:
Kinerja masa lampau yang cerah oleh LPCK tidak membuat sahamnya layak investasi. Kinerja kedepannya dari LPCK kurang bagus sehingga harga sahamnya pun terus melorot. Pelajaran berharga yang dapat diambil investor adalah agar tetap tidak lengah dan lakukan terus analisa laporan keuangan secara periode. 

Sunday, August 12, 2018

Turki Dalam Krisis

Melihat perekonomian global ada yang menarik di tahun ini, perekonomian Turki sedang diguncang keras. Mata uang Lira telah jatuh besar terhadap US Dollar. Tercatat US Dollar sudah mengalami penguatan sebesar 69% terhadap Lira Turki! Mata uang Lira Turki memang selalu melemah dalam beberapa tahun terakhir namun tidak separah tahun ini. Tercatat pada awal Januari 2018 pertukaran mata uang Lira Turki berada pada level 3,78/USD namun sampai artikel ini ditulis Lira Turki sudah berada pada level 6,4/USD. Pergerakan jangka panjang Lira Turki melemah dan di akhir tahun ini sangat parah. Bahkan dalam sehari Lira Turki dapat melemah hingga puluhan persen. Mungkin kalau di Indonesia sudah akan ada demo berjilid-jilid namun di Turki berbeda cerita dan Erdogan adalah kuncinya.
Krisis Turki

Bank Sentral yang Tak Independen
Sejatinya dalam mengatur perekonomian bank Sentral harus dapat menjalankan kewajibannya tanpa adanya intervensi oleh pemerintah. Inilah yang disebut independensi yang artinya bank sentral akan menerapkan kebijakan moneter seperti menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan untuk mengendalikan mata uang ataupun perekonomian. Sejatinya pemerintah tidak boleh mengintervensi kebijakan bank sentral kecuali dalam urusan yang mendesak. Dalam kasus Turki bank sentral tidak memiliki kekuatan yang mandiri dalam mengambil kebijakan. Terlihat pemerintah Turki yang dipimpin Edorgan mengambil jalan yang diinginkannya sendiri dan bank sentral Turki didikte oleh pemerintah.

Hiperinflasi
Tahun ini merupakan tahun yang paling mengerikan untuk ekonomi Turki karena selain nilai tukar Lira yang melorot dalam jangka panjang hal itu membuat perekonomian Turki mengalami inflasi yang sangat besar. Turki kembali mengalami inflasi double digit setelah hal yang sama terjadi di 2017 namun di tahun ini lebih besar. Tercatat di bulan Juli 2018 inflasi di Turki mencapai 15,3% dan hal inflasi ini diperkirakan berlanjut selama nilai tukar Lira belum stabil. Tentunya inflasi yang berlebihan akan membuat harga bahan-bahan pokok naik besar dan akan membuat beban roda ekonomi berat untuk berputar.

Potensi Resesi
Pelemahan kurs Lira dan hiperinflasi yang tinggi akan menekan perekonomian jika tidak segera dikendalikan. Resesi ekonomi untuk Turki sudah didepan mata dan hal itu juga kemungkinan besar akan menyebabkan krisis di Turki. Perlu diketahui bahwa resesi terakhir yang dialami Turki adalah pada tahun 2009 yakni karena krisis keuangan global dan menyebabkan GDP Turki tergerus sebesar -4,7%. Tapi tenang saja krisis ekonomi di Turki tidak akan terlalu berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

Kesimpulan:
Ekonomi Turki terancam menuju resesi ke depan. Jatuhnya mata uang Lira dan inflasi yang tinggi akan menyebabkan roda perekonomian Turki menjadi berat. Ketidakstabilan politik juga menjadi salah satu penyebab melemahnya perekonomian Turki.

Saturday, August 11, 2018

Dalam Hidup Berpikirlah Seperti Perusahaan

Bila anda seorang pebisnis atau investor fundamentalis anda pasti sudah mengerti bagaimana sebuah perusahaan bekerja. Perusahaan mendapatkan pendapatan (Revenue) lalu dikurangi oleh biaya-biaya dan hasil akhirnya adalah laba bersih (Net Income). Semakin besar laba bersih maka itu semakin bagus untuk perusahaan begitupula dengan pendapatan kalau bisa pendapatan naik dari tahun ke tahun melalui ekspansi dan investasi. Seperti perusahaan jika anda ingin maju maka anda harus berpikir seperti perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengontrol beban atau biaya, meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan laba bersih. Lalu hasil laba bersih ditahan untuk investasi mengembangkan bisnis. Itulah yang dilakukan perusahaan dan ini jugalah yang harus diterapkan pada seseorang untuk sukses karena prinsipnya sama.

Manajemen Plan

Dalam hal penerapan prinsip perusahaan kedalam kehidupan tentunya hal itu bisa dilakukan. Pendapatan perusahaan merupakan gaji anda tiap bulan, beban atau biaya merupakan pengeluaran anda tiap bulan dan laba bersih merupakan sisa dari itu semua. Apakah ada yang tersisa setiap bulannya? Jika iya apakah bisa lebih banyak menyisakan agar laba bersih lebih besar? Jika tidak bagaimana bisa, apakah anda ingin bernasib seperti perusahaan yang terancam kebangkrutan karena terus mengalami kerugian? Seharusnya harus ada yang tersisa setiap bulannya untuk mendapatkan peningkatan seiring berjalannya waktu. Jika tidak ada yang tersisa maka ada yang salah dalam pengelolaan keuangan anda karena itu sama saja dengan perusahaan yang tidak membukukan laba bersih dan anda tahu sendiri itu merupakan perusahaan yang tidak prospek.

Bottom Line yang Terpenting
Sama seperti perusahaan kuncinya adalah memperbesar laba bersih ini. Hanya ada dua cara yaitu dengan meningkatkan pemasukan atau pendapatan atau efisiensi dengan mengurangi biaya hidup. Cara pertama sulit dilakukan karena mencari pendapatan tambahan amatlah sulit (manajemen perusahaan juga merasakannya) dan cara yang kedua adalah efisiensi yaitu dengan mengurangi biaya beban. Cara kedua nampaknya lebih mudah untuk dilakukan namun jika diterapkan secara asli sangat sulit dilakukan karena ada faktor emosi dan psikologis di dalamnya namun untuk orang yang memiliki tekad kuat itu bisa dilakukan yakni dengan hidup lebih hemat. Namun cara kedua bersifat terbatas dan jika diterapkan akan ada titik puncak dimana biaya tidak bisa dikurangi yaitu ketika kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, makanan, transportasi dll sudah mentok dan tidak bisa dikurangi lagi. Oleh karena itu mau tidak mau anda harus mengerek pendapatan untuk berkembang.

Mengerek Pendapatan
Mengerek pendapatan sangat penting untuk dilakukan namun juga sulit dilakukan. Berapa sih kenaikan gaji setiap tahun? Apakah anda akan mengalami promosi setiap tahun? Mungkin bagi pebisnis yang mendapatkan pemasukan dari usaha tidaklah masalah karena mereka bisa berekspansi untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi namun bagaimana dengan karyawan? Kenaikan gaji merupakan hal yang terbatas dan anda harus memutar otak untuk mendapatkan pendapatan tambahan. Itu bisa dilakukan dengan bekerja lebih keras dengan pekerjaan tambahan (yang akan terbatas juga dan ada batasannya), memulai berbisnis atau dengan yang menjadi dasar semuanya yaitu berinvestasi. Ya! Sama seperti perusahaan, anda harus berinvestasi untuk berkembang. Perusahaan terus berinvestasi setiap tahunnya dengan membuka cabang-cabang baru lalu mengapa anda hanya diam di tempat? Itu semua karena konsep berkembang dan tumbuh hanya dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berinvestasi. Contohnya dalam investasi saham memberikan dividen yang bisa menjadi pendapatan tambahan anda. Jumlahnya kecil? Itu karena investasi anda kecil coba kalau besar. Itu juga karena anda baru awal-awal memulai coba dividen itu terus meningkat selama 10 tahun. Hal itulah yang dapat mengantarkan anda menuju kebebasan finansial. Sebuah perusahaan bisa saja membuat anak perusahaan dan pendapatan anak perusahaannya hanya berkontribusi kecil terhadap pendapatan total. Tapi kenapa itu dilakukan? Itu karena manajemen melihat masa depan bahwa suatu saat nanti anak perusahaan tersebut akan berkontribusi besar terhadap pendapatan perusahaan.

Kesimpulan:
Prinsip kerja perusahaan sangat bagus untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang ingin meningkatkan aset untuk menuju kesuksesan tidak paham dengan konsep sederhana perusahaan sehingga hal tersebut sulit untuk tercapai. Dengan mengerti konsep ini dan menerapkannya lama kelamaan jalan kesuksesan akan dapat anda capai.

Bila Anda Berinvestasi di Saham BTPN Pada Saat IPO di 2008

Bank Tabungan Pensiun Nasional merupakan sebuah bank devisa yang didirikan pada tahun 1958 dan 50 tahun selanjutnya BTPN melakukan IPO yakni pada 12 Maret 2008 dengan harga IPO sebesar Rp 2.850/lembar. Perlu diketahui bahwa BTPN melakukan stocksplit di tahun 2011 dengan rasio 1:5 sehingga untuk membandingkan dengan harga IPO kita perlu membagi harga IPO dengan angka 5. Dengan begitu didapatlah harga IPO BTPN dibandingkan dengan yang sekarang di angka 570. Saat artikel ini ditulis harga saham BTPN mencapai level 4000. Itu artinya jika anda membeli IPO saham BTPN pada tahun 2008 maka anda akan mendapati nilai investasi anda meningkat sebesar 701% tidak termasuk dengan dividen. Bila memasukkan data dividen nilai investasi anda berkembang sebesar 736% dalam 10 tahun atau berkembang sebesar 21,15% setiap tahunnya (CAGR). Dengan perkembangan seperti itu berarti investornya telah mengalahkan kinerja pasar atau IHSG karena IHSG hanya memberikan imbal hasil sebesar 145% pada periode yang sama atau sebesar 9,38% pertahun (CAGR). Lalu apa yang membuat BTPN sangat spesial sehingga memberikan imbal hasil yang tinggi?
Logo BTPN

Saham BTPN ini termasuk saham yang bagus karena saham ini merupakan saham yang bergerak sesuai dengan data fundamentalnya dan dalam jangka panjang dan data fundamentallah yang menang dibandingkan dengan isu, rumor ataupun pergerakan saham dalam jangka pendek. Sebelum saya mencoba menjelaskan mengenai sejarah saham BTPN ini saya akan mengingatkan bahwa harga saham yang digunakan dan EPS menggunakan data setelah stocksplit agar lebih mudah untuk membedakannya dan melihat perubahannya. Pada saat IPO yang setara dengan harga 570/lembar sekarang di tahun 2017 BTPN membukukan laba bersih sebesar Rp 73,6/lembar itu berarti harga saham IPO dihargai dengan PER 7,7 yang terlihat sangat murah sekali.
Chart BTPN
Chart BTPN Dari IPO Hingga 2018
Krisis 2008
Krisis keuangan global di tahun 2008 meruntuhkan saham-saham di Bursa Efek Indonesia tidak terkecuali BTPN yang baru IPO. Harga sahamnya pun turun hingga 240/lembar dan dengan mengantongi data laba bersih di tahun 2017 yang sebesar Rp 73,6 maka valuasi PER saham BTPN di akhir tahun 2008 adalah hanya sebesar 3,26 yang terlihat sangat-sangat murah. Investor yang berani membeli diharga ini akan merasakan 1.666% kenaikan dari modal yang diinvestasikannya jika melihat harga di tahun 2018. Kembali ke cerita, BTPN menghasilkan laba bersih sebesar Rp 80,2/lembar di tahun 2018 yang artinya terdapat peningkatan sebesar +8,9% dari laba bersih di tahun 2017 namun harga sahamnya telah jatuh lebih dari -50% setelah krisis. Di tahun 2009 saham BTPN mulai naik ke langit.

Era Kejayaan BTPN 2009-2012
Di tahun 2009 saham BTPN mengalami peningkatan hingga di titik tertingginya di 706/lembar dengan data fundamental 2008 PER BTPN di tahun 2009 sebesar 8,8 yang artinya masih murah. Investor yang membeli saham pada IPO 2008 dan tidak menjualnya sudah tidak merugi dan membukukan keuntungan lebih dari +20% dan di tahun 2009 BTPN membukukan EPS Rp 89/lembar atau +10,9% dari laba tahun 2008. Di tahun 2010 saham BTPN masih rally hingga menyentuh level tertinggi di 3000 artinya PER BTPN di tahun 2010 sebesar 33 yang artinya sudah tidak murah lagi dan cenderung overpriced namun di tahun 2010 EPS BTPN naik +66,3% ke Rp 148/lembar itu artinya jika membandingkan dengan EPS 2010 saham BTPN memiliki PER 20,2 yang artinya cukup mahal. Lalu di tahun 2011 saham BTPN masih rally ke level tertinggi 4000 yang artinya PERnya sebesar 27 namun BTPN membukukan EPS sebesar Rp 247/lembar, +66,9% dari tahun lalu namun tentu saja forward PERnya masih premium yakni di 16,2. Di tahun 2012 saham BTPN masih rally hingga mencapai level 5300/lembar dengan begitu PERnya adalah sebesar 21,4 cukup premium kembali dan di tahun 2012 BTPN membukukan EPS Rp 341/lembar, +38% dari tahun 2011. Disini terlihat bahwa BTPN mulai melambat. 

Penurunan kinerja 2013-2017
Dan di tahun 2013 BTPN mencapai level tertingginya sepanjang sejarah di level 6000/lembar dengan data EPS 2012 maka PER BTPN di level tertinggi ini adalah 17,6. Di tahun 2013 ini BTPN hanya mampu memberikan kinerja single digit, EPSnya naik ke Rp 365/lembar, +7% dari tahun 2012 dan sahamnya pun jatuh karena valuasi yang tinggi. Selanjutnya di tahun 2014, 2015, 2016 dan 2017 secara berturut turut EPSnya sebesar Rp 320, Rp 291, Rp 300 dan Rp 209. Bisa dilihat disini kinerjanya sudah menurun dan sahamnya juga turun dari level tertingginya di tahun 2013 dan tidak pernah mencapainya kembali. Hal itu karena BTPN memiliki valuasi yang tinggi di harga tersebut dan kinerjanya tidak sesuai dengan valuasinya yang tinggi. Mungkin investor menantikan kejayaan BTPN kembali? Again thats wishing not investing.

Bottom Fishing dan Menjual Di Harga Tertinggi
Hal yang menarik disini adalah anda bisa mendapatkan tenbagger dengan cepat. Investor yang membeli saham BTPN di harga terendah akhir tahun 2008 yaitu di level 240 dan menjualnya di harga tertinggi di tahun 2013 sebesar 6000 mendapati dirinya mendapatkan keuntungan sebesar 2.500% dalam waktu 5 tahun saja atau mencetak kenaikan sebesar 90,37%/tahun (CAGR). Namun berapa investor yang berhasil melakukan hal ini? Krisis global yang menggemparkan akan membuat investor takut untuk membeli saham terutama saham perbankan dan ekspektasi yang tinggi akan membuat investor untuk enggan menjualnya ketika fundamental berubah.

Kesimpulan:
Saham BTPN merupakan salah satu IPO yang bagus dan memberikan imbal hasil yang bagus pula dalam jangka panjang. Hal yang menarik dari kisah ini adalah jika anda berani membeli setelah krisis dan menjualnya ketika fundamental berubah maka anda akan mendapatkan keuntungan yang besar. Saat ini saham BTPN dihargai dengan PER 19 di harga 4000 dengan patokan EPS 2017 sebesar Rp 209/lembar. Itu masih terlihat sangat premium namun BTPN diprediksi membukukan EPS sebesar Rp 360/lembar di tahun 2018 yang mungkin terlihat murah apabila BTPN mampu membukukan EPS tersebut. Namun untuk saham perbankan saham BTPN merupakan saham yang memiliki valuasi premium saat ini.

Friday, August 10, 2018

Saham Rig Tenders (RIGS) Potensi Turnaround?

Dalam mencari saham-saham yang undervalue saya kembali menemukan saham yang berpotensi untuk menjadi turnaround dan saham itu adalah Rig Tenders (RIGS). Mungkin dari anda berpikir bahwa itu adalah saham gorengan yang saya sendiri mengabaikan istilah ini dan sangat tidak menarik sekali karena kinerja masa lampaunya yang jelek. Namun itulah saham turnaround, kinerja ke belakang jelek namun yang penting kinerja kedepannya. Saham ini menarik perhatian karena harganya mulai naik dan itu bukan tanpa back up fundamental yang jelas dan karena secara fundamental saham ini cukup prospektif untuk permainan jangka pendek. Risikonya besar (tapi secara lapkeu tidak) dan ketidakpastiannya besar namun potensinya juga besar (Lo Kheng Hong suka dengan saham seperti ini). Berikut ini adalah analisa saham RIGS yang berpotensi menjadi turnaround.
Kapal Rig Tenders
Kapal Rig Tenders

1. Valuasi Murah
Jika anda adalah seorang value investor yang sangat mementingkan rasio PBV maka saham ini akan masuk ke dalam watchlist anda. Itu karena rasio PBVnya sangatlah rendah yakni hanya yakni hanya 0,32 di harga 410. Dengan rasio ini sudah jelas bahwa saham RIGS secara book value dan jika pasar mengembalikan ke nilai wajarnya secara book value maka di harga 410 saham RIGS berpotensi untuk naik 3 kali lipat ke 1200 menurut PBV. Namun yang menarik dari RIGS bukanlah PBV namun kinerjanya.

2. Kinerja Berubah Positif
Dalam 5 tahun terakhir saham RIGS mengalami penurunan karena kinerjanya yang bisa dibilang buruk. RIGS merugi terus dan pendapatannya menurun terus dalam beberapa tahun terakhir. Tapi di tahun 2018 kinerjanya mulai berubah. Pada Q2 2018 pendapatannya meningkat pendapatannya meningkat +58,13% dan membukukan laba bersih sebesar US$ 0,002/lembar (Rp 29, kurs Rp 14.500/USD) padahal periode sebelumnya membukukan kerugian US$ 0,0047/lembar. Beban pokok menurun lalu ditopang peningkatan pendapatan yang besar membuat RIGS mampu mengubah kinerja menjadi untung. Diperkirakan kinerja akan beranjut dan RIGS bisa mengantongi laba bersih sebesar US$ 0,0079/lembar (Rp 114/lembar) di tahun 2018. Jika demikian di harga 410 nilai PER saham RIGS hanya sebesar 3,6 dan itu sangat undervalue dan memiliki potensi besar untuk terbang. Atau dengan skenario 2x laba satu semester maka RIGS dihargai dengan PER 7 yang masih terlihat undervalue dan ditambah dengan nilai PBV yang kecil menjadi lebih menarik.

3. Rasio Keuangan Sehat
Meskipun dihantam kerugian dalam beberapa tahun yang lalu namun RIGS tetap selamat dan tidak bangkrut. Kenapa? Karena tingkat ekuitasnya yang lebih besar dibandingkan liabilitaslah yang membuatnya selamat. Tercatat manajemen cukup konservatif dalam mengendalikan hutang karena rasio hutang RIGS (DER) hanya sebesar 50-60% dalam 4 tahun terakhir. Itu artinya jumlah liabilitas hanya setengah dari ekuitas sehingga perusahaan kuat dalam menghadapi kinerja yang buruk. Oleh karena itu sebenarnya risiko keuangan RIGS rendah namun risiko fluktuatif sahamnyalah yang besar.

Kesimpulan:
Saham RIGS sangat potensial karena investor mulai merasa bahwa fundamental RIGS menjadi lebih baik. Inilah yang membuat harga saham RIGS naik dalam beberapa waktu kebelakang. Kinerjanya lebih bagus tahun ini sehingga RIGS merupakan kandidat untuk menjadi saham turnaround tahun ini.

PS Ini hanyalah sekedar info untuk para investor. Risiko dalam berinvestasi ditanggung sendiri oleh masing-masing investor. Info ini hanya berbentuk opini berdasarkan fakta-fakta yang ada. 
Dislaimer ON!

Selalu Akan Ada Peluang di Pasar Saham

Bila anda merasa melewatkan banyak peluang di masa lampau seperti "aduh seandainya aku berinvestasi di saham Unilever (UNVR) dulu!" atau "Aduh seharusnya aku berinvestasi pada saham United Tractor (UNTR) setelah krismon!" atau bahkan saham yang naik pesat hanya dalam waktu singkat seperti Barito Pacific (BRPT) di tahun 2016-2017 hingga saham Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) di tahun 2017-kini. Itu merupakan hal yang tidak produktif dan membuat anda stress serta depresi karena anda pikir anda melewatkan peluang? Setelah itu anda berpikir bahwa "Aku telah melewatkannya aku akan mencari yang berikutnya". Ini merupakan hal yang berbahaya karena anda akan melakukan analisa yang tergesa-gesa pada suatu saham berikutnya dan semakin tinggi ekspektasi anda maka semakin anda kecewa apabila kenyataan tidak sejalan dengan ekspektasi.

Mencari Peluang

Ketika anda tergesa-gesa maka anda memiliki ekspektasi yang tinggi dan itu membuat kesabaran anda menjadi kecil. Padahal bukankah kunci keberhasilan investasi terletak pada kesabaran? Semakin anda tidak sabar maka semakin besar peluang anda untuk membuang saham-saham potensial yang tidak bergerak di harga yang rendah karena tidak sesuai ekspektasi yang anda inginkan. Lalu kemudian anda akan merasa menyesal karena saham-saham tersebut naik dengan sangat tinggi karena anda membuangnya dan hanya karena tidak sabar dalam menunggu. 

Saham-Saham Jackpot
Di pasar saham akan selalu ada peluang bahkan pada saham-saham yang fundamentalnya sudah hancur sekalipun. Ketika prospek perusahaan berubah menjadi positif maka harga saham akan mengikuti untuk naik. Hal itu terjadi pada BRPT di tahun 2016 dan INKP di tahun 2017. Hal-hal seperti itu akan terjadi pada saham-saham yang mendapat giliran berikutnya yaitu pada saham-saham salah harga dengan valuasi rendah namun kinerjanya bagus. Bila anda melewatkan kenaikan pesat dari harga saham anggap saja saham tersebut merupakan saham jackpot yang membuat investornya beruntung karena memiliki sahamnya sebelum naik namun anda tentu saja tidak merugi hanya karena anda tidak berinvestasi sedikitpun, anda hanya kurang beruntung.

Semua Saham Memiliki Siklus
Setiap waktu pasar saham akan memberikan kesempatan kepada investor yang cermat dalam menangkap peluang. Contohnya saja di tahun ini emiten poultry bangkit dengan mencatatkan kinerja yang bagus. Sektor semen yang mencatatkan kinerja negatif kemungkinan akan berbalik di masa yang akan datang untuk mencatatkan kinerja positif. Sektor properti yang lesu juga menciptakan peluang karena properti akan selalu dibutuhkan sepanjang manusia hidup di bumi atau manusia ingin hidup di luar angkasa? Semua memiliki siklusnya dan investor yang cermat dalam menangkap peluang akan diberikan keuntungan yang besar oleh Mr. Market.

Kesimpulan:
Menyesali karena melewatkan peluang adalah tindakan yang tidak produktif dan sebagai investor anda harus menghilangkan rasa itu. Itu karena pasar saham akan memberikan peluang-peluang baru bagi investor yang cermat dalam menangkap peluang yang diberikan.

RTI Business Aplikasi yang Wajib Dimiliki Investor Saham Indonesia

Zaman sudah berkembang pesat dimana pertukaran informasi dapat berlangsung dengan singkat. Saat ini melalui smartphone kita dapat mengecek pergerakan harga saham dengan real time melalui aplikasi yang diberikan oleh sekuritas anda. Selain aplikasi yang diberikan oleh sekuritas anda ada aplikasi bagus yang wajib untuk digunakan oleh para investor saham Indonesia yaitu RTI Business. Aplikasi ini sangat membantu untuk para investor saham yang menginginkan data dasar dalam analisanya. Hal itu karena RTI menyajikan data yang cukup lengkap dari data fundamental dasar hingga profil perusahaan serta pemiliknya. Anda hanya cukup mendownload aplikasinya di App Store anda dan mendaftarkan email anda lalu mengkonfirmasi lewat email dan semua itu dilakukan dengan gratis.
RTI Business

Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai keunggulan aplikasi RTI Business ini dan bagaimana investor dapat menggunakannya secara maksimal.

1. Data Fundamental Dasar yang Cukup Menggambarkan
Bila anda ingin melakukan analisa fundamental dasar pada suatu saham maka RTI Business sangat baik unt memberikan gambaran kepada anda. Dalam tab Financials terdapat gambaran kinerja perusahaan dalam 5 tahun terakhir mulai dari income statement, balance sheet, cash flow dan perbandingan dividen dengan EPS. Untuk lebih jelasnya mengenai data fundamental anda dapat menuju tab Key Statistics, disana terdapat data EPS dan dividen dalam 3 tahun terakhir serta data terbaru dan rasio fundamental pada saham yang anda analisa.

2. Pemaparan Informasi Pemilik Saham
Terkadang kita ingin mengetahui seluruh pemilik saham yang ada pada suatu saham namun sangat repot sekali bila kita ingin mengeceknya lewat laporan keuangan atau laporan pemilik saham bulanan yang dikeluarkan di website IDX. Beruntunglah dengan aplikasi ini hal tersebut menjadi lebih mudah. Dalam tab Profile setelah kita masuk ke dalam analisa suatu saham maka data tersebut terpampang dengan jelas. Data itu mulai dari nama pemilik saham, jumlah saham yang dimiliki dan persentase kepemilikannya. Hal ini berguna jika kita ingin melihat porsi kepemilikan dalam suatu saham.

3. Berita dan Aksi Korporasi yang Update
Bila kita ingin melihat berita saham dengan cepat maka RTI Business untuk saat ini belum ada yang mengalahkan. Hal itu karena beritanya selalu terupdate dengan sangat cepat dan aplikasinya yang ringan hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk membukanya. Meskipun pemberitaan 100% berasal dari Kontan (karena aplikasi ini memag dibuat oleh Kontan) namun berita di Kontan selalu terupdate dan cukup cepat. Selain itu aplikasi RTI Business ini memberikan informasi mengenai aksi korporasi yang cepat dan aktual sehingga kita dapat melihat aksi korporasi baik di masa lalu hingga di masa yang akan datang. Aksi korporasi itu berupa pembagian dividen, jadwal IPO, right issue hingga RUPS.

4. Terdapat Aplikasi Trading
Bagi anda yang belum berinvestasi saham atau anda ingin mencoba skenario dengan data virtual maka aplikasi ini juga memberikan fitur trading virtual sehingga anda dapat bertransaksi saham layaknya seperti sesungguhnya. Saat ini masih jarang penyedia aplikasi trading saham secara virtual dan RTI Business memberikan layanan ini dengan cuma-cuma untuk anda.

5. Terdapat Fitur Watchlist Untuk Melihat Saham Incaran
Di aplikasi ini sangat mudah untuk memeriksa saham kita secara aktual. Tidak hanya itu fitur watchlist membuat investor dapat melihat pergerakan saham yang ingin dilihat secara cepat. Kita dapat mengelompokkan saham yang ingin kita pantau dalam satu kelompok dan kitapun dapat melihat pergerakannya secara serentak. Selain itu terdapat volume dan nilai transaksi yang memberikan pergerakan transaksi pada saham tersebut. Terdapat pula top gainer, top loser dan saham dengan volume terbesar yang menggambarkan saham-saham dengan pergerakan besar di bursa.

Kesimpulan:
RTI Business merupakan aplikasi WAJIB untuk dimiliki investor yang berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Hal itu karena RTI Business menyajikan data yang cukup lengkap untuk membantu investor melakukan analisa saham. Bahkan bila dinilai, RTI Business merupakan aplikasi bagus yang mengalahkan kebanyakan aplikasi trading broker.

Pasar Saham Merespon Positif Hasil Penentuan Cawapres

Kemarin malam pada tanggal 9 Agustus 2018 publik dihebohkan dengan berita terkait politik yaitu pemilihan cawapres. Kedua kubu saling menunda dalam mengumumkan cawapresnya sehingga menimbulkan pertanyaan publik tentang siapa cawapres yang akan digandeng oleh masing-masing capres yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Penentuan cawapres ini sangat menimbulkan polemik politik karena juga merupakan langkah besar yang menentukan kesempatan terpilihnya masing-masing calon dalam pemilu yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 nanti. Akhirnya Joko Widodo menggandeng Ma'ruf Amin dan Prabowo menggandeng Sandiaga Uno sebagai cawapres. Keesokan harinya pasar saham merespon positif dengan kenaikan IHSG sebesar +0,2%. Artikel ini hanya bersifat opini tentang sudut pandang pengamatan politik yang sedang terjadi dan tidak ada niatan menjatuhkan ataupun keberpihakan pada masing-masing calon.

Capres Cawapres 2019

Strategi Mengulur
Pengumuman capres dan cawapres ini merupakan pengumuman paling mendadak sepanjang sejarah pemilu. Nampak kedua kubu dengan sengaja mengulur dan saling intip pilihan lawannya. Namun sebenarnya kejadian ini dikarenakan oleh kubu Joko Widodo yang memang sengaja mengulur sehingga pihak lain juga dengan berhati-hati untuk mengikuti mengulur. Seandainya saja pihak Joko Widodo tidak mengulur pengumuman maka pihak Prabowo Subianto juga kemungkinan tidak akan mengulur waktu. Namun hal tersebut wajar untuk dilakukan karena semenjak pemilihan gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 silam membuat pemilihan presiden menjadi lebih disorot dan mengundang kontroversial. Sehingga kubu Joko Widodo lebih bersikap berhati-hati dalam mengambil keputusan ketika memilih cawapres karena hal tersebut sangat menentukan kemenangan pada saat pemilu.

Diluar Ekspektasi
Nama yang dikantongi oleh Joko Widodo adalah Ma'ruf Amin yang saat ini menjabat sebagai ketua MUI. Namun hal itu diluar perkiraan banyak orang yang menilai bahwa Joko Widodo akan menggandeng Mahfud MD sebagai cawapres. Asal tahu saja banyak kandidat yang berpotensi menjadi cawapres yang berinisial M (karena diberikan petunjuk bahwa cawapres berinisial M) yaitu mulai Sri Mulyani, Moeldoko, Muhaimin Iskandar dan Muhammad Jusuf Kalla. Namun nama Mahfud MD menjadi kandidat kuat karena sosok yang religius dan mengerti seluk beluk pemerintahan. Sebenarnya pada beberapa jam sebelum pengumuman Mahfud MD sudah bersiap namun kemudian pulang karena ada yang berbeda pada pemilihan kali ini. Nampaknya Joko Widodo ingin bermain aman dengan menggandeng ulama sebagai cawapres. Hal diluar ekspektasi juga terjadi pada kubu Prabowo Subianto yang menggandeng Sandiaga Uno sebagai cawapres. Padahal Sandiaga Uno merupakan wakil gubernur DKI Jakarta yang sedang menjabat. Sebelumnya terdengar isu bahwa Prabowo Subianto akan menggandeng Agus Harimurti Yudhoyono sebagai cawapres namun hal itu diakhiri dengan walkout partai Demokrat dari kubu Prabowo Subianto. Begitulah politik, semua dapat berubah hingga detik terakhir.

Pasar Merespon Positif
Pada tanggal 10 Agustus 2018 IHSG dibuka dengan warna hijau +0,37% ke level 6087,96 dan keadaan hijau tersebut bertahan hingga akhir perdagangan sesi I. Bahkan hingga penutupan perdagangan pukul 16.00 IHSG masih berada di posisi hijau +0,2 %. Sepertinya pasar merespon positif pemilihan cawapres pada kali ini. 

Kesimpulan:
Pemilihan cawapres kali ini merupakan hal yang terlama dan mendadak. Banyak hal yang diluar ekspektasi terjadi. Namun kabar baiknya investor merespon positif pemberitaan politik ini dan IHSG naik sebesar +0,2%, pada keesokan harinya.

Thursday, August 9, 2018

Pengertian Kapitalisasi Pasar

Market Capitalization atau kapitalisasi pasar adalah nilai pasar yang diberikan kepada perusahaan yang didapatkan dari hasil kali harga saham per lembar dengan jumlah saham yang ada di perusahaan. Total hasil kali inilah yang menunjukkan nilai perusahaan melalui harga yang ada di pasar. Ini merupakan salah satu indikator untuk membandingkan ukuran nilai antar perusahaan publik. Cara perhitungan kapitalisasi pasar sangatlah simpel yaitu dengan mengalikan harga saham di pasar dengan seluruh saham perusahaan. Misalnya saja saham ABCD memiliki jumlah saham 10 miliar lembar dan harga saham di pasar adalah Rp 1000/lembar maka nilai kapitalisasi pasarnya adalah Rp 10 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar menilai bahwa perusahaan tersebut memiliki nilai Rp 10 triliun.
Peningkatan Kapitalisasi

Melihat Kapitalisasi Pasar Lebih Jauh
Hal yang menarik dari kapitalisasi pasar adalah dengan melihat kapitalisasi pasar secara sepintas maka kita dapat mengetahui perusahaan mana yang memiliki ukuran yang besar. Perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang besar biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang lebih kecil. Misalkan saja dalam sebuah skenario perbandingan kapitalisasi pasar saham ABCD sebesar Rp 10 triliun dibandingkan dengan saham WXYZ yang memiliki kapitalisasi pasar hanya sebesar Rp 5 triliun. Hanya dengan melihat kapitalisasi pasar investor dapat melihat bahwa saham ABCD lebih besar dibandingkan dengan saham WXYZ.

Kapitalisasi pasar berkaitan erat dengan pergerakan harga saham. Sebagai contoh sebuah saham ABCD yang sudah disebutkan tadi mengalami kenaikan harga saham dari Rp 1000/lembar menjadi Rp 10.000/lembar dengan total saham sebanyak 10 miliar lembar maka kapitalisasi pasarnya adalah sebesar Rp 100 triliun. Lalu manajemen melakukan stock split sebanyak 5:1 maka harga sahamnya menjadi Rp 2000/lembar. Kelihatannya dari sekilas harga sahamnya hanya naik 2 kali namun dengan melihat kapitalisasi pasar seorang investor dapat lebih mudah untuk melihat kenaikan harga perusahaan yang sesungguhnya karena data kapitalisasi pasar bersifat tetap.

Kegunaan Kapitalisasi Pasar Dalam Analisa
Kapitalisasi pasar sangat berguna untuk analisa saham karena kapitalisasi membuat perhitungan valuasi menjadi mudah. Untuk mendapatkan data PER terkadang akurasi dapat dipertanyakan karena EPS yang bisa berubah dengan faktor right issue atau perubahan lembar saham yang lain. Namun dengan kapitalisasi pasar maka anda bisa dengan mudah mendapatkan data PER yaitu dengan membagi kapitalisasi pasar dengan laba bersih yang dihasilkan perusahaan maka didapatlah data PER dengan catatan bahwa kapitalisasi pasar harus aktual dan benar secara real time. Hal yang sama dapat dilakukan untuk menghitung PBV yakni dengan membagi kapitalisasi pasar terhadap ekuitas.

Selain itu dengan membandingkan kapitalisasi antar perusahaan seorang investor bisa tahu seberapa besar potensi dari suatu perusahaan. Dalam dunia saham ada tiga jenis kapitalisasi pasar yaitu kapitalisasi pasar besar, kapitalisasi pasar sedang dan kapitalisasi pasar kecil. Pengelompokan kapitalisasi pasar akan berubah seiring berjalannya waktu karena nilai ekonomi yang terus bertumbuh dan menyebabkan kapitalisasi pasar perusahaan-perusahaan meningkat seiring berjalannya waktu. Namun untuk lebih mudah menjelaskannya maka klasifikasi akan dibagi menjadi 10 jenjang yaitu:
- Kapitalisasi Pasar Besar (Big Cap) merupakan perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar diatas Rp 100 triliun
- Kapitalisasi Pasar Sedang (Medium Cap) merupakan perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar diatas Rp 10 triliun namun masih dibawah Rp 100 triliun
- Kapitalisasi Pasar Kecil (Small Cap) merupakan perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar dibawah Rp 10 triliun

Klasifikasi kapitalisasi pasar seperti diatas hanyalah sebuah gambaran saja mengenai besarnya perusahaan dan itu hanyalah sebuah metode pengklasifikasian kapitalisasi karena persepsi mengenai besar atau tidaknya perusahaan antara investor bisa berbeda-beda. Adapula yang mengatakan saham second liner dan third liner yang merupakan sebutan lucu pada saham yang juga menggambarkan nilai kapitalisasi pasar. 

Trik Investasi Secara Kapitalisasi
Kapitalisasi menggambarkan besarnya atau nilai perusahaan sehingga apabila perusahaan sudah memiliki kapitalisasi pasar yang besar maka akan sulit untuk melipatgandakan kapitalisasinya. Kunci kenaikan nilai investasi adalah dengan kenaikan kapitalisasi juga. Jika anda ingin mendapatkan kenaikan 10 kali lipat maka nilai kapitalisasi juga harus naik 10 kali lipat. Oleh karena itu berinvestasi pada kapitalisasi kecil lebih masuk akal untuk melipatgandakan investasi secara cepat karena lebih mudah melipatgandakan Rp 1 triliun dibandingkan melipatgandakan Rp 100 triliun. Jika kapitalisasi sudah sangat besar maka anda perlu mempertanyakan apakah masuk akal bahwa perusahaannya dinilai 10 kali lebih besar dari nilai yang sekarang. Karena perlu dicatat bahwa nilai kapitalisasi pasar suatu perusahaan tidak mungkin melebihi nilai ekonomi/GDP dari negaranya.

Kesalahan Dalam Analisa Kapitalisasi Pasar
Kapitalisasi pasar tidak menggambarkan nilai intrinsik suatu perusahaan. Bisa saja suatu perusahaan dinilai lebih tinggi daripada aset yang dimilikinya. Bisa saja sebuah perusahaan dengan aset Rp 1 triliun memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 10 triliun dan begitupula sebaliknya. Namun dengan melihat perbandingan tersebut dapat terlihat apakah perusahaan tersebut dinilai overvalue atau undervalue oleh pasar. 

Kesimpulan:
Kapitalisasi pasar merupakan nilai dasar yang diberikan pasar kepada suatu saham. Ini tidak menggambarkan nilai sesungguhnya dari suatu perusahaan. Perbedaan antara kapitalisasi pasar dengan nilai intrinsik perusahaan inilah yang digunakan value investor untuk mendapatkan keuntungan ketika pasar menghargainya dengan wajar.

Stop Membeli Saham CLEO Karena Sudah Mahal

Dulu pada Juli 2017 dalam sebuah artikel saya merekomendasikan saham CLEO sebagai salah satu saham consumer goods yang layak untuk investasi. Di saat itu harga saham CLEO adalah sebesar 390/lembar dan itu adalah harga sebelum stock split. Pada bulan Juli 2018 manajemen CLEO melakukan stock split sebesar 1:5 yang membuat harganya menjadi dibagi 5 dibanding harga sekarang. Itu artinya harga saham CLEO pada saat itu hanya sebesar 78/lembar dibandingkan harga sekarang di 320-an. Hanya dalam setahun sejak rekomendasi saham CLEO sudah naik sebesar +310%. Kendati naik pesat namun saham CLEO saat ini sudah keluar dari radar saya karena sudah overvalue. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai kinerja dan valuasi saham CLEO saat ini.



Kenaikan harga saham yang pesat tentu saja membuat investor saham CLEO sangat senang. Bayangkan saja semenjak IPO harga saham CLEO sudah naik sebesar +13.900% dari harga IPOnya. Investor yang berhasil membeli saham penawaran IPOnya pasti sudah untung sangat besar di saham ini. Namun kenaikan yang pesat itu harus dipikirkan investor kembali karena hal itu menyebabkan valuasi saham CLEO menjadi sangat tinggi dan tidak menarik. Saat ini di harga 320 saham CLEO memiliki PER sebesar 70 dan PBV sebesar 10,8 dan itu sangat mahal. Bandingkan saja dengan perusahaan consumer sejenis seperti ADES yang memiliki PER sebesar 13 dan PBV sebesar 1,2 lalu ICBP memiliki PER sebesar 27,5 dan PBV sebesar 5 atau UNVR yang memiliki PER 46,8 dan PBV sebesar 65,4 (UNVR adalah pengecualian karena ini merupakan satu-satunya perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi tapi jika dibilang overvalue sih iya). Dilihat dari segi PER saham CLEO sangatlah tidak menarik namun mungkin akan ada investor yang menyatakan bahwa hal itu wajar karena CLEO berkembang pesat.

Kinerja Cemerlang Tapi Overvalue
Memang benar sebenarnya kinerja CLEO bisa dibilang cemerlang. Di tahun 2017 CLEO membukukan laba bersih +29,2% dan pendapatan +17,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Dan pada Q2 2018 ini CLEO mampu membukukan kenaikan laba bersih +60,5% dan pendapatan +26,9% dibandingkan dengan periode yang sama sebelumnya. Tentu ini adalah perusahaan dengan kinerja yang bagus namun jika investor membayar terlalu mahal maka investor tidak mendapat keuntungan yang bagus. Bila kita cukup konservatif dan memproyeksikan laba bersih CLEO di tahun 2018 naik +50% itu akan membuat CLEO dihargai dengan PER sebesar 46 dan itu masih terlihat sangat mahal. Oleh karena itu kendati kinerjanya bagus namun karena valuasinya yang sudah sangat mahal maka sebaiknya investor menahan diri dulu untuk membeli atau jika yang sudah memiliki saham CLEO maka sebaiknya mengurangi porsinya karena saham CLEO sudah sangat overvalue.


Kesimpulan:
Kenaikan saham yang pesat semenjak IPO membuat investor yang berinvestasi sejak IPO merasakan keuntungan yang besar. Sejak direkomendasikan tahun lalu saham CLEO sudah naik lebih dari 3 kali. Namun karena kenaikannya yang pesat saham CLEO sudah tidak menarik kembali karena harganya yang sudah sangat mahal.

Sebuah Video yang Bagus Mengenai Konsep Sederhana Tentang Bisnis dan Investasi Saham

Bila anda serius ingin belajar tentu banyak jalan atau media untuk anda belajar. Bahkan anda dapat belajar melalui situs yang anda sering tonton yaitu YouTube. Di artikel ini saya ingin berbagi sebuah video bagus yang menggambarkan konsep dasar dari bisnis dan investasi. Video ini sangat bagus untuk pemula yang baru ingin belajar mengenai fundamental saham dan cara kerja investasi saham ataupun sistem bisnis. Namun video ini disajikan dalam bahasa Inggris dan bagi anda yang kurang begitu fasih dalam bahasa Inggris mungkin akan kesulitan dalam menontonnya. Kendati demikian anggap saja video ini sebagai latihan untuk melatih anda dalam bahasa Inggris.


Biografi William Ackman
William Ackman atau yang sering disebut Bill Ackman merupakan seorang manajer dan pendiri hedge fund yang bernama Pershing Square yang didirikan tahun 2003. Di awal-awal pendiriannya Bill Ackman mampu memberikan imbal hasil yang jauh lebih besar dari kinerja pasar. Dia merupakan investor fundamentalist dan aktivis yang merubah tata kelola perusahaan yang sahamnya dia beli. Saat ini Pershing Square mengelola aset sebesar lebih dari US$ 6 miliar dan Bill Ackman sendiri memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 1 miliar. Oleh karena itu tidak perlu lagi meragukan kredibilitasnya dalam berinvestasi saham.

Dalam video ini dijelaskan mekanisme bisnis secara dasar yang dicontohkan melalui sebuah start up berbisnis stand minuman lemon. Lalu dijelaskan bagaimana investor mendapatkan keuntungan serta visi jangka panjang melalui bunga-berbunga. Yang menarik dari video ini adalah sebuah startup seperti ini tidak menghasilkan keuntungan terlebih dahulu. Stand minuman lemon ini merugi di tahun pertama namun seiring berjalannya waktu stand minuman lemon ini membukukan kinerja yang sangat pesat. Keuntungan stand minuman lemon ini di tahun terakhir bahkan melebihi jumlah investasi dari investornya dan bila anda menemukan bisnis yang sama seperti stand minuman lemon ini maka berinvestasilah disana karena potensinya sangatlah besar untuk mendapatkan keuntungan. 

Kesimpulan:
Bill Ackman memberikan video yang bagus tentang hal dasar dari sebuah bisnis ataupun investasi. Video ini sangat baik untuk ditonton karena membuka cakrawala kita mengenai bagaimana seorang investor mendapatkan keuntungan dalam sudut pandang sebuah bisnis bukan dari perubahan selisih harga saham yang ada di bursa.

Wednesday, August 8, 2018

Anggaran Infrastruktur Tidak Dipangkas Katalis Positif Saham Konstruksi di Tahun 2019

Belakangan ini investor resah terhadap banyaknya kecelakaan dan isu cashflow negatif yang membuat perusahaan konstruksi terancam bangkrut karena banyaknya beban hutang. Tidak hanya itu investor juga khawatir bahwa anggaran infrastruktur yang digenjot pemerintahan saat ini terlalu tinggi sehingga adanya potensi akan dipangkas pada tahun-tahun berikutnya. Apalagi di tahun 2019 terdapat pemilihan umum untuk menentukan Presiden Republik Indonesia yang selanjutnya. Investor memperkirakan bahwa pemerintah akan lebih memilih untuk bermain aman dengan menerapkan kebijakan yang lebih populis yaitu pemberian insentif sosial kepada masyarakat. Apabila itu terjadi kemungkinan besar akan ada pemotongan anggaran di sektor lain seperti halnya kenaikan anggaran infrastruktur memotong anggaran subsidi energi. Namun ternyata hal itu kemungkinan besar tidak terjadi.
Infrastruktur

Beberapa bulan yang lalu terdapat pernyataan dari pemerintah yang menyatakan akan lebih fokus untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal itu menimbulkan kekhawatiran bagi investor karena berpotensi untuk mengurangi anggaran infrastruktur. Hal inilah yang menjadi penyebab bahwa saham-saham infrastruktur cenderung tidak bergerak dengan positif. Namun beberapa hari ini ada pemberitaan bahwa anggaran infrastruktur tidak akan dipangkas. Hal itu karena menyangkut kelangsungan penyelesaian proyek yang telah dicanangkan. Malah menurut sebuah berita dari CNBC anggaran infrastruktur di tahun 2019 akan dinaikkan sebesar Rp 110 triliun dari anggaran sebesar Rp 410 triliun di tahun 2018. Itu artinya ada peningkatan lebih dari 25% dari anggaran infrastruktur di tahun ini. Hal ini akan menjadi katalis positif untuk saham-saham berbasis infrastruktur di tahun 2019.

Anggaran Infrastruktur 2009-2018
Anggaran Infrastruktur 2009-2018

Sejatinya untuk mempertahankan kedudukannya pemerintahan akan menerapkan kebijakan yang bersifat sosial atau populis di akhir masa jabatan agar mendapatkan kesan yang baik di masyarakat dan berpotensi besar untuk dipilih kembali. Oleh karena itu ada hal yang berbeda pada kebijakan pemerintahan saat ini yang tidak terlalu menganut hal tersebut. Namun menaikkan anggaran infrastruktur merupakan hal yang tepat untuk mempercepat penyelesaian proyek yang sedang dikerjakan dan membuat pemerintah memiliki prestasi untuk ditunjukkan. Selain itu elektabilitas pemerintah yang lebih kuat dibandingkan oposisi membuat pemerintah sepertinya tidak perlu menarik perhatian masyarakat dengan kebijakan populis. Sektor konstruksi akan menjadi sektor yang menarik di tahun 2019 mengingat dulu sektor konstruksi mengalami peningkatan yang kuat di tahun 2014 setelah posisi yang kuat Joko Widodo untuk terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia yang mencanangkan pembangunan infrastruktur di masa pemerintahannya.

Kesimpulan:
Tidak dipangkasnya anggaran infrastruktur oleh pemerintahan di tahun 2019 merupakan sebuah hal yang di luar ekspektasi. Hal ini tentu saja akan menjadi katalis positif untuk sektor konstruksi.

Rahasia Investasi Saham Buy and Hold Quality Company

Bila ada yang menanyakan bagaimana cara agar bisa mendapatkan profit di dunia saham maka jawabannya akan bermacam-macam. Namun sesungguhnya keuntungan terbesar dalam investasi saham terletak pada bagaimana kita bisa dapat menemukan perusahaan berkualitas dan menjadi pemiliknya dalam jangka panjang. Itu adalah kunci sederhana investasi saham namun banyak orang yang mengabaikannya. Ketidaksabaran akan menahan dalam jangka panjang dan ingin cepat untung adalah sebuah mentalitas yang harus dihilangkan dari benak investor.

Seperti yang sudah berkali-kali saya tekankan bahwa sejatinya saham merupakan sebuah cerminan dari perusahaan. Memang seringkali kita menemukan pergerakan saham yang tidak selaras dengan fundamental perusahaan. Namun pada akhirnya harga saham akan mengikuti fundamental perusahaan. Perusahaan yang bagus dan berkembang dengan pesat akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham yang besar dan valuasi saham yang tinggi. Begitupula apabila perusahaan yang berkinerja jelek maka pasar akan memberikan hukuman dengan pergerakan saham yang menurun dan valuasi saham yang rendah. Itu merupakan hukum dasar di dunia saham yang tidak bisa untuk dihindari.

Contoh Saham di Amerika Serikat
Sejarah membuktikan dan itu akan terus terjadi selama sistem kapitalisme tetap digunakan bahwa berinvestasi pada perusahaan yang berkualitas dan berkembang dengan baik akan memberikan imbal hasil yang besar kepada investornya. Di Amerika Serikat banyak contoh saham-saham dari perusahaan yang sukses seperti Facebook, Amazon, Apple, Walmart, Disney, Microsoft dll. yang memberikan imbal hasil investasi tinggi kepada investornya. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berkualitas yang terus berkembang sepanjang waktu sehingga membuat orang yang membeli sahamnya dahulu mendapatkan keuntungan yang besar. Sebaliknya orang yang berinvestasi pada saham yang jelek seperti WorldCom, Enron (skandal saham tebesar), Lehman Brothers dan perusahaan-perusahaan bangkrut lainnya mendapati bahwa investasinya menjadi hilang dan tidak bernilai.

Contoh Saham di Indonesia
Tentu saja hal tersebut juga berlaku untuk pasar saham di Indonesia. Perusahaan-perusahaan berkualitas seperti Unilever (UNVR), Astra Internasional (ASII), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), United Tractor (UNTR) merupakan contoh perusahaan berkualitas yang memberikan keuntungan yang besar kepada investor sejak mereka IPO. Sebaliknya perusahaan-perusahaan yang kurang berkualitas seperti Modern Internasional (MDRN), Bakrie Telecom (ELTY) dan Gading Development (GAMA) membuat investornya merugi besar karena harga sahamnya jatuh ke level terendah yaitu 50/lembar. Namun jika melihat secara fundamental maka tidak mengherankan bahwa kisah ini terjadi. Hal itu karena perusahaan berkualitas memiliki kinerja yang bagus dan perusahaan yang jelek memiliki kinerja yang tidak bagus.

Kesimpulan:
Banyak yang berpikir bahwa cara mendapatkan keuntungan di pasar saham adalah menganalisa pergerakan harga saham namun itu adalah hal yang salah. Sejatinya cara yang sangat jelas terbukti adalah membeli saham-saham perusahaan berkualitas dan menahannya dalam jangka panjang.

Tuesday, August 7, 2018

Saat Ini Warren Buffett Memegang Banyak Cash

Warren Buffett yang mendapatkan julukan sebagai Oracle of Omaha memiliki kecenderungan untuk tetap berinvestasi secara terus menerus di pasar saham. Namun beberapa tahun terakhir ada kecenderungan bahwa Warren Buffett menahan diri untuk membeli saham saat ini. Dalam laporan keuangan Berkshire Hathaway (NYSE:BRK) tercatat sebesar US$ 111,1 miliar berupa kas dan setara kas dan jumlahnya bertambah US$ 2 miliar dari kuartal sebelumnya. Hal inipun menimbulkan masalah kendati bukanlah masalah yang besar karena masalah dalam kelebihan uang adalah masalah yang baik. Sepertinya Warren Buffett tidak berkeinginan untuk berinvestasi pada kondisi pasar yang sekarang. Melalui artikel ini kita berusaha untuk melihat pola pikir dan dampak dari kebijakan ini.
Warren Buffett Cash

Dalam setahun terakhir S&P 500 memberikan imbal hasil sebesar 15% dan terus mengalami kenaikan sejak krisis finansial global berakhir di awal tahun 2009. Mungkin anda akan terheran-heran dengan tindakan Warren Buffett yang tidak berinvestasi di pasar saham yang berarti melewatkan momentum pasar yang bullish. Namun jika melihat pergerakan saham yang bullish secara terus menerus kendati terlihat bagus akan menimbulkan sebuah masalah yaitu bubble. Dilihat dari tindakannya yang menyiapkan dana cash yang besar maka Oracle of Omaha menilai bahwa pasar saat ini sudah berada di level bubble alias mahal dalam sejarah yang pernah ada. Menurut data Gurufocus saat ini valuasi pasar sudah sangat tinggi dan mencapai posisi valuasi yang tinggi seperti pada saat Crash 1929 dan Bubble Dot Com di tahun 2000. Berikut ini adalah data grafik valuasi pasar saham Amerika Serikat sepanjang sejarah.
US Total Market vs US GDP 2018
Grafik US Total Market vs US GDP
Sumber: Gurufocus.com

Pasar Sudah Terlihat Sangat Mahal
Melihat grafik tersebut tentu saja merupakan sebuah indikator bahwa pasar sudah sangat mahal dan berisiko besar untuk terjadi crash yang terbukti ketika bubble dot com mendekati level tahun 1929 maka terjadi crash. Dengan data simpel tersebut kita dapat mengerti mengapa Warren Buffett saat ini memegang cash. Alasannya adalah pasar sudah sangat terlalu mahal dimana banyak perusahaan besar dan terkenal memiliki valuasi yang mahal bahkan bisa memiliki PER diatas 30. Kendati prospek perusahaan bagus namun valuasinya terlalu tinggi untuk perusahaan besar yang sudah mature dengan pertumbuhan yang moderat. Oleh karena itu Warren Buffett saat ini kesulitan untuk menemukan saham-saham prospek yang undervalue pada saat ini.

Antisipasi Crash
Selain pasar yang sudah terlihat mahal dari sejarahnya yang membuat Warren Buffett memegang banyak cash kemungkinan besar lainnya adalah Warren Buffett sedang menunggu krisis atau penurunan pasar secara besar-besaran untuk terjadi. Saham murah akan lebih mudah ditemukan dan lebih berpotensi untuk dibeli pada saat krisis terjadi. Hal itu karena ketika terjadi crash maka saham-saham secara keseluruhan akan mengalami kejatuhan tidak peduli apakah saham dari perusahaan bagus ataupun tidak. Saham di perusahaan bagus akan menjadi sangat murah dan sangat bagus untuk dibeli pada saat krisis atau crash. Oleh karena itu Warren Buffett sedang mennggu pasar agar merefleksikan keadaan yang sesungguhnya terjadi tidak seperti saat ini yang cenderung terlalu mahal atau overvalue.

Dampak Pasar Saham AS Bila Crash
Secara tidak langsung tindakan Warren Buffett ini bisa dijadikan acuan dalam berinvestasi. Dengan banyaknya cash yang dipegang menandakan bahwa Warren Buffett memprediksi bahwa pasar sudah cenderung sangat mahal dan overvalue sehingga dalam jangka waktu dekat Warren Buffett memperkirakan akan adanya krisis atau crash di pasar saham Amerika Serikat. Dampaknya akan terasa langsung di bursa saham mancanegara tidak terkecuali di Indonesia. Di tahun 2008 ketika pasar saham Amerika Serikat jatuh pasar saham Indonesia juga mengikuti untuk jatuh padahal di tahun tersebut fundamental perekonomian Indonesia cukup kuat kendati terjadi pelemahan mata uang terhadap US Dollar. Oleh karena itu jika pasar saham Amerika Serikat jatuh itu akan menjadi dampak negatif pada pasar saham Indonesia juga karena pasar saham Indonesia mengikuti.

Efek Negatif Strategi Ini
Namun sejauh ini tindakan Warren Buffett ini kurang terlihat bagus karena sejak tahun 2009 pasar saham Amerika Serikat mengalami kenaikan secara konsisten sehingga membuat sang Oracle melewatkan peluang kenaikan ini. Memegang cash merupakan hal yang terbaik di saat krisis karena menghindari potensi kerugian karena jatuhnya nilai investasi namun memegang cash di saat pasar sedang bullish sangatlah tidak produktif karena hal itu membuat investor melewatkan imbal hasil yang bagus dari investasi. Namun dilihat dari sejarah Warren Buffett mengumpulkan cash beberapa tahun sebelum terjadi Crash Bubble Dot Com di tahun 2000 dan juga menyiapkan cash sebelum terjadi Krisis Keuangan Global di tahun 2008. Apakah tindakan Warren Buffett ini sangat bagus? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.

Kesimpulan:
Warren Buffett sebagai investor terbaik sepanjang masa saat ini sedang mengumpulkan cash dan berinvestasi di saham dengan porsi yang kecil. Hal itu menandakan bahwa pasar saham Amerika Serikat saat ini sudah sangat mahal dan berpotensi untuk turun. Dampak penurunan pasar saham Amerika Serikat akan sangat dirasakan oleh pasar saham mancanegara tidak terkecuali Indonesia.

Prospek TLKM Redup di Tahun Ini

Hal yang mengejutkan terjadi di pasar saham dimana perusahaan telekomunikasi BUMN yaitu Telekomunikasi Indonesia (TLKM) mencatatkan kinerja semester I yang negatif. Laba bersih TLKM menurun sebesar -27% pada Q2 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan TLKM un relatif tidak bergerak dengan kenaikan 0,5% dari periode yang sama tahun lalu. Sebenarnya penurunan ini sudah terlihat sejak Q1 2018. Pada Q1 2018 laba bersih TLKM turun sebesar -14% dan pendapatan hanya meningkat sebesar 4%. Dari laporan keuangan yang ada sepertinya kinerja TLKM sudah mulai melambat.

Telkom Indonesia
Persaingan yang Ketat
Saat ini industri telekomnikasi mengalami persaingan yang sangat ketat dengan adanya perang tarif antara masing-masing operator telekomunikasi. Kehadiran penjualan data sebagai penopang prospek telekomunikasi ternyata menimbulkan persaingan yang ketat di industri telekomunikasi. Imbasnya di semester I tahun ini banyak emiten operator telekomunikasi yang merasakan dampaknya. Tidak hanya TLKM, XL Axiata (EXCL) dan Indosat (ISAT) juga mengalami penurunan kinerja pada periode ini. EXCL bahkan membukukan kerugian sebesar Rp 81 miliar padahal dua tahun sebelumnya membukukan keuntungan. Begitupula dengan ISAT yang membukukan kerugian setelah dua tahun sebelumnya membukukan keuntungan. Oleh karena itu penurunan kinerja TLKM masih bisa dibilang wajar karena mengikuti tren penurunan industri. Namun dengan prospek industri yang kurang bagus maka sebaiknya investor menunda dulu untuk berinvestasi di industri telekomunikasi. Industri telekomunikasi sedang mengalami penurunan kinerja dan berpotensi untuk menjadi turnaround namun sebelum itu terjadi risikonya sangat besar.

Efek Penurunan Kinerja
Sejak awal tahun hingga artikel ini ditulis saham TLKM sudah mencatatkan imbal hasil yang negatif yaitu -20%. Pasar sangat merespon negatif terhadap penurunan kinerja TLKM dan sahamnya berpotensi untuk turun kembali mengingat belum adanya katalis positif yang dapat menopang pergerakan saham TLKM. Ditambah lagi saat ini di harga 3500 saham terlihat cukup mahal dengan PER 16 dengan menggunakan laba bersih tahun 2017. Namun jika melihat laba bersih di tahun 2018 yang menurun cukup besar maka valuasi tersebut kurang tepat untuk dijadikan acuan. Analis memperkirakan EPS TLKM di tahun 2018 sebesar 180 atau turun dari 220 di tahun 2017. Sehingga dengan melihat EPS kedepannya saat ini TLKM di harga 3500 diperdagangkan dengan PER 19,4 yang artinya cukup mahal untuk perusahaan yang mencatatkan penurunan.

Kesimpulan:
Kinerja TLKM yang bagus di masa lalu tidak membuat kinerjanya juga ikut bagus pada saat ini. Bahkan terlihat saham TLKM cukup overvalue di harga 3500 dengan melihat kinerja dan valuasinya. Investor sebaiknya wait and see sebelum membeli saham TLKM atau bisa mengurangi porsi saham TLKM di portofolio apabila memilikinya.

5 Alasan Kenapa Trading Harian Tidak Menang Dalam Jangka Panjang

Kebanyakan orang yang berinvestasi saham memilih untuk menjadi seorang trader yang melakukan transaksi jual beli dalam jangka pendek. Profit yang terlihat tinggi dalam waktu singkat membuat banyak orang tertarik dengan posisi ini. Bayangkan saja suatu saham bisa naik hingga 30% dalam sehari yang membuat setiap orang pasti tergoda untuk menjadi salah seorang yang beruntung untuk membeli sebelum naik dan menjual setelah naik. Oleh karena itu mereka senang untuk menjadi trader harian dan berusaha mencari saham-saham yang berpotensi untuk naik keesokan harinya dan menjualnya untuk mendapatkan profit yang besar dan beralih pada saham potensial selanjutnya. Terlihat bagus memang tapi tidak seperti itu kenyataannya, sounds good but doesn't work. Itu mungkin pepatah yang tepat untuk menggambarkan kenyataan ini. Kalau ada yang berhasil dengan metode seperti ini jangankan untuk menjadi kaya, orang tersebut akan menjadi salah satu orang terkaya di dunia dan biografinya akan tertulis bahwa dia meraih posisi kekayaannya dengan day trading. Namun lihatlah posisi orang-orang terkaya di dunia yang notabene mayoritas mendapatkannya dari investasi saham, namun apakah filosofi mereka demikian?
Performa

Memang dalam beberapa waktu jangka pendek seorang trader akan menang dan meraih profit yang tinggi. Bahkan profit tersebut yang tinggi membuat trader tersebut sangat senang dan percaya pada strategi tersebut. Setelah mendapatkan profit yang tinggi kekalahan-kekalahan atau kerugian trading dianggap sebagai kesalahan diri dan dinggap biasa saja. Namun jika dikalkulasikan secara jangka panjang kerugian tersebut akan merusak kinerja investasi dalam jangka panjang. Orang terkaya di dunia berorientasi jangka panjang dan terbukti mengalahkan trader yang bermain jangka pendek. Oleh karena itu akan dibahas dalam artikel ini mengapa trading bisa kalah dalam jangka panjang:

1. Persentase yang Tidak Setara Pada Kenaikan dan Penurunan
Jika anda orang yang suka menganalisa maka anda akan menyadari bahwa persentase kenaikan dan peurunan investasi tidaklah setara. Contohnya saja jika anda berinvestasi dengan US$ 100 dan mendapatkan profit sebesar 10% maka nilai investasi anda menjadi US$ 110 dan anda untung US$ 10. Namun jika anda kehilangan -10% dari modal maka nilai investasi anda tinggal US$ 90 atau anda kehilangan US$ 10. Kelihatannya sama namun itu berbeda dan inilah penjelasannya. Masih pada contoh yang sama berapakah besar persentase kenaikan agar trader tersebut dapat mengembalikan modalnya dari US$ 90 ke US$ 100 lagi? Jawabannya bukanlah 10% namun 11,1% yang artinya trader tersebut harus profit 11,1% untuk mengembalikan ke posisi semula dan semakin besar penurunan maka persentase kenaikan yang harus dibayar menjadi lebih besar pula. Katakanlah trader tersebut mengalami penurunan -50%, US$ 100 menjadi US$ 50. Maka trader tersebut harus menggandakan uangnya atau profit 100% baru dapat mengembalikan modalnya kembali. Rumus matematika sederhana inilah yang bisa menghancurkan jalan kesuksesan para trader. Hal itu karena mereka melawan hukum matematika yang ada. Sedangkan investor jangka panjang tidak mempedulikan penurunan dalam jangka pendek dan bersabar menunggu hingga profit lalu menjualnya yang berarti menghindari kerugian yang terjadi. Warren Buffett mengatakan "Rule no 1: Never lose money, Rule no 2: Don't forget rule no 1".

2. Menikmati Keuntungan Jangka Pendek
Kebanyakan trader terlena dengan keuntungan yang diraihnya dan kebanyakan orang melakukan hal yang sama. Apa yang terjadi jika saham anda naik dan anda menjualnya lalu kemudian mendapatkan keuntungan? Apakah anda menginvestasikan dananya kembali atau menghabiskan keuntungannya? Kebanyakan trader memilih opsi yang terakhir sebagai sarana pemuas diri dan refreshing untuk menikmati hasil karena mereka telah bekerja keras dalam menganalisa. Ini adalah hal yang fatal karena seharusnya keuntungan dijadikan modal untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Hal psikologis tersebut dapat dihindari oleh investor jangka panjang karena mereka berkomitmen untuk jangka panjang dan tidak menjualnya hingga mencapai potensi maksimal dari sahamnya.

3. Tidak Mendapatkan Keuntungan Dari Efek Compounding
Masuk dan keluar dalam saham terlihat menyenangkan namun pada kenyataannya seseorang yang seperti ini melewatkan sebuah efek yakni compounding. Menjual ketika naik 10% atau 20% tidak akan sebagus ketika menjual saat naik lebih dari 100% yakni ketika berinvestasi jangka panjang. Seringkali ketika suatu saham sudah naik dan membentuk tren maka saham tersebut susah turun dan ketika sudah terlanjur menjual 10% maka seorang trader akan berpikir dua kali ketika harga sudah naik lebih tinggi lagi. Akhirnya mereka akan mengabaikan saham tersebut yang sangat berpotensi untuk naik ratusan persen dan beralih pada saham lain. Mereka melewatkan efek compounding pada saham dimana suatu saham yang naik secara konsisten dari tahun ke tahun akan melipatgandakan modal investor yang berinvestasi di saham tersebut. Efek tersebut hanya akan didapatkan ketika berinvestasi jangka panjang bukan jangka pendek.

4. Tersangkut Pada Saham yang Jelek
Seorang day trader yang tidak mau merugi dengan cut loss akan membawa dirinya untuk tetap memegang saham yang telah dibelinya. Padahal itu diluar dari perencanaannya, dan dia berharap agar harganya naik kembali. Sebenarnya menjadi investor bagus namun permasalahannya kebanyakan trader menganalisa hanya menggunakan analisa teknikal dan mengabaikan fundamental. Saham yang naik puluhan persen masuk dalam kategori saham gorengan yang kebanyakan memiliki fundamental dengan kualitas yang kurang bagus. Akhirnya trader tersangkut pada saham yang tidak berkualitas dan justru dalam jangka panjang merugi karena pasar mencerminkan keadaan perusahaan dalam jangka panjang.

5. Ketika Melihat Saham yang Berpotensi Naik Seorang Trader Tidak Memaksimalkan Modalnya
Saham yang naik dan turun tinggi memang sangat menggoda namun karena risikonya yang tinggi maka trader cenderung mengalokasikan sedikit asetnya untuk membeli saham tersebut. Misalnya saja seorang trader yang mengetahui suatu saham bisa naik 30% besok namun juga ragu bahwa saham tersebut kemungkinan juga bisa turun puluhan persen maka dia hanya mengalokasikan 10% portofolionya untuk saham tersebut. Ketika saham tersebut naik 30% itu tidak akan terlalu berdampak pada portofolio karena sebenarnya hanya menyumbang 3% pada portofolio. Maka dari itu inilah dilema dari seorang day trader tentang alokasi portofolio pada saham yang potensial. Sebalikya investor sangat berani untuk menginvestasikan 90% portofolionya dan hanya memegang 10% cash karena sudah dengan manajemen risiko seperti diversifikasi dan pemilihan saham yang berfundamental baik.

Kesimpulan:
Itulah kelima alasan mengapa trading harian terlihat menjanjikan namun tidak baik untuk jangka panjang sehingga kalah dengan investor yang berorientasi bisnis. Jika anda tetap bersikukuh untuk menjadi day trader risikonya sangatlah tinggi sehingga take it at your own risk, you will either make it or break it but most people would go broke