Indahnya Alam Indonesia

Bukan kemewahan yang menentukan manusia untuk bahagia tetapi suasana hati orang-orang di sekitar kitalah yang membuat hidup ini jadi lebih berarti

Arti Sebuah Kata "Pulang"

Ada saatnya kita hidup untuk pulang, pulang pada sang maha Pencipta atau Pulang untuk keluarga

Bunga

Hiduplah seperti bung yang memberikan warna yang indah bagi sekelilingmu

Sendiri Itu Perlu

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika tiada orang yang melihatmu

Lepaskanlah Tawamu

Dari senyum merekalah hati ini okut bahagia wahai anak=anak Indonesiaku

Wednesday, February 28, 2018

RANGKUMAN MATERI FISIKA KELAS XII SMA SEMESTER GENAP

Edutafsi.com - Ringkasan teori dan konsep fisika untuk kelas duabelas semester genap. Di semester genap kelas duabelas akan dipelajari beberapa materi mengenai radiasi, atom, relativitas, dan radioaktif. Pada rangkuman ini, materi akan dibagi menjadi empat bab, yaitu radiasi benda hitam, fisika atom, relativitas khusus, serta inti dan radioaktivitas. Pembahasan materi pada rangkuman ini hanyalah

Kinerja Acset Indonusa (ACST) Moncer di Tahun 2017

Manisnya proyek infrastruktur di tahun 2017 tidak hanya dirasakan oleh kontraktor BUMN, kontraktor swasta juga mendapatkan keuntungannya dan Acset Indonusa (ACST) adalah salah satunya. Nilai kontrak, pendapatan dan laba bersih dari ACST meningkat tajam sehingga ACST merupakan salah satu saham yang layak untuk investasi. Berikut ini adalah ulasan mengenai ACST yang membahas mengenai kinerja di tahun 2017 serta valuasi harga sahamnya.


ACST Membukukan Kinerja 2017 yang Cemerlang
Banyaknya proyek infrastruktur membuat nilai perolehan kontrak baru ACST meningkat tajam. Sepanjang tahun 2017 ACST berhasil mendapatkan kontrak baru sebesar Rp 8,4 triliun dan hal tersebut meingkat 121% dibandingkan dengan perolehan kontrak baru Rp 3,8 triliun di tahun 2016. Padahal manajemen ACST menargetkan kontrak baru sebesar Rp 7,5 triliun itu artinya perolehan kontrak baru ACST melebihi target yang ditetapkan sebesar 12%. Pendapatan ACST di tahun 2017 sebesar Rp 3 triliun dan hal tersebut meningkat 68,7% dari Rp 1,8 triliun di tahun 2016. Laba bersih ACST pun melonjak drastis sebesar Rp 68,3 miliar menjadi Rp 154,2 miliar pada periode yang sama. Total kontrak carry over ACST saat ini adalah sebesar Rp 10,5 triliun. Manajemen ACST juga menargetkan kontrak baru sebesar Rp 10 triliun, jumlahnya meningkat sebesar 33% dari target kontrak 2017 yang sebesar Rp 7,5 triliun. Tentunya ACST masih memiliki ruang untuk bertumbuh bahkan visi ACST adalah menjadi kontraktor swasta Indonesia terbesar di tahun 2020.

Valuasi Harga Saham ACST
Kinerja yag bagus ternyata kurang direspon dengan baik oleh pasar. Dalam setahun terakhir saham ACST begerak sideways dan mengalami downtrend di bulan November dan Desember 2017. Namun saham ACST di awal tahun 2018 ini mulai bergerak secara uptrend hingga mencapai angka 2900 pada penulisan artikel ini. Di harga 2900 saham ACST dihargai dengan PER sebesar 13 dengan laba bersih di tahun 2017 dan PBV sebesar 1,5. Nilai ini sudah terlalu murah untuk sebuah perusahaan yang mencatatkan kinerja triple digit alias undervalue. Ditambah lagi sepertinya kinerja pertumbuhan tersebut bisa tumbuh di tahun ini sehingga membuat sahamnya prospek untuk investasi di harga sekarang yakni 2900.

Kesimpulan:
Banyaknya proyek infrastruktur dari pemerintah juga dinikmati oleh swasta dan Acset Indonusa (ACST) merupakan salah satu kontraktor swasta yang diuntungkan. Kinerjanya di tahun 2017 terbilang sangat bagus dan diprediksi akan berlanjut di tahun 2018. Karena labanya meningkat pesat sedangkan harga sahamnya mondar mandir maka sahamnya menjadi murah dan layak untuk investasi.

TBLA DAN ENRG MURAH ?




BBM premium kemaren siang

Saham TBLA termurah disektornya, Hanya perlu kesabaran menunggu masa tuai tiba. Pungutlah dia sangat diterlantarkan pasar (belum banyak dilirik org)



line@ sahampemenang beralih ke telegram ->https://t.me/sahampemenang

Review Bulanan Pasar Februari 2018

Pada sepanjang bulan Februari IHSG bergerak fluktuatif dengan kecenderungan sideways. Pada tanggal 1 Februari IHSG dibuka dengan nilai 6625 dan ditutup pada tanggal 28 Februari sebesar 6597. Untuk nilai tukar rupiah terhadap US Dollar bergerak melemah dari 13.387 pada 1 Februari menjadi 13.764 pada 28 Februari. Harga minyak mentah mengalami penurunan di bulan Februari dari $64,7/bbl pada 1 Februari menjadi $61,5/bbl pada 28 Februari atau menurun sebesar -4,9% dalam sebulan. Harga emas dunia bergerak fluktuatif dari $1.348/oz menjadi $1.319/oz sepanjang bulan Februari dengan kecenderungan turun di akhir bulan.
Review

Berikut ini adalah hightlight berita emiten di Bursa Efek Indonesia pada bulan Februari 2018:
1. Chandra Asri Petrochemical (TPIA)
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) telah melaksanakan peletakan batu pertama (groundbreaking) fasilitas pabrik Polythulene yang baru berkapasitas 400 kilotons per annum (KTA) di komplek perseroan di Cilegon Banten. Menurut keterangan perseroan Senin, secara simbolis, groundbreaking proyek ini ditandai dengan penandatanganan spanduk komitmen oleh manajemen perseroan yang diwakili Erwin Ciputra, Presiden Direktur dan Perwakilan dari kontraktor EPC yakni Tokyo Engineering oleh Tomohisa Abe, Direktur, Toyo Engineering Korea oleh Toru Osanai dan PT Inti Karya Persada oleh Eiji Hosoi, Presdir. Fasilitas pabrik baru ini akan menghasilkan High Density Polythylene, Linear Low Density Polythylene dan Mettalocene LLDPE. Total biaya investasi untuk proyek ini diperkirakan mencapai 350 juta dolar AS. Sedangkan penyelesaian ditargetkan pada akhir tahun 2019 dan diharapkan mulai beroperasi pada awal tahun 2020. Saat ini perseroan mengoperasikan pabrik PE berkapasitas 336KTA oleh karena itu pabrik PE baru ini berkapaitas 400KTA sehingga meningkatkan produksi perseroan menjadi total 736KTA.

2. PP Properti (PPRO)
Diawali dengan pembangunan Evenciio Apartment di daerah Margonda-Depok, PPRO menyisir kawasan Urban sebagai kota penyangga Jakarta. Dari 1240 unit yang dipasarkan telah terjual sekitar 85%. Bergeser ke kawasan Bandung tepatnya di Jatinangor, Louvin Apartment membidik kaum muda produktif disana dengan menjual konsep apartemen millenial seperti Fasilitas Olahraga Skate Park, Wall Climbing, Cycling Track dan Gym Area. Baru 2 minggu launching perdana sudah terjual 50% unit dari total 706 unit yang ditawarkan. Masuk ke daerah Jawa Tengah, The Alton Apartment mempersembahkan futsal arena in roof top pertama di Kota Semarang. 80% dari 1304 unit sudah terjual dan didominasi oleh pembeli dengan usia produktif. Daerah Timur Jawa persisnya Surabaya dengan Westown View Apartment yang di awal tahun 2018 ini baru dimulai pemasarannya dan langsung terjual 85% dari 936 unit yang ditawarkan dan Malang dengan Begawan Apartment berlokasi di area pendidikan menawarkan fasilitas di area Rooftop yang luar biasa seperti Rooftop. Swimming Pool, Rooftop Garden dan Rooftop Futsal. Untuk Begawan Apartment, dari total 959 unit yang kami tawarkan sudah terjual sekitar 96%. Harga yang PPRO tawarkan untuk apartemen tersebut untuk type studio dengan luasan rata rata 23 m2 mulai dari Rp 15 . 18 juta per m2. 

3. Modern Internasional (MDRN)
Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT Modern Internasional Tbk. (MDRN) menyetujui penjualan aset bersih melebihi 50% dari kekayaan bersih perseroan. Komisaris Utama Modern Internasional Bong Kon Bui (Donny Sutanto) mengatakan, persetujuan untuk menjual aset perusahaan melebihi 50% harus memeroleh izin dari seluruh pemegang saham. Dia menuturkan, hal ini untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu ada investor yang berencana membeli aset perseroan. Donny mengatakan, pada tahun ini, Modern akan lebih fokus menjadi distributor perangkat fotocopy.

4. Astra Otoparts (AUTO)
Emiten produsen komponen otomotif PT Astra Otoparts Tbk. Tengah menjajaki peluang produksi komponen khusus untuk kendaraan listrik, baik motor maupun mobil listrik. Meski permintaannya belum begitu besar, perseroan optmistis pasar electronic vehicle (EV) akan segera tumbuh. Untuk dapat melakukan berbagai riset, Astra Otoparts juga telah mengalokasikan dana belanja modal (capex) pada tahun ini, khusus untuk pengembangan produk komponen kendaraan listrik. Meski demikian, nilainya masih tergolong kecil dengan besaran kurang dari 10% dari total capex perseroan tahun ini yang sekitar Rp2 triliun.

5. Tiga Pilar Sejahtera (AISA)
Lembaga pemeringkat Pefindo menurunkan peringkat PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) dan obligasi I tahun 2013 menjadi CCC dari sebelumnya BB+. Pefindo juga menurunkan peringkat sukuk ijarah I dan 2013 dan sukuk ijarah II tahun 2016 menjadi CCC dari BB+.
Penurunan peringkat-peringkat tersebut menunjukkan risiko pembayaran obligasi I tahun 2013 senilai Rp 600 miliar dan sukuk ijarah I tahun 2013 senilai Rp 300 miliar yang akan jatuh tempo pada tanggal 5 April 2018. 'Pefindo memandang bahwa AISA memiliki likuiditas yang lemah dan tidak memiliki kapasitas muntuk melunasi kewajiban keuangannya,' kata pihak Pefindo dalam rilis media

6. Bank of India Indonesia (BSWD)
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan suspensi atau penghentian sementara perdagangan efek PT Bank of India Indonesia Tbk. (BSWD). Suspensi itu dilakukan dengan merujuk pada surat yang dikirimkan perseroan kepada BEI pada 9 Februari lalu yang memuat tentang rencana perseroan untuk delisting dari bursa.

7. Waskita Karya (WSKT)
PT Waskita Karya (Persero) Tbk. siap menghentikan pembangunan proyek elevated yang dikerjakan perseroan sesuai dengan instruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Kepala Divisi III Waskita Karya (WSKT) Dono Prawoto mengatakan pihaknya siap mengikuti arahan Kementerian PUPR termasuk evaluasi menyeluruh perihal mekanisme kerja perseroan itu.

8. Indoritel Makmur (DNET)
Emiten investasi dan peritel, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. telah menggadaikan saham kepada PT Bank Mandiri Tbk. sebagai jaminan utang senilai Rp 2 triliun. Indoritel Makmur Internasional menyampaikan bahwa jaminan utang atas aset-aset perseroan manapun, dengan nilai keseluruhan tidak lebih dari 50% dari harta kekayaan setahun. Sekretaris Perusahaan Indoritel Makmur International Kiki Yanto Gunawan mengungkapkan, aksi gadai saham itu dilakukan karena perseroan menerima pinjaman dana senilai Rp2 triliun. Indoritel pun menggadaikan saham tiga entitas anak.

9. M Cash Integrasi (MCAS)
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk., PT M Cash Integrasi Tbk., dan PT Digital Artha Media (DAM Corp) meresmikan kerja sama integrasi layanan digital pada 50.000 anggota Outlet Binaan Alfamart (OBA) di seluruh Indonesia. Kerja sama tersebut memungkinkan jaringan OBA untuk menggunakan AlfaMikro Application (AMA) yang didl dalamnua juga tersedia layanan Wagon (Warung Goes Online), sebuah platform layanan digital yang dikembangkan oleh DAM Corp.

10. Tiga Pilar Sejahtera (AISA)
PT Tiga Pilar Corpora terus mengurangi kepemilikan saham di PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Pemegang saham pengendali atas emiten dengan kode saham AISA itu mulai menggelar aksi jual saham AISA pasca kasus hukum menimpa PT Indo Beras Unggul (IBU), cucu usaha AISA, pada pertengahan tahun lalu. Jika dihitung sejak Agustus hingga 26 Februari lalu, Tiga Pilar Corpora telah melepas 475,5 juta saham AISA. Porsi kepemilikan saham Tiga Pilar Corpora di AISA berkurang hingga lebih dari separuh, dari 29,1% pada Juli 2017 menjadi 14,32% pada 26 Februari 2018. Di tengah aksi pemegang saham pengendali mengurangi kepemilikan saham, manajemen AISA saat ini tengah bergulat dengen beberapa persoalan. Pasca kasus hukum yang menimpa IBU, anak usaha PT Dunia Pangan, AISA telah menghentikan kegiatan operasional bisnis beras. Alasannya, karena secara perhitungan usaha, bisnis beras sudah tidak feasible. AISA juga telah memutus hubungan kerja dengan ratusan karyawan yang bekerja di entitas anak Dunia Pangan, baik di IBU, di PT Jatisari Srirejeki, maupun di PT Sukses Karya Abadi.

LABA WSBP NAIK 58%


Bisnis.com, JAKARTA � PT Waskita Beton Precast Tbk. berhasil membukukan kenaikan laba bersih 58% secara year on year menjadi Rp1 triliun pada 2017.
Berdasarkan siaran pers perseroan, Rabu (28/2/2018), emiten berkode saham WSBP itu membukukan pendapatan usaha Rp7,1 triliun pada 2017. Pencapaian itu naik 51% dibandingkan dengan 2016 senilai Rp4,7 triliun.
Pada 2017, anak usaha, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. itu menerima pembayaran termin Rp4,6 triliun. Nilai tersebut naik 470% dari penerimaan perseroan periode sebelumnya Rp978,96 miliar.
Adapun pembayaran termin yang diterima WSBP pada tahun lalu berasal dari sebagian turnkey tol Becakayu dan proyek nonturnkey seperti tol Solo-Kertosono, tol Pejagan-Pemalang-Batang-Semarang, tol Legundi-Bunder, dan tol Bocimi. Selain itu, perseroan juga menerima pembayaran termin dari proyek light rail transit Palembang.
Jarot Subana, Direktur Utama PT Waskita Beton Precast mengatakan perseroan juga berhasil mengantongi laba bersih Rp1.000,3 miliar pada 2017. Dengan demikian, laba bersih WSBP tumbuh 58% secara year on year dari 2016 Rp635 miliar.
�Angka ini berdasarkan hasil laporan keuangan diaudit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Satrio Bing Eny & Rekan (Anggota Deloitte Touche Tohmatsu Limited) yang telah menberikan opini wajar tanpa pengecualian,� ujarnya lewat siaran pers, Rabu (28/2).
Dia menjelaskan bahwa perseroan marjin laba bersih sebesar 14% atau meningkat dari tahun 2016 yang hanya sebesar 13%. Selain itu, untuk margin laba kotor sebesar 27% atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 26%.
Sampai dengan akhir Februari 2018, sambungnya, WSBP berhasil mengantongi nilai kontrak bari Rp622,1 miliar. Target kontrak baru yang dipasang perseroan pada tahun ini senilai Rp11,52 triliun.
MC Budi Setyono, Direktur Keuangan dan Risiko Waskita Beton Precast sebelumnya mengungkapkan perseroan telah mengantongi pembayaran termin yang berasal dari proyek Batang-Semarang, Pejagan-Pemalang, dan Pematang Panggang-Kayu Agung. Dengan demikian, sampai dengan 15 Februari 2018, emiten berkode saham WSBP itu telah mengantongi dana Rp2,37 triliun.
Menurut catatan Bisnis, WSBP berkomitmen untuk menambah kapasitas produksi pabrik pracetak menjadi 3,8 juta ton per tahun atau naik 550.000 ton per tahun pada 2018. Perseroan saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 3,25 juta ton per tahun dengan dukungan 11 pabrik serta pengelolaan 70 batching plantdan 4 quarry.
WSBP mamasang target pendapatan sebesar Rp9,7 triliun pada 2018 atau naik 22,8% dibandingkan dengan target 2017 dan laba bersih sebesar Rp1,47 triliun pada 2018 atau meningkat 16% dibandingkan dengan target 2017.
line@ sahampemenang beralih ke telegram ->https://t.me/sahampemenang

Saham BEKS Layak Diperhatikan Sebagai Potensi Saham Turnaround

Tadinya merupakan Bank Pundhi kini BEKS merupakan Bank Pembangunan Daerah Banten setelah diakuisisi oleh Pemerintah Banten di tahun 2016 melalui PT Banten Global Development. Sebenarnya saham BEKS ini tidak begitu menarik karena posisi keuangannya yang merugi terus dalam beberapa tahun terakhir. Namun setelah diakuisisi oleh pemerintah Banten saham BEKS menjadi menarik dan banyak yang berspekulasi di saham ini karena potensinya yang cerah setelah diakuisisi oleh pemerintah Banten dan berpotensi menjadi saham turnaround.
BEKS BPD Bank Banten

Efek Akuisisi Pemerintah Banten
Perusahaan yang diakuisisi oleh pemerintah baik itu pemerintah pusat ataupun daerah memiliki keuntungan yang besar. Selain mendapatkan modal dari pemerintah perusahaan juga lebih leluasa dalam menjalankan bisnisnya. Dalam kasus BEKS yang diakuisisi oleh pemerintah Banten ini permodalan akan lebih mudah dan menghimpun dana juga bisa dilakukan dengan leluasa. Efek yang sangat terasa pada BPD Banten adalah adanya giro kasda yang jumlahnya mencapai Rp 2,61 triliun padahal di tahun-tahun sebelumnya tidak ada. Giro kasda ini merupakan giro yang diperuntukkan pada pemerintah daerah dalam rangka pengelolaan kas daerah. Keuntungan dalam mengelola dana seperti ini hanya didapatkan oleh bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Belum lagi jika BEKS bekerja sama dengan pemerintah Banten dalam hal-hal lain seperti pembayaran atau pembayaran gaji pegawainya dengan menggunakan BPD Banten. Selain itu jika BEKS kekurangan dana pemerintah Banten juga bisa membantu dengan suntikan modal untuk ekspansi. Oleh karena itu akuisisi pemerintah banyak membawa keuntungan.

Kinerja BPD Banten (BEKS)
Semenjak diakuisisi oleh pemerintah Banten, BEKS membuat banyak perubahan. Efisiensi dan pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu cara BEKS untuk mengurangi kerugian. Hal itu karena beban operasi yang tinggi sehingga menyebabkan kerugian yang besar. Dengan adanya pengurangan jumlah pegawai dan penutupan kantor cabang yang tidak produktif berarti BEKS meningkatkan efisiensi. Terbukti dalam laporan keuangannya beban administrasi & umum menurun dari Rp 198,2 miliar menjadi Rp 136,8 miliar per September 2017. Beban tenaga kerja menurun -53% dari Rp 275,6 miliar menjadi Rp 122,5 miliar pada periode yang sama. Kendati pendapatan bunga menurun namun pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 121%. Per September 2017 BPD Banten masih merugi Rp 63,1 miliar namun hal tersebut jauh lebih baik dibandingkan kerugian Rp 405,1 miliar di tahun 2016.

Prospek Kedepan BEKS
Manajemen BEKS optimis dapat mengubah kondisi keuangan perusahaan dari negatif menadi positif dengan mencetak laba di tahun 2018. BEKS menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 30% dan masuk ke dalam 10 besar bank pembangunan daerah di tahun 2022. Manajemen BEKS mengincar dana murah dengan selalu bekerja sama dengan pemerintah Banten dalam mengelola dana. Tentunya prospek BEKS bisa dikatakan cerah dimasa depan. Namun di harga 50 BEKS dihargai dengan PBV mencapai 4 sedangkan BPD lain seperti BJBR dihargai PBV 2,2 dan BJTM dihargai PBV 2,2 itu artinya diharga 50 BEKS masih tergolong premium dibandingkan dengan BPD yang lain.

Kesimpulan:
Setelah mengalami akuisisi oleh pemerintah Banten BEKS bertransformasi menjadi bank yang lebih efisien dan prospektif. Insentif dari pemerintah Banten dan strategi manajemen dalam menekan beban telah mengurangi kerugian operasi di tahun 2017. Di tahun 2018 BEKS bisa mulai mencetak laba setelah mengalami kerugian di beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu BEKS bisa berpotensi besar menjadi saham turnaround yang potensial. Namun sebaiknya investor menunggu sampai BEKS benar-benar pulih dari kondisi yang merugi sebelum berinvestasi di sahamnya.

Tuesday, February 27, 2018

Jangan Menggunakan Dana Margin dan Warren Buffett Juga Melarangnya

Dalam berinvesatsi di saham broker anda juga dapat meminjamkan dana kepada anda untuk digunakan dalam bertransaksi saham yang umumnya untuk membeli saham. Dana ini biasa disebut sebagai dana margin dan memiliki bunga yang harus ditanggung oleh investor. Rata-rata bunga margin bila disetahunkan bisa mencapai 17-20% dan dihitung dalam harian. Efek positif dari margin adalah investor dapat memaksimalkan potensi keuntungan dari modalnya yang kurang. Namun margin ibarat dua mata pedang ada keuntungan dan kerugian dalam penggunaan margin dalam transaksi.
Pinjaman Margin Leverage
Dengan Leverage Satu Modal Bisa Setara Tiga Kali Modal

Dua Mata Pedang
Dengan menggunakan margin maka investor dapat mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Misalnya saja dengan akun portfolio Rp 100 juta sebuah broker memberikan fasilitas kepada nasabahnya untuk melakukan transaksi hingga Rp 300 juta. Jika menggunakan dana sendiri dan investor meraih keuntungan 10% maka investor tersebut untung Rp 10 juta. Namun jika ia menggunakan dana margin hingga bisa bertransaksi sampai Rp 300 juta dan mendapatkan keuntungan yang sama yakni 10% maka investor tersebut untung lebih besar yakni Rp 30 juta sebelum dikurangi oleh biaya bunga margin. Namun margin juga membuat kerugian menjadi berlipat ganda juga. Ketika merugi 10% margin dengan 3 kali modal bisa menyebabkan kerugian 30% jadi yang tadinya hanya rugi Rp 10 juta bisa menjadi rugi Rp 30 juta plus ditambah dengan bunga margin.

Efek Margin Call
Broker tentu saja tidak tinggal diam ketika meminjami dana pada nasabahnya. Ketika harga saham dengan menggunakan margin turun dengan besar maka broker berhak untuk menjual saham nasabah marginnya untuk menjaga pinjamannya agar tidak hilang. Hal ini bisa disebut juga dengan force sell yakni jual paksa. Mau tidak mau nasabah harus menerima kenyataan ini dan dijual paksa sahamnya sehingga kerugiannya terealisasi. Hal ini sangat menyakitkan jika terkena margin call karena biasanya kerugiannya berlipat dan ditambah dengan biaya bunga margin.

Margin Tidak Cocok Untuk Investasi Jangka Panjang
Karena sifatnya yang jangka pendek dan meningkatkan risiko maka margin tidak cocok untuk digunakan dalam jangka panjang. Semakin lama investor menggunakan dana margin maka semakin besar jumlah bunga yang harus dibayarkan nantinya. Selain itu berinvestasi jangka panjang berarti tidak mempedulikan pergerakan saham dalam jangka pendek. Bisa saja saham yang potensial untuk investasi jangka panjang mengalami penurunan puluhan persen dalam jangka waktu yang singkat. Anda pasti tidak mau efek margin mengharuskan anda menjual saham tersebut secara terpaksa.

Warren Buffett Melarang Investor Menggunakan Dana Margin
Investor legendaris, Warren Buffett dalam surat tahunannya mengatakan bahwa beliau sangat tidak setuju dengan meminjam uang untuk membeli saham. Warren Buffett memberitahu bahwa saham perusahaannya, Berkshire Hathaway berulang-ulang kali mengalami penurunan puluhan persen dalam sejarahnya namun tetap naik dalam jangka panjang. Investor jangka panjang menikmati kenaikan harga sahamnya sedangkan investor yang menggunakan pinjaman untuk membeli sahamnya mengalami kerugian yang besar. Warren Buffett mengatakan "Tidak ada yang bisa memastikan seberapa jauh saham akan turun dalam jangka pendek". Bila investor legendaris sudah berkata tidak, mengapa kita tidak mendengarkannya?

Kesimpulan:
Dana margin merupakan bentuk pinjaman yang diberikan oleh broker kepada nasabahnya. Ibarat dua mata pedang, dana margin bisa melipatgandakan keuntungan serta kerugian ditambah dengan biaya bunga pada dana margin. Oleh karena itu sebaiknya investor jangka panjang menghindari penggunaan margin dan hanya berinvestasi pada dana real yang ada. Menurut Warren Buffett kunci kesuksesan terletak pada compound interest dan bukan leverage.

Kinerja Unilever (UNVR) Sudah Melambat Harga Sahamnya Sudah Sangat Mahal

Siapa yang tidak kenal dengan nama Unilever, perusahaan ini memproduksi produk kebutuhan sehari-hari masyarakat (consumer goods). Nama-nama brandnya sudah sangat kuat di pasar dan selalu lebih laku dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Berinvestasi di sahamnya juga sangat menguntungkan karena dalam 10 tahun terakhir saham UNVR sudah naik sebesar 680%! Investor yang berinvestasi di saham UNVR dalam jangka panjang sudah menikmati hasilnya sekarang. Namun sekarang ini UNVR cenderung melambat dan berinvestasi di sahamnya kelihatannya tidak secerah 10 hingga 20 tahun yang lalu.
Graha Unilever

Kinerja yang Melambat (Slow Grower)
Dalam laporan keuangannya sepanjang tahun 2017 penjualan UNVR sebesar Rp 41,2 triliun angka ini hanya tumbuh tipis sebesar 2,87% jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar Rp 40,05 triliun. Laba bersihnya juga meningkat secara single digit yakni naik 9,6% dari Rp 5,9 triliun di tahun 2016 menjadi Rp 7,1 triliun di tahun 2017. Kinerja laba bersih yang lebih besar ini karena faktor efisiensi oleh manajemen UNVR, beban UNVR hanya meningkat sebesar 1-2% saja. Namun karena penjualannya yang tumbuh tipis maka laba bersihnya juga tidak bisa tumbuh dengan banyak. Walaupun hal ini mungkin disebabkan oleh daya beli masyarakat yang melemah namun sangat jelas bahwa UNVR tumbuh dengan lambat.

Perusahaan yang Sudah Sangat Besar
Bisnis Unilever di Indonesia bisa dibilang sangat besar dan menguasai pasar di setiap produk yang ada. Karena sudah berkembang dengan besar maka UNVR sudah kehabisan ruang untuk bertumbuh. Di pasta gigi ada brand Pepsodent, di produk sabun mandi ada Lifebuoy, di produk deodorant ada Rexona, di produk detergen ada Rinso dan semua brand tersebut sudah menguasai pasarnya masing-masing. Bukankah itu adalah hal yang bagus? Itu merupakan hal yang bagus jika industri tempat penguasaan pasar berkembang pesat namun jika tidak maka sumber pertumbuhannya akan terhenti. Industri home product dan consumer goods merupakan industri yang lama, kendati bertumbuh namun pertumbuhannya tidak sepesat dulu. Selain itu UNVR sudah menjadi perusahaan yang besar. Perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk sulit bertumbuh dengan besar.

Harga Saham dan Valuasinya
Kendati kinerjanya melambat namun harga sahamnya tumbuh cepat dan konsisten. Bahkan ketika terjadi krisis finansial di tahun 2008 saham UNVR merupakan salah satu saham yang memiliki kinerja baik karena harganya tidak ikut jatuh seperti kebanyakan saham yang ada di bursa. Hal itu karena UNVR memiliki produk yang disebut sebagai consumer defensive yang artinya produknya akan selalu dibutuhkan meskipun ekonomi sedang tidak bagus. Dalam 10 tahun terakhir harga saham UNVR telah naik lebih dari 680% namun hal itu tidak ditopang dengan kenaikan laba bersih yang setara bahkan dalam setahun terakhir harga sahamnya meningkat 27%. Akibatnya di harga yang sekarang yaitu 54000 UNVR dihargai dengan PER sebesar 58,8 dan PBV sebesar 79,6! Sungguh nilai tersebut tidak setara dengan pertumbuhan perusahaannya. 

Kesimpulan:
Kinerja UNVR dalam beberapa tahun terakhir sudah melambat dan tidak seperti dulu lagi yang mencetak pertumbuhan double digit sekarang UNVR harus puas dengan pertumbuhan single digit. Peter Lynch menyebut perusahaan yang tumbuh secara single digit dengan sebutan slow grower dan UNVR masuk ke dalam kategori ini. Hal positif yang ada pada saham UNVR adalah saham ini kebal terhadap krisis karena sifat produknya yang tetap dibutuhkan setiap saat.

WSBP MASIH DI JALUR PENDAKIAN



Saham wsbp resiko sudah sangat terbatas, bila kita bicara tentang jk menengah dan jk panjang. Sokongan fundamental dan momentum di saham putra waskita ini sangatlah kuat. wsbp menuju dan menguji resist psikologis 500


line@ sahampemenang beralih ke telegram ->https://t.me/sahampemenang

Kinerja Astra International (ASII) di Tahun 2017 Bagus, Kembali Prospek untuk Investasi

Di tahun 2017 induk dari Astra yaitu Astra International membukukan kinerja yang positif. Pendapatan ASII di tahun 2017 mencapai Rp 206,06 triliun atau meningkat sebesar 13,79% dibandingkan dengan pendapatan di tahun 2016 yang sebesar Rp 181,08 triliun. Laba bersihnya juga meningkat sebesar 24,5% dari Rp 15,16 triliun di tahun 2016 menjadi Rp 18,88 triliun di tahun 2017. Bisnis otomotif masih menjadi kontributor utama dalam laba bersih yang mencapai Rp 8,86 triliun sisanya dari segmen lain seperti alat berat, pertambangan, infrastruktur dan jasa keuangan yang bertumbuh.
Kantor Astra International ASII


Diversifikasi yang Bagus
Kendati sektor otomotif masih menjadi penyumbang utama dalam laba bersih namun ASII terus berupaya untuk melakukan diversifikasi agar tidak bergantung pada sektor ini. United Traktor (UNTR) anak usaha ASII merupakan kontributor kenaikan kinerja ASII di tahun 2017. Di tahun 2017 UNTR meraup laba bersih sebesar Rp 7,4 triliun atau naik 48% dari periode sebelumnya. Selain itu ASII juga masuk dalam sektor keuangan dengan Bank Permata (BNLI) sebagai anak usahanya. Kinerja BNLI semakin membaik dan mulai mencatatkan keuntungan sebesar Rp 748 miliar dibandingkan kerugian sebesar Rp 6,5 triliun pada tahun sebelumnya. Astra International juga melakukan diversifikasi ke agribisnis, properti, teknologi serta infrastruktur dan logistik. Saat ini ASII sedang mengembangkan bisnis non otomotifnya agar tidak bergantung pada segmen otomotif yang cenderung stagnan dan menurun. Di segmen otomotif ASII harus bersaing ketat dengan produsen otomotif lain yang mengeluarkan jenis otomotif yang baru melalui inovasi. Selain harus bersaing ketat, lesunya daya beli masyarakat juga memiliki dampak buruk pada segmen otomotif.

Blue Chip yang Masih Bertumbuh
Karena diversifikasinya ASII selamat dari segmen otomotif yang mengalami penurunan sehingga mampu mencatatkan kinerja yang positif di tahun 2017. Dibandingkan dengan blue chip lain yang mencatatkan kinerja single digit maka ASII bisa dibilang bagus karena mencatatkan kinerja double digit. Sangat jarang menemui blue chip yang memiliki pertumbuhan secara double digit seperti ASII. Selain itu ASII juga memberikan dividen yang konsisten setiap tahunnya dengan pay out ratio yang masih rasional sehingga masih ada ruang bertumbuh untuk kedepannya.

Valuasi dan Harga Saham
Dalam setahun terakhir saham ASII tidak begitu banyak bergerak karena memang kinerjanya dalam beberapa tahun terakhir kurang bagus dan harganya mahal jika dibandingkan dengan kinerjanya. Namun sekarang ASII memiliki kinerja yang bagus dan harga sahamnya di level 8200 merupakan angka yang normal untuk kinerjanya. Di harga 8200 saham ASII dihargai dengan PER sebesar 17,6 dan PBV sebesar 2,7. Hal itu masih normal mengingat ada blue chip yang dihargai dengan PER lebih dari 30 dan PBV lebih dari 4. Saham ASII layak untuk investasi jangka panjang sambil mengoleksi dividennya yang bertumbuh.

Kesimpulan:
Kendati statusnya sebagai blue chip, ASII masih membukukan kinerja yang baik. Diversifikasi bisnis menyelamatkan ASII dari sektor otomotif yang lesu dan meningkatkan kinerjanya. Saat ini saham ASII dihargai fair terhadap kinerjanya yang sekarang.

Kesempatan Berinvestasi di Negara Berkembang

Saya sudah membahas mengenai perbedaan negara maju dan berkembang dalam sebuah artikel serta kekurangan berinvestasi di negara maju juga dalam sebuah artikel yang berbeda. Oleh karena itu sebagai penutup pada topik negara maju dan berkembang saya ingin membahas bahwa berinvestasi di negara berkembang sangat potensial. Mengapa? Bukankah negara berkembang memiliki berbagai macam masalah dan tidak stabil negaranya jika dibandingkan dengan negara maju? Hal itu memang benar namun sebelum menjawab pertanyaan seperti itu mari kita simak sekilas mengenai negara berkembang.
Kemiskinan Merupakan Masalah Ekonomi Namun itu Memberikan Ruang Untuk Bertumbuh
Sekilas Mengenai Negara Berkembang
Negara berkembang merupakan negara yang baru mengimplementasikan teknologi ke dalam peradaban dan perekonomiannya. Ciri-cirinya sudah saya jelaskan dalam sebuah artikel, yakni pendapatan per kapita yang rendah, teknologi yang rendah, infrastruktur dan fasilitas yang kurang memadai, masalah kesehatan dan pendidikan yang rendah menjadi momok yang menakutkan di negara berkembang. Jika dilihat dari perekonomian yang sekarang mungkin negara berkembang merupakan negara kelas dua setelah negara maju. Kekuatan ekonomi negara berkembang jauh apabila dibandingkan dengan negara maju. Oleh karena itu banyak investor yang memilih untuk berinvestasi di negara maju karena memang lebih stabil. Namun tahukah anda bahwa dulu negara maju merupakan negara berkembang? Negara berkembang adalah negara yang dalam proses berkembang untuk menjadi negara maju. Setiap negara yang sudah maju pasti melewati proses negara berkembang ini dan itu adalah hal yang umum.

Laju Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat
Seperti namanya negara berkembang memiliki ekonomi yang berkembang dan pertumbuhannya melebihi negara maju. Cina, India dan Indonesia merupakan sebagian dari negara berkembang yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi diatas 5% pertahun dan hal tersebut dilakukan secara konsisten dan kontinyu berturut-turut. Bahkan Cina yang dikatakan pertumbuhan ekonominya melambat masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi lebih dari 6% sedangkan di Amerika Serikat para ekonom sangat senang dengan pertumbuhan sebesar 3%, sungguh ironis. Pertumbuhan 5% untuk negara maju sangatlah sulit dicapai namun bisa dengan mudah dicapai oleh negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan di negara tersebut tumbuh juga dengan pesat dan nilai output produksinya meningkat. Oleh karena itu lebih mudah mencari perusahaan yang berkembang pesat di negara berkembang daripada di negara maju.

Sumber Pertumbuhan yang Masih Banyak dan Besar
Jika melihat negara berkembang yang terlihat adalah kekurangan dan kekurangan. Kekurangan infrastruktur, kesehatan, pendidikan, fasilitas dll. Dibalik masalah itu semua sebenarnya bisa dilihat sisi lain dari kacamata seorang investor yaitu opportunity to grow. Infrastruktur yang kurang berarti masih banyak proyek yang harus diselesaikan dan itu adalah sumber pertumbuhan ekonomi begitu juga dengan sektor-sektor lain seperti kesehatan, properti, industri, pendidikan dll. Di negara maju semua itu sudah hampir terpenuhi sehingga perlu adanya sumber pertumbuhan yang baru yaitu pada sektor teknologi yang potensinya tidak terbatas. Masih banyak sektor di negara berkembang yang perlu ditingkatkan dan proses meningkatkan tersebut akan mendongkrak nilai ekonomi negara. Selain itu negara maju memiliki nilai ekonomi (GDP) yang masih kecil sehingga masih banyak potensi untuk meningkatkan nilai ekonominya.
"Aku percaya bahwa semua kemiskinan di Mexico dan Amerika Latin, seperti yang terjadi di Cina adalah kesempatan untuk tumbuh. Ini adalah kesempatan untuk investasi, ini adalah sebuah aktivitas ekonomi dan memberantas kemiskinan adalah investasi terbaik yang dilakukan oleh siapapun dan dimanapun" ~Carlos Slim~
Negara Berkembang Tinggal Mengimplementasikan Teknologi yang Ada
Jika negara maju harus menemukan teknologi yang baru untuk sumber pertumbuhannya maka negara maju hanya tinggal menerapkan apa yang sudah diterapkan oleh negara maju dan ekonominya akan bertumbuh. Hanya menerapkan teknologi yang sudah ada dan tidak menciptakannya membuat perkembangan teknologi pada negara berkembang lebih murah dan efisien. Selain itu teknologi yang sudah ada memang sudah terbukti sehingga tidak perlu melakukan percobaan-percobaan yang berisiko gagal dan menyebabkan kerugian.

Bonus Demografi
Negara berkembang memiliki bonus demografi yang bagus. Struktur demografi negara berkembang berbentuk piramida. Artinya lebih banyak penduduk usia muda dibandingkan dengan usia tua. Hal ini bagus karena penduduk di usia muda dalam beberapa tahun yang akan datang menjadi tenaga kerja dan hal tersebut akan meningkatkan perekonomian. Namun bonus demografi ini juga bisa menjadi bencana apabila tidak dimanfaatkan dengan baik seperti kurangnya lapangan pekerjaan yang membuat terjadinya krisis lapangan kerja dan menyebabkan pengangguran yang besar. Namun jika dikelola dengan baik bonus demografi ini bisa menjadi sumber perekonomian yang besar.

Kebal Resesi dan Krisis Global
Ketika terjadi krisis finansial di tahun 2008 negara berkembang adalah penyelamat dunia. Ketika banyak negara maju yang mengalami resesi dan krisis di tahun 2008, negara berkembang tetap melanjutkan pertumbuhan ekonominya meski menurun. Secara jangka panjang negara-negara berkembang seperti Cina, India dan negara kita Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan konsisten. Namun Indonesia dan negara-negara di ASEAN juga pernah terkena krisis moneter pada tahun 1998 karena pelemahan nilai tukar uang lokal terhadap dollar dan hutang yang besar dalam bentuk dollar. Pemerintah di negara-negara ASEAN tentu saja belajar banyak dari kejadian tersebut dan lebih berhati-hati dalam menambah hutang terutama US Dollar.

Kesimpulan:
Berinvestasi di negara berkembang sangat potensial karena pertumbuhan ekonominya yang pesat sehingga banyak perusahaan yang berkembang pesat juga. Namun berinvestasi di negara berkembang lebih berisiko yakni dari nilai tukar yang tidak stabil dan cenderung melemah, pemerintahan yang belum berpengalaman, sejarah negara yang singkat dan stabilitas negara yang kurang karena politik ataupun isu SARA. Hal tersebut adalah normal karena hasil selalu berbanding lurus dengan risiko yang ada.

IPO Anak BUMN Menarik Secara Fundamental Tapi Jangan Harap Dalam Jangka Pendek

Akhir-akhir ini banyak anak usaha BUMN yang mencatatkan anak perusahaannya di Bursa Efek Indonesia. Langkah ini merupakan dorongan dari Pemerintah untuk meramaikan pasar modal. Selain untuk meramaikan pasar modal IPO anak usaha BUMN juga memperkuat struktur permodalan mereka dan membuat BUMN menjadi transparan kepada publik. Publik juga dapat menikmati keuntungan dari BUMN jadi negara juga berbagi keuntungan kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menikmati keuntungan dari keberadaan BUMN. Dan kabar baiknya adalah BUMN tidak sembarangan dalam IPO anak usahanya, mereka memoles terlebih dahulu anak perusahaannya.
Slogan BUMN

Banyak investor yang mengeluhkan berinvestasi pada IPO anak usaha BUMN karena harganya malah jatuh dan berada di posisi lebih rendah daripada harga IPOnya. Entah apa yang terjadi namun rata-rata IPO anak usaha BUMN tidak menghasilkan keuntungan yang besar dalam jangka pendek. Sedangkan IPO swasta justru mencetak keuntungan yang besar dalam jangka waktu yang pendek saja. Padahal jika dilihat secara fundamental kenaikan saham-saham swasta sangat aneh karena harganya terlalu naik tinggi dalam waktu yang cepat dan membuat valuasinya menjadi tinggi juga. Contohnya saja TAMU yang membukukan kerugian namun harga sahamnya melonjak berkali-kali lipat dari harga IPOnya. Sedangkan IPO anak usaha BUMN yang berfundamental baik dan membukukan kinerja bertumbuh malah harganya jatuh hingga lebih rendah daripada harga IPO.

Dalam Jangka Pendek Pasar Sangat Tidak Rasional
Benjamin Graham (Bapak Value Investing) mengatakan bahwa "Dalam jangka pendek pasar adalah mesin voting, namun dalam jangka panjang pasar adalah timbangan". Kata-kata ini selalu saya ingat dan memang terbukti di lapangan. Contoh realnya adalah saham JGLE yang melonjak pada di hari perdana listing IPOnya hingga mencapai harga 400 dalam beberapa bulan padahal nilai IPOnya adalah 140. Namun perusahaan terus merugi dan akhirnya harga sahamnya kini ada di 120 yang artinya di bawah harga IPOnya. Lain halnya dengan PPRO, saham PPRO sempat turun dari harga IPOnya 180 hingga ke 130. Namun kinerja PPRO sangat fantastis dan membuat harga sahamnya meningkat berkali-kali lipat hingga PPRO melakukan stock split. Harga sahamnya kini jauh diatas harga IPOnya namun terlihat murah karena stock split.

Saham Anak BUMN Layak Untuk Investasi Jangka Panjang
Rata-rata BUMN melakukan IPO anak usahanya ketika umurnya dalam tahun masih dapat dihitung dengan jari. Itu artinya potensi berkembang dari anak usaha BUMN masih terbuka dengan sangat lebar. Selain itu tentu saja induknya tidak akan membiarkan kinerja anak usahanya melempem dan berusaha untuk menggenjot kinerja anak usahanya dengan suntikan modal apabila diperlukan. Kinerja yang kurang bagus dari anak usaha bisa membuat jatuhnya reputasi pada induknya dan induknya tidak ingin hal itu terjadi. Efek ini juga bisa terjadi sebaliknya yaitu jika induknya bermasalah maka anak usahanya juga akan terkena imbasnya. Namun yang pasti jika induknya berkinerja bagus maka anak usahanya juga kemungkinan besar akan berkinerja bagus juga karena induk usaha dan anak usaha sering bekerjasama dalam melakukan bisnis.

Kesimpulan:
Banyak investor yang mengeluhkan bahwa banyaknya IPO anak usaha BUMN yang melempem alias harganya jatuh. Namun sebenarnya investor tidak perlu khawatir karena IPO anak usaha BUMN rata-rata dalam kondisi keuangan yang sehat dan berfundamental kuat sehingga layak untuk investasi jangka panjang. 

Saham PP Presisi (PPRE) Sangat Prospek Untuk Investasi

Saya telah banyak melihat saham-saham yang sangat potensial. Saham-saham yang potensial adalah saham yang mampu untuk tumbuh secara cepat namun harganya juga murah alias dibawah nilai pertumbuhannya. Dua paduan ini sangatlah bagus, bila anda menemukan saham yang bertumbuh cepat (20% lebih pertahun) tapi dihargai dengan PER dibawah 20 maka anda mendapatkan diskon. Di BEI tentu saja banyak saham-saham yang mencatatkan kinerja yang bagus namun PP Presisi sepertinya memiliki pertumbuhan yang fantastis dibanding yang lain.

PP Presisi PPRE
Logo PP Presisi dan Bidang Bisnisnya

Terkadang saya dilema karena kebanyakan peusahaan yang membukukan kinerja bagus ada di sektor konstruksi untuk saat ini. Sektor konstruksi memiliki pertumbuhan yang cepat namun harganya tetap saja undervalue. Jika di Amerika Serikat yang lagi meningkat pesat laba bersihnya adalah perusahaan di bidang teknologi, maka di Indonesia perusahaan yang meningkat pesat untuk saat ini adalah sektor konstruksi. Saham seperti WSKT, PTPP dan WIKA membukukan kinerja yang bagus dari tahun ke tahun. Namun perusahaan-perusahaan terebut sudah sangat besar kendati pertumbuhannya tetap pesat. Nah oleh karena itu kita bisa melirik perusahaan yang lebih kecil dan potensial seperti anak usahanya. Sekarang ini banyak anak usaha BUMN yang IPO di BEI dan itu merupakan berita yang baik.

Melihat PP Presisi (PPRE) saya menjadi teringat dengan PP Properti (PPRO). Dulu saya merekomendasikan PPRO di tahun 2016 pada saat harganya murah dibandingkan dengan kinerjanya. Dan untungnya analisa saya mengenai PPRO terbukti benar dan harga sahamnya naik hingga 1000% hanya dalam setahun. Namun sekarang PPRO sudah terlalu mahal dan kinerjanya sudah melambat sehingga saya tidak merekomendasikannya kembali. Untungnya di tahun 2017 ada anak usaha PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) yang melakukan IPO yaitu PT PP Presisi (PPRE).

Sekilas Mengenai PP Presisi (PPRE)
PP Presisi tadinya merupakan perusahaan yang bernama PT Primajasa Aldodua yang didirikan di tahun 2004 dan bergerak di bidang jasa sewa alat konstruksi. Di tahun 2014 PT Pembangunan Perumahan mengakuisisi perusahaan tersebut dan mengganti namanya menjadi PT PP Peralatan Konstruksi yang kemudian bergerak tidak hanya menyewakan alat namun juga mengerjakan proyek konstruksi. Pada Maret 2017 PT PP Peralatan Konstruksi berubah nama menjadi PT PP Presisi dan pada tanggal 24 November 2017 PT PP Presisi tercatat di BEI dengan kode saham PPRE.

Kinerja PP Presisi (PPRE)
Seperti PPRO, anak perusahaan PTPP ini juga mencatatkan kinerja yang cepat karena masih tergolong sebagai perusahaan baru dengan riwayat pendek. Sepanjang tahun 2017 PPRE mencetak pendapatan sebesar Rp 1,8 triliun atau meningkat 389% dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp 371,2 miliar. Laba bersihnya di tahun 2017 juga meingkat drastis yaitu dari Rp 41 miliar di tahun 2016 menjadi Rp 240 miliar di tahun 2017 atau meningkat sebesar 490%! Kinerjanya diproyeksikan akan terus bertumbuh di tahun ini. Manajemen PPRE menargetkan pendapatan sebesar Rp 4,9 triliun meningkat lebih dari 100% dan laba bersih sebesar Rp 434 miliar meningkat 80% serta kontrak  baru meningkat sebesar 35% di tahun 2018 ini. Memang ini baru asumsi namun manajemen optimis mampu untuk mewujudkannya.

Valuasi Saham PPRE
Harga saham PPRE di harga 390 sangat jauh dari harga IPOnya yang diharga 430 hal itu juga pernah terjadi pada saham PPRO yang turun diharga yang lebih rendah dari IPO. PPRE sudah memberikan informasi mengenai kinerjanya di tahun 2017 maka lebih mudah untuk menganalisanya. Dengan laba Rp 240 miliar maka PPRE memiliki PER sebesar 16,6 yang artinya masih jauh dibawah pertumbuhannya yang lebih dari 50%. Apalagi jika kita memproyeksikan dengan laba Rp 400 miliar di tahun 2018 maka PPRE memiliki PER sebesar 10 untuk laba bersih di tahun 2018. Jumlah itu termasuk murah jika dibandingkan dengan emiten-emiten yang lain yang ada di BEI. Saham PPRE layak untuk investasi jangka panjang atauun menengah 2-3 tahun karena bila kinerjanya konsisten maka dapat dipastikan bahwa harga sahamnya juga akan mengikuti.

Kesimpulan:
Anak usaha PTPP memang sangat fantastis kinerjanya mulai dari PPRO hingga PPRE mereka berkinerja seperti perusahaan startup dengan pertumbuhan triple digit. Meskipun saham PPRE saat ini sedang stagnan dan sulit kembali ke harga IPOnya namun dengan kinerja yang demikian maka cepat atau lambat PPRE akan kembali ke harganya semula dan bahkan bisa mencetak rekor yang lebih tinggi.

Monday, February 26, 2018

Garuda Indonesia (GIAA) Kembali Merugi di Tahun 2017

Setelah membukukan keuntungan Garuda Indonesia (GIAA) kembali masuk kedalam jurang kerugian. Sepanjang tahun 2017 emiten berkode saham GIAA ini membukukan kerugian sebesar US$ 213,4 juta atau bila dirupiahkan senilai Rp 2,88 triliun. Padahal di tahun 2016 GIAA mampu untuk membukukan laba bersih sebesar US$ 9,4 juta atau senilai Rp 126,9 miliar. Ada beberapa hal yang membuat kinerja GIAA menurun yaitu:
Garuda Indonesia
1. Pengeluaran yang Meningkat
Total pengeluaran sepanjang tahun 2017 meningkat sebesar 13% dari US$3,7 miliar menjadi US$ 4,25 miliar. Biaya bahan bakar meningkat 25% dari US$ 924 juta menjadi US$ 1,15 miliar. Harga minyak dunia dalam tren kenaikan di tahun 2017 dan nampaknya Garuda Indonesia masih belum efisien dalam menekan beban.

2. Pengeluaran Untuk Tax Amnesty dan Denda Legal di Australia
Selain beban operasi GIAA juga harus mengeluarkan beban di luar operasi seperti tax amnesty dan denda legal yang jumlahnya mencapai US$ 145,8 juta. Ini adalah penyebab utama GIAA merugi besar di tahun ini. Namun manajemen GIAA menyatakan bahwa tax amnesty ini hanya merugikan sesaat dan akan membawa dampak positif dalam jangka panjang.

3. Fluktuasi Penumpang
Industri penerbangan memang harus menanggung risiko fluktuasi penumpang dan naik turunnya jumlah penumpang membuat kinerja GIAA terganggu. Apalagi ditambah dengan adanya bencana alam seperti erupsi Gunung Agung pada tahun lalu yang menyebabkan rute penerbangan ke Bali menjadi mati. Padahal banyak wisatawan yang memilih Bali sebagai destinasi wisata.

Kendati merugi besar di tahun 2017, manajemen Garuda Indonesia membidik laba bersih sebesar US$ 8,7 juta atau setara dengan Rp 117,45 miliar. Namun sepertinya kerugian akan berlanjut pada kuartal 1 di tahun ini namun akan segera membaik pada kuartal-kuartal selanjutnya.

Whats Next?
Sepertinya GIAA masih saja membukukan kinerja yang kurang bagus dan konsisten. Manajemen GIAA memproyeksikan kinerja positif di tahun 2018. Namun hal tersebut bisa saja sulit untuk didapatkan apalagi kerugian bisa berlanjut di kuartal 1 2018. Oleh karena itu investor lebih baik wait and see terlebih dahulu dan menunggu hingga perusahaan ini benar-benar pulih sebelum berinvestasi di sahamnya.

Kesimpulan:
Nama dan brand yang besar bukan berarti membuat GIAA membukukan kinerja cemerlang dan itu terbukti dari laporan keuangannya. Begitupula sahamnya, karena kinerjanya yang buruk sahamnya pun harus terpuruk dibawah harga IPO.

RANGKUMAN MATERI FISIKA KELAS XII SMA SEMESTER GANJIL

Edutafsi.com - Ringkasan teori Fisika kelas dua belas semester gasal. Di kelas dua belas, materi fisika yang dipelajari merupakan materi lanjutan yang sifatnya lebih kompleks meliputi gelombang, listrik, magnet, dan fisika inti. Pada rangkuman bahan belajar fisika ini, materi akan dibagi menjadi lima bab, yaitu gelombang mekanik, optika fisis (gelombang cahaya), gelombang bunyi, listrik statis,

AKRA SEDANG MENGKONSTRUKSI KUDA-KUDA BULL




Saham akra sedang mengkonstruksi kuda-kuda bull. Ujian di resist 6200, bila resist ini berhasil lolos dan dipertahankan, maka akra potensi menuju resist trading 7000 dan swing 8000


line@ sahampemenang beralih ke telegram ->https://t.me/sahampemenang

Hal yang Layak Diperhatikan Dalam Surat Tahunan Warren Buffett 2017

Pada bulan Februari ini Warren Buffett mempublikasikan surat laporan tahunannya untuk pemegang saham Berkshire Hathaway, anda bisa melihatnya disini. Warren Buffett selalu memberikan laporannya setiap tahun mengenai pemikirannya, kondisi perusahaan saat ini dan langkah kedepan yang akan dilakukan. Sehingga setiap tahun orang-orang Wallstreet menantikan pemikiran "Oracle of Omaha" yang dituangkan dalam surat laporan tahunannya tersebut. Mungkin kita sebagai investor Indonesia tidak begitu penting melihat isi surat dari Warren Buffett yang berinvestasi saham di Amerika Serikat namun tidak ada salahnya mempelajari isi surat tersebut untuk menambah wawasan kita. Berikut adalah ringkasan isi dari surat tersebut:

Warren Buffett Letter

1. Book Value Per Lembar Berkshire Meningkat 23%
Sepanjang tahun 2017 nilai aset bersih Berkshire meningkat sebesar $65,3 miliar alias meningkat 23%. Sedangkan harga sahamnya meningkat 21,9% di periode yang sama. Performa harga sahamnya hampir menyamai S&P 500+dividen yang sebesar 21,8%. Warren Buffett selalu menilai perumbuhan perusahaannya melalui book value dan bukan melalui kapitalisasi pasar yang ada di bursa.

2. Warren Buffett Mengkritik Aturan Akuntansi Baru
GAAP (General Accepted Accounting Principles) merupakan metode akuntansi yang digunakan di Amerika Serikat dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Terdapat aturan baru yang menyatakan bahwa investasi yang belum direalisasikan harus dimasukkan kedalam laba dan rugi bersih meskipun memang belum direalisasikan. Hal ini membuat laporan laba dan rugi Berkshire Hathaway menjadi tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Sejatinya untung dan rugi ada saham yang belum direalisasikan dengan dijual belum bisa dijadikan nyata karena selama investor belum menjual rugi maka investor tersebut belum bisa dikatakan merugi dan karena nilai saham di bursa fluktuatif.

3. Kas Berkshire Semakin Berkembang dan Belum Ada Ide Untuk Digunakan
Jumlah kas Berkshire di akhir tahun 2017 senilai $116 miliar sedangkan kapitalisasi pasar Berkshire sendiri sebesar $500 miliar. Jumlah kas Berkshire sangatlah besar dan jumlahnya bertambah dari tahun ke tahun. Warren Buffett mengatakan bahwa ia dan Charlie Munger merasa akan ada akuisisi yang besar di masa mendatang. Namun hingga saat ini masih belum ada pergerakan akuisisi secara besar-besaran. Sepertinya Warren Buffett khawatir dengan valuasi saham-saham di bursa Amerika Serikat yang semakin mahal karena kenaikan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.

4. Saham Berkshire Hathaway Sudah Pernah Jatuh Besar di Masa Lalu dan Hal Tersebut Akan Terjadi Lagi di Masa Mendatang
Warren Buffett selalu mengingatkan bahwa krisis ataupun crash adalah hal yang tidak dapat dihindari. Sepanjang sejarah, saham Berkshire Hathaway mengalami naik dan turun. Bahkan penurunan sahamnya bisa mencapai 50% dan itu terjadi pada tahun 2008 ketika terjadinya krisis finansial. Tidak mau berbohong, Warren Buffett mengatakan bahwa saham Berkshire bisa jatuh kembali di masa mendatang dan tidak ada yang tahu akan hal itu bahkan Warren Buffett itu sendiri.

5. Warren Buffett Menang Taruhan dan Memberikan Pelajaran Berharga Dalam Investasi
Pada 19 Desember 2007 Warren Buffett melakukan taruhan dengan Protege Partner. Taruhannya adalah Warren Buffett menantang para hedge fund sebesar $1 juta untuk membuktikan bahwa mereka mampu mengalahkan pasar dalam jangka waktu yang panjang dalam hal ini 10 tahun. Warren Buffett memberikan opsi bebas kepada lawan taruhannya untuk memilih berbagai jenis hedge fund sedangkan dia sendiri hanya bertaruh pada indeks S&P 500, yang memberikan imbal hasil tertinggi dalam 10 tahun adalah pemenangnya. Kedengarannya sangat simpel dan mudah untuk mengalahkan Warren Buffett yang hanya bergantung pada S&P 500 namun tidak ada fund manajer yang berani bertaruh. Sampai pada akhirnya Protege Partner berani menerima tantangan Warren Buffett. Protege Partner memilih 5 jenis dana hedge fund untuk bersaing dengan S&P 500 dalam jangka waktu 10 tahun. Hal yang mengejutkan adalah 5 dana tersebut kalah semua dengan S&P 500. Pada Mei 2017 Protege Partner sudah menyerah dan uang hasil taruhan oleh Warren Buffett didonasikan pada Girls.Inc. Hal yang dapat dipetik adalah investasi secara aktif seperti hedge fund sangat merugikan dibandingkan dengan investasi yang beli kemudian tahan dalam jangka waktu yang lama.

6. Ted dan Todd Mengelola Dana Sebesar $25 Miliar
Warren Buffett saat ini sudah berumur 87 tahun dan sudah sangat tua untuk orang yang menjabat dalam sebuah perusahaan. Oleh karena itu Berkshire Hathaway tidak boleh bergantung terus pada Warren Buffett dan mulai mencari penerus. Ted Weschler dan Todd Combs merupakan pengelola dana di Berkshire dengan umur yang muda. Mereka digadang-gadang sebagai penerus Warren Buffett di masa depan karena performa kinerjanya yang cukup baik.

Pengertian Saham Turnaround

Jika anda sudah membaca buku Peter Lynch "One Up On Wallstreet" maka pasti anda sudah mengenal dengan istilah saham turnaround. Seperti namanya saham turnaround merupakan saham yang mengalami perubahan haluan. Perubahan haluan itu sendiri merupakan dari fundamental buruk menjadi fundamental yang lebih baik. Dengan begitu investor dapat memanfaatkan momentumnya untuk mendapatkan keuntungan yang biasanya sangat cepat untuk dirasakan. Berikut adalah ulasan mengenai saham turnaround.
Turnaround


Pengertian dan Definisi Saham Turnaround
Seperti yang sudah disebutkan tadi saham turnaround merupakan saham yang mengalami perubahan fundamental dari jelek menjadi bagus. Biasanya ini dialami oleh perusahaan yang mengalami kerugian kemudian berbalik menjadi perusahaan yang mencetak keuntungan yang besar sehingga valuasi sahamnya menjadi undervalue. Saham turnaround juga bisa diberikan pada perusahaan yang mengalami penurunan laba dan pendapatan dan berhasil merubah keadaannya pada beberapa tahun kemudian.

Saham Turnaround Sangat Potensial
Saham turnaround sangat potensial dan imbal hasilnya melebihi saham bertumbuh (growth stock). Jika saham bertumbuh bisa menghasilkan keuntungan besar dalam jangka panjang maka saham turnaround bisa memberikan keuntungan besar dalam jangka pendek. Saham bertumbuh mungkin bisa memberikan imbal hasil 10x modal dalam jangka waktu 10 tahun tapi saham turnaround bisa memberikannya dalam jangka waktu 1 tahun. Tidak percaya? Lihatlah grafik saham BRPT di tahun 2016 ketika BRPT berhasil mendapatkan untung setelah mengalami kerugian di tahun 2014 dan 2015. Kenaikan BRPT sangat wajar karena disertai alasan fundamental yang kuat yakni perusahaan tadinya merugi sekarang menjadi untung dalam jumlah yang besar. Hal itulah yang mendasari pergerakan harga sahamnya. Mengapa saham turnaround bisa naik banyak? Karena ketika perusahaan dalam keadaan buruk atau fundamentalnya jelek maka harga sahamnya pasti rendah dan terlihat undervalue secara book value namun tidak secara laba bersih. Sehingga ketika perusahaan mampu mencetak laba maka harganya yang rendah akan membuat sahamnya sangat undervalue dan pasar harus segera menyeimbangkan harganya. Inilah yang menyebabkan saham turnaround bisa naik banyak dalam jangka waktu yang pendek.

Berisiko Tinggi
High Risk High Return mungkin itulah pepatah yang dapat menggambarkan saham turnaround bahkan risikonya melebihi saham bertumbuh. Kendati potensinya yang sangat besar dalam jangka waktu yang pendek namun risikonya juga besar jika tidak sejalan dengan ekspektasi. Bisa saja kita membeli saham turnaround namun ternyata keadaannya tidak kunjung berbalik atau ketika berbalik hal tersebut hanya bersifat sementara dan perusahaan masuk kembali ke dalam jurang kerugian. Saham turnaround sangat sulit dipahami oleh orang yang diluar bidangnya namun untuk orang yang mengerti di bidangnya maka saham turnaround bisa menjadi pilihan terbaik karena imbal hasilnya yang besar. Misalnya saja seseorang yang menjadi sales properti akan tahu kapan sebuah perusahaan properti kembali mencatatkan kinerja yang cemerlang dibandingkan dengan orang awam di bidang properti.

Sulit Untuk Dideteksi
Seringkali saham turnaround sangat sulit untuk diketahui potensinya karena kita mengabaikannya lantaran perusahaan merugi. Harga saham turnaround pun juga bisa naik banyak walaupun perusahaan masih merugi akan tetapi berkurang kerugiannya. Untuk mendeteksi saham turnaround seorang investor harus memiliki informasi yang banyak serta keberanian membeli ketika perusahaan masih dalam keadaan merugi. Itulah sebabnya sangat sulit membeli saham turnaround di harga yang paling bawah untuk mendapatkan keuntungan paling maksimal. Namun kabar baiknya setelah mengalami turnaround investor bisa tetap memegang sahamnya sambil memperhatikan fundamental karena biasanya saham turnaround tetap mencatatkan pertumbuhan setelah proses perubahan haluan sudah terkonfirmasi. Cara ini adalah cara yang paling aman untuk mendapatkan keuntungan dari saham turnaround dan investor bisa juga mendapatkan keuntungan puluhan hingga ratusan persen dalam waktu yang singkat.

Kesimpulan:
Saham turnaround merupakan saham yang berubah fundamentalnya dari buruk ke bagus. Potensi saham turnaround sangat besar begitupula dengan imbal hasilnya. Sebaiknya investor menunggu sampai perusahaan mencetak laba sebelum masuk ke dalam saham jenis ini.

Sunday, February 25, 2018

ADA APA DGN GRUP MNCN DAN KONSTRUKSI BUMN ?



Berikut catatan/pendapat singkat sahampemenang tentang saham grup mncn saat-saat bergejolak tadi pagi dan saham grup kontruksi bumn berkaitan dengan moratorium sebagian proyek konstruksi

line@ sahampemenang beralih ke telegram ->https://t.me/sahampemenang

Inilah Alasan Berinvestasi di Negara Maju Kurang Prospektif

Sebelumnya saya telah menjelaskan mengenai perbedaan antara Negara Maju (Developed Country) dan Negara Berkembang (Developing Country) dalam sebuah artikel. Mempelajari karakteristik negara maju dan negara berkembang merupakan pengetahuan yang penting untuk menentukan langkah investasi. Sekilas pembaca artikel ini pasti akan bertanya, bagaimana bisa berinvestasi di negara maju kurang prospektif? Bukankah negara maju memiliki teknologi yang maju sehingga perkembangannya pesat? Disini saya akan membahas bahwa mengapa berinvestasi di negara maju kurang berprospek dalam jangka panjang kendati dari namanya negara maju memang lebih maju peradabannya.
Jika Ada Banyak Gedung Pencakar Langit Mau Dibangun Dimana Lagi?
Sekilas Mengenai Negara Maju
Negara maju merupakan negara yang sudah maju peradabannya dan ciri-cirinya sudah saya jabarkan dalam sebuah artikel. Pendapatan per kapita yang tinggi, teknologi canggih, infrastruktur yang sangat memadai, kesehatan yang terjamin serta teknologi yang canggih merupakan kehebatan dari negara maju. Memang jika dilihat dari kacamata sosial negara maju memang bisa dibilang nomor 1 dalam hal peradaban. Mayoritas investor juga memilih negara maju sebagai tempat untuk berinvestasi karena kemajuannya dan keamanannya. Namun sebenarnya dibalik kemajuan tersebut ternyata negara maju hanya besar dalam nilai ekonominya yang sekarang jika dibandingkan dengan negara berkembang namun tidak untuk laju pertumbuhan ekonominya. Dari data-data, jika dibandingkan dengan negara berkembang negara maju kendati memiliki nilai GDP yang besar namun pertumbuhan ekonomi atau GDPnya berjalan dengan lambat. Negara maju ibarat saham blue chip yang sudah kesulitan dalam bertumbuh.

Korelasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Dari tadi saya menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dengan imbal hasil investasi apakah itu penting? Investor saham kan hanya melihat ekonomi secara mikro bukan makro? Yang dilihat kan perusahaan bukan negara? Memang hal tersebut ada benarnya namun investor harus mengerti bahwa mencari perusahaan dengan pertumbuhan yang pesat akan lebih mudah dan banyak pada negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat juga. Saya telah melihat-lihat bahwa perusahaan-perusahaan di negara maju seperti Amerika Serikat ternyata memiliki pertumbuhan yang kurang fenomenal dan kebanyakan tumbuh di angka single digit. Sangat sulit menemukan perusahaan terbuka di Amerika Serikat yang memberikan pertumbuhan lebih dari 20% pertahun secara konsisten atau yang dinamakan oleh Peter Lynch sebagai fast grower. Ini sangat penting karena imbal hasil yang besar dalam jangka panjang ada di perusahaan fast grower. Sedangkan di Indonesia banyak pilihan saham yang memberikan perumbuhan high double digit bahkan triple digit. Di wallstreet saham dengan pertumbuhan ratusan persen sangat langka dan akan menjadi primadona, kalau di Indonesia masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu berinvestasi di negara yang mencetak pertumbuhan ekonomi lebih tinggi itu jauh lebih menguntungkan karena rata-rata perusahaan di negara terebut juga mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi juga. Lantas apa yang meyebabkan negara maju sulit untuk bertumbuh?

Negara Maju Seperti Perusahaan Besar yang Kehilangan Momentum Pertumbuhannya
Dulu negara maju merupakan negara berkembang yang pesat pertumbuhannya. Sama seperti perusahaan besar yang dulunya kecil, pertumbuhan terbesar ada di fase awal. Untuk mendapatkan hasil yang besar, investor harus berinvestasi pada perusahaan kecil yang berprospek untuk menjadi perusahaan besar. Negara maju sudah kehilangan momentum pertumbuhannya karena pertumbuhan besarnya ada pada puluhan tahun yang lalu. Contoh saja Jepang, setelah Perang Dunia II ekonomi Jepang porak poranda namun mampu kembali bangkit dan merangkak dari negara berkembang menjadi negara maju dalam waktu 50 tahun. Namun sekarang pertumbuhan ekonomi di Jepang sangatlah memprihatinkan, bagi Jepang tidak resesi saja sudah syukur karena negeri Sakura itu telah mengalami resesi berkepanjangan dalam 30 tahun terakhir. Negara-negara di Eropa juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang kecil, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga, jauh dari angka 5%. Sebenarnya mereka juga pernah mengalami perkembangan pesat namun di masa lalu.

Negara Maju Merupakan Penuntun ke Masa Depan ==> Bumerang
Ibarat ilmu negara maju merupakan dosen dan negara berkembang merupakan mahasiswanya. Mahasiswa hanya membutuhkan arahan dosen untuk menyerap ilmu baru sedangkan dosen harus menemukan ilmu baru jika ingin berkembang. Dalam teknologi juga demikian negara maju merupakan pemimpin teknologi sehingga harus menemukan teknologi baru untuk mendapatkan sumber pertumbuhan yang baru. Penemuan teknologi baru ini membutuhkan percobaan-percobaan yang kadang berhasil kadang juga tidak.

Efisiensi yang Maksimal ==> Bumerang
Ekonomi dan produktivitas negara maju sangat efisien dan berada di level maksimal berkat nilai SDM dan teknologi yang tinggi. Namun karena efisiensi yang maksimum ini negara maju harus mencari sumber lain untuk pertumbuhannya. Misalnya saja dibidang pertanian, negara berkembang menggunakan cara tradisional dengan tenaga para petani dan negara maju sudah menggunakan traktor dalam membajak sawah. Jika dilihat dari efisiensi maka negara maju lebih efisien. Namun ketika negara berkembang mengimplimentasikan teknologi traktor pada pertanian maka pertumbuhan produktifitas pertaniannya akan meningkat pesat lain halnya dengan negara maju yang ingin meningkatkan produksinya harus menggunakan teknologi yang lebih maju seperti pertanian dengan robot (robotic farming) misalnya dan itu membutuhkan penelitian dan nilai investasi yang besar.

Kesimpulan:
Berinvestasi di negara maju kurang prospektif secara jangka panjang karena pertumbuhan ekonominya yang rendah. Tahukah anda bahwa pakar ekonomi memperkirakan dalam 2 dekade yang akan datang Cina akan menyalip Amerika Serikat dari segi ekonomi yakni nilai GDP karena pertumbuhannya. Namun berinvestasi di negara maju juga ada keuntungannya yakni relatif stabil dan aman dibandingkan dengan negara berkembang yang relatif muda pemerintahannya dan banyak gejolak politik di dalamnya.