Indahnya Alam Indonesia

Bukan kemewahan yang menentukan manusia untuk bahagia tetapi suasana hati orang-orang di sekitar kitalah yang membuat hidup ini jadi lebih berarti

Arti Sebuah Kata "Pulang"

Ada saatnya kita hidup untuk pulang, pulang pada sang maha Pencipta atau Pulang untuk keluarga

Bunga

Hiduplah seperti bung yang memberikan warna yang indah bagi sekelilingmu

Sendiri Itu Perlu

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika tiada orang yang melihatmu

Lepaskanlah Tawamu

Dari senyum merekalah hati ini okut bahagia wahai anak=anak Indonesiaku

Thursday, September 27, 2018

Menjadi Trader Tidak Tenang Sedangkan Menjadi Investor Hidup Tenang

Dilihat dari sisi psikologis menjadi trader memang terasa menantang. Setiap hari seorang trader akan memantau pergerakan harga saham dan mencari peluang yang ada baik saham yang sedang turun ataupun yang sedang naik. Pergerakan pasar yang fluktuatif atau volatilitas pasar menjadi kesempatan seorang trader untuk mendapatkan kesempatan mendulang cuan. Terkadang analisanya benar dan mendapatkan cuan namun terkadang pula realita tidak seindah ekspektasi sehingga pasar bergerak dari yang diharapkan dan seorang trader akan menderita kerugian. Sedangkan investor tetap tenang dalam menghadapi volatilitas pasar karena yang investor lihat adalah nilai intrinsiknya. Dalam artikel ini akan dibahas perbedaan beban mental yang dihadapi seorang trader dan seorang investor dalam menghadapi volatilitas pasar:

Frustrasi
1. Beban Mental yang Tinggi Untuk Seorang Trader
Trader harus bergerak cepat dalam mengeksekusi ordernya dan menentukan titik masuk dan titik keluar pada setiap trading plannya. Seringkali seorang trader tidak bisa membeli suatu saham pada harga yang diharapkan dan hal tersebut menyebabkan trading plannya gagal dan membuat trader frustrasi. Belum lagi realita yang ada di lapangan berbeda dengan yang diharapkan yaitu misalnya saja membeli di support kuat namun harga tetap turun dan menyebabkan cut loss. Seringkali melakukan cut loss akan membawa beban mental yang tinggi untuk mendapatkan profit besar pada trade selanjutnya dan faktor emosi sangat tinggi dalam mempengaruhi seorang trader. Apalagi untuk seorang swing trader yang memiliki target harian hingga mingguan akan membuat swing trader menjadi terus fokus pada saham tradingnya setiap hari dan memikirkannya secara terus menerus. Hal ini akan mengganggu aktivitas karena terus-terusan ingin memonitor tradingnya. Menatap monitor trading secara terus menerus tidaklah produktif dan pikiran seorang trader akan tidak tenang karena harus memantau tradingnya dan ini membuat hati tidak tenang. Akibatnya orang tersebut akan tidak produktif dan tidak fokus dalam bekerja di dunia nyata. Seorang yang masih bergantung pada pekerjaan utamanya tidak dianjurkan untuk melakukan trading karena akan mengganggu performa kinerjanya di dunia nyata. Seorang yang bergantung pada trading untuk menghidupi kehidupannya juga sebaiknya tidak melakukannya karena risiko trading sangatlah tinggi, bear market ataupun crash akan membuat tradingnya kacau balau. Sangat tidak dianjurkan untuk trading for living, tapi dividen for living yang terbaik. Hal itu karena dividen lebih mudah diprediksi sehingga aman untuk kebutuhan kehidupan.

2. Investor Tetap Tenang
Berbeda dari seorang trader volatilitas pasar tidak membuat pikiran seorang investor menjadi pusing. Sama halnya dengan seorang trader volatilitas pasar merupakan sebuah peluang namun investor tidak fokus pada volatilitas pasar secara terus-menerus. Hal itu karena yang dicari dari seorang investor adalah nilai intrinsiknya dan nilai intrinsik ini jarang berubah dalam jangka pendek dan kemungkinan besar meningkat dalam jangka panjang. Ketika suatu saham yang dimiliki seorang investor turun dan fundamental tetap bagus maka ia tidak akan panik dan justru melihatnya sebagai peluang untuk menambah kembali sedangkan seorang trader kemungkinan besar akan melakukan cut loss ketika harganya turun besar. Seorang investor akan tetap tenang dan menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan biasa seperti halnya tidak berinvestasi. Tentu saja mereka dianjurkan untuk tetap membaca dan melihat perkembangan perusahaan yang diinvestasikannya tapi pemberitaan dan laporan keuangan tidaklah muncul setiap hari. Seorang investor saham paham bahwa investasi hanyalah sebuah pekerjaan sambilan dengan bonus dividen yang mereka rasakan setiap tahunnya. Oleh karena itu mereka tetap fokus dalam mengejar karir sembari menunggu investasinya membuahkan hasil dengan metode beli dan tahan. Yang dikejar seorang investor saham hanyalah mengalahkan pasar, jika pasar (IHSG) naik 10% dan portfolionya naik 20% itu sudah sangat bagus dan jika pasar turun -10% sedangkan portfolionya hanya turun -5% itu juga sangat bagus karena kebanyakan reksadana saham tidak mampu melakukannya.

Kesimpulan:
Trading memang menegangkan dan memberikan tantangan hal itulah yang membuat kebanyakan orang untuk mencoba trading saham. Kebanyakan orang berpikir bahwa trading saham sangat mudah dilakukan namun pada kenyataannya sangat sulit untuk diterapkan. Beban emosi yang dirasakan seorang trader jauh lebih besar dengan yang dirasakan investor. Beban mental ini akan membuat seorang trader menjadi tidak produktif di dunia nyata.

Saya membuka jasa konsultasi investasi saham yang murah dan memiliki track record yang baik. Baca selengkapnya

Tuesday, September 25, 2018

Lo Kheng Hong Akhirnya Cuan di Saham Petrosea (PTRO)

Investor saham Indonesia pasti sudah mengenal tokoh investasi legendaris di BEI yaitu Lo Kheng Hong. Jejaknya dalam berinvestasi sangat dikagumi dan banyak ditiru oleh para investor lainnya. Tapi jejak investasinya di saham PTRO menimbulkan banyak kontroversial karena harga sahamnya turun pasca dibeli oleh Lo Kheng Hong. Dalam sebuah artikel diceritakan bahwa Lo Kheng Hong mulai masuk di saham PTRO pada tahun 2013 yang saat itu harganya cukup turn besar dari tahun 2012. Perlu diingat bahwa Lo Kheng Hong adalah seorang yang kontrarian jadi dia membeli saham-saham yang dihiraukan pasar.

Lo Kheng Hong


Nama Lo Kheng Hong mulai nampak di saham PTRO pada tahun 2013 saat itu harga saham PTRO masih di 1500-an. Lalu di tahun 2014 harganya turun ke 1400-an dan dilanjutkan penurunan yang besar di tahun 2015 hingga saham PTRO menyentuh harga terendah di 280. Di tahun 2014 hingga 2015 banyak orang mulai ragu akan analisa Lo Kheng Hong yang mengira bahwa analisa Lo Kheng Hong salah besar. Sebenarnya komentar orang-orang tidaklah salah karena sejak tahun 2013 fundamental PTRO menurun hingga perusahaan merugi di tahun 2015 dan 2016. Hal itu karena harga minyak turun besar pada tahun 2014 yang menyebabkan kinerja sektor energi terpuruk.

Menambah Kepemilikan
Rugi besar karena membeli sebelum harga saham turun tidak lantas membuat Lo Kheng Hong malah menambah kepemilikan (average down) di tahun 2014-2016 yang mana perusahaan masih merugi. Lo Kheng Hong benar-benar seorang kontrarian sejati karena ketika harga turun besar ia justru menambah kepemilikannya. Kepemilikannya yang tadinya 7,9% di saham PTRO tahun 2013 saat ini di tahun 2018 menjadi 12,1%. Setiap tahun Lo Kheng Hong menambah kepemilikannya di saham PTRO, mungkin ini adalah salah satu saham favoritnya.

Fundamental Berbalik
Merugi di tahun 2015-2016 karena harga minyak dan batu bara turun tidak lantas membuat Lo Kheng Hong takut dan dia menambah dengan membeli saham PTRO kembali. Setelah tahun 2015 harga minyak mulai terangkat dan PTRO akhirnya membukukan keuntungan kembali di tahun 2017 hingga saat ini. Alhasil saham PTRO menguat dari 300 di awal tahun 2016 menjadi 2000 di tahun 2018. Keliatannya Lo Kheng Hong sudah meraih keuntungan dari investasinya jika dilihat dari harga yang dibeli dan harga sekarang. Selain itu juga ada faktor dividen yang menentukan, PTRO sangat royal dalam membagikan dividen.

Hal yang dapat dipelajari:
Lo Kheng Hong termasuk investor yang sangat sabar dalam berinvestasi terbukti dari caranya berinvestasi di saham PTRO ini. Bayangkan saja dia membeli di tahun 2013 merugi 5 tahun hingga tahun 2018 baru mendapatkan keuntungan yang mana tidak banyak orang yang sanggup melakukannya. Namun hal ini juga memberikan pelajaran bahwa berinvestasi di saham komoditas sangat berisiko karena pergerakan harga komoditasnya yang naik turun dan jika timing anda tidak tepat anda akan menjadi seperti Lo Kheng Hong yang berhadapan dengan floating loss dalam beberapa tahun sebelum akhirnya kembali ke awal lagi.

Kesimpulan:
Lo Kheng Hong mengajarkan arti dari sebuah kesabaran dan ketidaktakutan dalam berinvestasi saham. Dia memerlukan waktu 5 tahun untuk mendapatkan keuntungan besar di saham PTRO yang mana hingga saat ini dia masih memegangnya.

Saya membuka jasa konsultasi investasi saham yang murah dan memiliki track record yang baik. Baca selengkapnya

Monday, September 24, 2018

3 Prinsip Penting yang Dipegang Warren Buffett

Dalam industri investasi saham nama Warren Buffett sudah sangat terkenal, maklum Warren Buffett merupakan investor legendaris dalam seabad terakhir. Warren Buffett selalu memegang teguh prinsipnya dalam berinvestasi dan hal itulah yang mengantarnya sukses dalam berinvestasi saham. Meskipun adanya godaan imbal hasil investasi lain yang menarik, Warren Buffett tidak tergoda karena beliau selalu memegang teguh prinsipnya dalam berinvestasi. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai tiga prinsip penting yang dianut dan dipegang teguh oleh Warren Buffett:

Warren Buffett

1. Beli Apa yang Anda Tahu
Pernahkah anda membeli saham tapi tidak tahu apa atau kenapa anda membelinya? Jika alasan anda hanyalah merasa bahwa saham itu akan naik maka itu bukanlah alasan yang logis untuk membeli suatu saham. Kebanyakan orang membeli saham namun dia tidak tahu apa yang dibelinya sehingga ketika saham tersebut turun maka mereka akan merasa sangat ketakutan karena tidak tahu apa yang dibelinya. Padahal dibalik suatu saham terdapat suatu perusahaan namun kebanyakan investor maupun trader bahkan tidak tahu dasar bisnis dari perusahaan tersebut! Menurut Lo Kheng Hong hal ini sama saja dengan "membeli kucing dalam karung". Warren Buffett jelas mengetahui dan menganalisa perusahaan yang ia beli atau investasikan. Dia membeli saham Coca Cola (siapa yang tidak tahu Coca Cola?) karena produknya dibutuhkan terus sepanjang masa, nilai investasi Warren Buffett sudah naik puluhan kali semenjak ia membeli sahamnya di tahun 1988. Ia juga membeli saham Wells Fargo yang merupakan salah satu saham bank terbesar di Amerika Serikat, dia juga membeli saham Washington Post yakni sebuah media koran dan nilai investasinya naik berkali-kali lipat dalam jangka panjang. Pada saat bubble dot com ditahun 1990-2000 Warren Buffett tidak berinvestasi pada saham-saham dot com dan banyak orang menertawakannya karena saham dot com naik banyak dalam jangka pendek. Namun kemudian bubble dot com meletus di tahun 2000 dan saham dot com berguguran, Warren Buffett yang tidak membelinya selamat dari malapetaka tersebut.
Saat ini dia tidak berinvestasi di Bitcoin karena ia tidak mengerti sistemnya dan mengatakan bahwa Bitcoin adalah sebuah penipuan, terbukti saat ini Bitcoin meletus.

Hal penting yang bisa dipelajari:
Belilah saham yang anda tahu perusahaannya, produknya yang dihasilkan, konsep bisnisnya seperti apa, operasionalnya apakah menguntungkan atau merugikan. Hal-hal sederhana itu seringkali dilupakan oleh kebanyakan investor sehingga ketika harga sahamnya turun dalam jangka panjang mereka menyalahkan investasi saham padahal mereka sendiri tidak tahu apa yang mereka beli.

2. Bukan Membeli Saham Tapi Membeli Bisnis
Banyak orang merasa bahwa saham hanyalah sebuah tiket keberuntungan untuk mendapatkan keuntungan namun konsep tersebut adalah salah besar. Saham bukanlah sebuah tiket lotre dimana yang beruntung akan mendapatkan keuntungan besar. Yang benar adalah saham merupakan sebuah kepemilikan perusahaan dimana orang yang berinvestasi pada perusahaan yang sukses akan mendapatkan keuntungan yang besar. Warren Buffett dalam membeli saham selalu berpikir bahwa ia membeli perusahaan bukanlah saham jadi yang ia beli adalah perusahaan berkualitas bukannya saham yang naik tinggi. Hal itu karena beliau tahu bahwa jika perusahaan berkembang dan sukses maka harga sahamnya juga akan mengikuti. Konsep bisnis ini seringkali dihiraukan dalam berinvestasi padahal hal inilah yang menentukan hidup dan matinya suatu saham dalam perusahaan.

Hal penting yang bisa dipelajari:
Berpikirlah seperti pemilik perusahaan! Berpikirlah mengenai prospek bisnis perusahaan yang anda investasikan di masa depan, kinerjanya di masa sekarang dan operasionalnya. Apakah anda mau membeli perusahaan yang merugi? Apakah anda mau menjual perusahaan yang menghasilkan keuntungan besar dan jumlahnya lebih besar di masa mendatang? Jika jawabannya iya maka anda belum berpikir sebagai pebisnis karena seorang pebisnis handal tidak melakukan hal tersebut karena mereka menghindari perusahaan yang merugi dan memegang terus perusahaan yang menguntungkan. Oleh karena itu lebih baik mempelajari lika-liku bisnis daripada mempelajari lika-liku saham. 

3. Margin of Safety
Mungkin ada yang belum mengerti margin of safety yang sebenarnya adalah batasan keamanan membeli saham dilihat dari nilai intrinsiknya. Jadi seorang investor yang membeli saham dengan menganut margin of safety akan membeli saham yang harganya dibawah nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik ini berbeda-beda karena tergantung prospek perusahaan kedepannya ada yang wajar dihargai murah karena prospek suram dan ada juga yang wajar dihargai mahal karena prospek cerah. Namun yang pasti Warren Buffett menyukai saham yang dihargai murah karena hal tersebut seperti diskon. Dia tidak menyukai saham-saham yang dihargai sangat mahal oleh karena itu dia tidak berinvestasi pada saham teknologi yang notabene memiliki valuasi mahal. Di saat bubble dot com pecah di tahun 2000 saham-saham teknologi dihargai dengan sangat tidak wajar, PER saham teknologi bisa mencapai ratusan dengan kinerja tumbuh hanya double digit. Akhirnya banyak saham teknologi yang bergerak sideways hingga tahun 2010 (10 tahun yang sangat berharga untuk investasi terbuang sia-sia). Karena prinsip margin of safety inilah Warren Buffett jadi terhindar dari saham-saham yang mahal dan berisiko tinggi.

Hal penting yang bisa dipelajari:
Margin of safety sangatlah penting! Anda tentunya tidak ingin asal membeli suatu perusahaan yang memiliki prospek cerah di harga yang tidak wajar. Sebuah perusahaan bisa dikatakan memiliki prospek cerah namun itu bukan berarti investor bisa membelinya di harga berapapun karena perlu waktu untuk merealisasikan prospek tersebut. Sebaliknya membeli saham berprospek cerah dengan harga yang murahlah yang berpotensi untuk mendapatkan keuntungan besar.

Kesimpulan:
Ketiga prinsip dasar tersebut adalah prinsip yang selalu dipegang erat oleh Warren Buffett sepanjang waktu. Prinsip dasar itulah yang membuatnya menjadi investor terbaik dalam satu abad terakhir dan tetap berada pada puncak tanpa kejatuhan.

Saya membuka jasa konsultasi investasi saham yang murah dan memiliki track record yang baik. Baca selengkapnya

Batavia Prosperindo Trans (BPTR) Fast Grower?

Belum lama ini Bursa Efek Indonesia kedatangan emiten baru yang baru IPO pada Juli 2018 yaitu Batavia Prosperindo Trans (BPTR). Pasti banyak yang belum mengenal perusahaan ini, maklum BPTR baru didirikan pada Desember 2014 sehingga perusahaan ini masih menyandang status perusahaan baru. Perusahaan ini bergerak pada penyewaan kendaraan dan logistik. Memang industri penyewaan kendaraan bukanlah industri baru dan sudah ada pemain lama dalam penyewaan kendaraan seperti Adi Sarana Armada (ASSA), ANJ Rent, Indo Rent dll. mereka adalah pioneer dalam industri penyewaan kendaraan. Kendati demikian ada hal yang membuat BPTR sangat menarik, yaitu pertumbuhannya. Berikut ini adalah analisa yang membuat BPTR menarik untuk investasi:
Logo BPTR

1. Pertumbuhan yang Sangat Pesat
Kendati baru berdiri di akhir tahun 2014 namun BPTR merupakan perusahaan yang bertumbuh dengan sangat pesat. Berdasarkan prospektusnya BPTR di tahun 2015 memiliki pendapatan Rp 6,2 milyar, di tahun 2016 pendapatannya tumbuh menjadi Rp 27,9 milyar dan Rp 60,6 miliar di tahun 2017. Dari tahun 2015 hingga 2017 pendapatan BPTR tumbuh 10 kali! Kalau dilihat dari bottom line BPTR membukukan kerugian Rp 2 miliar di tahun 2015 lalu membukukan laba Rp 182 juta di tahun 2016 dan bertumbuh menjadi Rp 3,3 miliar di tahun 2017. Di Q2 2018 inipun BPTR masih bertumbuh dengan kenaikan pendapatan sebesar +130% dan laba bersih +323%. Pertumbuhan yang pesat pada tahun-tahun sebelumnya karena skala BPTR masih kecil dan adanya suntikan modal tambahan. Namun sepertinya BPTR memang memiliki kinerja bertumbuh yang sangat bagus, ini berarti model bisnis BPTR berhasil di pasar penyewaan mobil.

2. Kepemilikan Insider Besar
Tidak salah jika insider tidak memiliki kepemilikan besar pada suatu perusahaan yang dikelolanya namun jika anda menemukan saham yang banyak dimiliki insider itu merupakan pertanda yang bagus karena hal itu berarti mereka juga berada di posisi yang sama dengan investor sehingga memberikan yang terbaik untuk investor juga menguntungkan mereka. Di BPTR ini banyak insider yang memiliki sahamnya mulai dari komisaris utama, direktur independen dan direktur utama memiliki sahamnya dalam jumlah yang cukup besar. Direktur Utama BPTR yaitu Paulus Handigdo memiliki 30.530.000 lembar saham BPTR.

3. Valuasi Murah
Jika melihat BPTR di harga 100 maka valuasinya cukup murah atau sangat undervalue. Book Value BPTR ada di kisaran 100 yang berarti jika anda membeli di harga 100 maka PBVnya adalah 1. Dilihat dari laba tahun 2017 maka BPTR memiliki PER 50 namun di Q2 2018 BPTR sudah membukukan laba bersih sebesar Rp 10,5 miliar jika asumsi laba bersih tahun 2018 mencapai Rp 20 miliar maka saham BPTR dihargai dengan PER 7,5 yang artinya sangat murah melihat dari kinerjanya yang pesat bertumbuh.

4. Prospek Cukup Bagus
Kedepannya industri penyewaan mobil sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan masyarakat Indonesia yang tinggi akan transportasi keluarga dan meningkatnya penduduk kelas menengah. Selain itu tumbuhnya e-commerce membuat kebutuhan akan logistik sangat dibutuhkan dan berkembang. Oleh karena itu prospek penyewaan mobil cukup cerah kendati adanya transportasi online karena penyewaan mobil bisa dibutuhkan tidak hanya sekali jalan, jangka waktunya lebih lama sehingga segmennya jelas berbeda dengan transportasi online.

Kesimpulan:
BPTR merupakan saham yang baru IPO beberapa bulan yang lalu. Namun dengan melihat kinerja masa lalunya maka kita dapat menyimpulkan bahwa BPTR berkembang pesat dan layak untuk investasi karena valuasinya juga yang murah.

Saya membuka jasa konsultasi investasi saham yang murah dan memiliki track record yang baik. Baca selengkapnya

Monday, September 17, 2018

Peluang Besar Pasar Saham di Tahun 2018

Dari awal tahun hingga mencapai kuartal III saat ini pasar saham Indonesia mengalami penurunan yang cukup dalam. Sejak awal tahun hingga artikel ini ditulis IHSG sudah turun sebesar -8,96% dan belum ada tanda untuk melanjutkan uptrend. Kendati tahun ini pasar saham lesu, sebagai value investor justru hal inilah yang merupakan peluang besar di pasar saham karena banyak saham bagus yang sedang didiskon oleh pasar. Dikala banyak trader yang cut loss dan wait and see, seorang investor sejati akan mencari peluang dan menambah posisinya di saat pasar yang turun seperti ini. Tahun 2018 merupakan peluang di pasar saham dan berikut ini adalah analisanya:

Peluang
1. Ekonomi Masih Bertumbuh dan Malah Akselerasi
Sepertinya pergerakan IHSG tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi hal itu karena dikala ekonomi Indonesia mengalami percepatan IHSG malah terkoreksi. Di tahun 2018 ini ekonomi Indonesia pertumbuhan ekonomi yang tadinya stabil di angka 5,1% terdongkrak menjadi 5,2% pada semester I 2018. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 ada di angka 5,2-5,3% itu berarti ekonomi masih akan bertumbuh di tahun depan dan penurunan harga saham ini hanya bersifat sementara saja.

2. Fundamental Perekonomian Kuat
Banyak yang khawatir bahwa US Dollar menembus Rp 15.000/lembar dan IHSG pun anjlok -4% ketika rupiah melemah ke level tersebut. Media banyak memberitakan hal negatif sehingga investor panik dan menjual saham-sahamnya tidak peduli saham itu bagus atau tidak sehingga penurunan tajam pun tidak terhindarkan. Banyak orang juga mengaitkan pelemahan rupiah pada krisis moneter yang terjadi di tahun 1998. Memang pelemahan rupiah memberikan dampak buruk terhadap perekonomian kita yang masih banyak impor namun hal ini jauh berbeda dengan 1998. Di tahun 1998 rupiah melemah dari Rp 2.500 ke Rp 13.000 sedangkan saat ini di 2018 rupiah melemah dari Rp 13.500 ke 15.000 tentu hal itu jauh berbeda. Rasio hutang terhadap PDB pun masih terjaga dibawah 40%, cadangan devisa masih melimpah, inflasi terjaga di 4%, pertumbuhan ekonomi stabil di 5% hal itu jauh berbeda dengan 1998 yang memiliki karakteristik cadangan devisa kecil, hyperinflasi dan pertumbuhan ekonomi yang negatif. Saat ini fundamental ekonomi Indonesia kuat walaupun ketidakpastian global seringkali menghantui.

3. Emiten Membukukan Kenaikan Bisnis Pada Semester I 2018
Dalam sebuah berita dibahas bahwa dalam semester I 2018 ini emiten-emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia masih membukukan kenaikan sebesar 20%. Pendapatan pun naik 8,6% dan aset bertumbuh sebesar 3,3% kendati demikian pasar saham malah turun karena sentimen global seperti perang dagang US dan Cina, krisis negara-negara berkembang seperti Venezuella, Turki, Argentina serta pelemahan rupiah terhadap US dollar. Investor saham sebenarnya tidak perlu memperdulikan sentimen dari luar seperti ini yang perlu difokuskan adalah mencari perusahaan bagus dengan analisa mikro dan bukan makro hal itu karena yang terpenting adalah kinerja perusahaan yang kita investasikan dan bukan kinerja makro ekonomi dunia. Buktinya di tengah berbagai ketidakpastian emiten masih dapat membukukan kenaikan laba bersih dan pergerakan harga saham tidak sesuai dengan fundamental yang ada sehingga ini adalah peluang.

4. Dalam Sejarah 10 Tahun Terakhir IHSG Hanya Mencatatkan Penurunan 3 Dari 10 Tahun
Terkecuali krisis di tahun 2008, dalam 10 tahun terakhir IHSG hanya turun pada tahun 2013, 2015 dan 2018 dengan penurunan 7-20% dalam setahun. Lalu selanjutnya naik kembali di tahun berikutnya setelah koreksi. Hal itu kemungkinan besar terjadi di tahun 2019 dan penurunan di tahun 2018 ini merupakan peluang kepada para value investor untuk berinvestasi pada saham-saham yang murah.

Kesimpulan:
Fluktuasi pasar yang tinggi dan ketidakpastian yang tinggi membuat banyak pelaku pasar khawatir di tahun 2018 ini. Kendati demikian penurunan harga saham saat ini bertolak belakang terhadap fakta-fakta fundamental yang ada sehingga menjadikan tahun 2018 ini sebagai peluang dalam berinvestasi saham untuk tahun-tahun berikutnya.

Saya membuka jasa konsultasi investasi saham yang murah dan memiliki track record yang baik. Baca selengkapnya

Monday, September 3, 2018

3 Saham Dividen yang Bagus Dibeli Pada Bulan September 2018

Di bulan Agustus IHSG bergerak dengan sangat fluktuatif karena adanya faktor-faktor negatif dari eksternal yang mempengaruhi sentimen investor. Krisis-krisis mulai bermunculan dimulai oleh Turki yang nilai mata uangnya Lira sudah jatuh besar terhadap US Dollar. Baru-baru ini terdengar krisis baru di Argentina dengan penyebab yang sama yaitu pelemahan mata uang terhadap US Dollar. Sedangkan mata uang Rupiah sudah melemah cukup besar hingga Rp 14.700/USD. Oleh karena itu pasar saham di Indonesia ikut bergejolak. Namun sebagai investor kita harus tetap tenang dan menemukan peluang karena hal itulah yang akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang.
Dividen
IHSG yang berfluktuatif dan cenderung turun membuat banyak saham yang turun dan memberikan peluang kepada investor yang ingin membelinya. Ada yang bilang bahwa pasar sangat tidak kondusif di tahun ini dan ini merupakan waktu yang tidak tepat dalam berinvestasi. Namun saya selalu menegaskan bahwa investor harus terus berinvestasi karena dalam jangka panjang nilai investasinya akan meningkat walau pasar tidak kondusif. Setiap bulan saya selalu memberikan rekomendasi saham dividen karena saham dividen layak ditabung untuk memberikan pendapatan pasif dalam jangka panjang. Berikut ini adalah rekomendasi 3 saham dividen yang bagus untuk dibeli pada bulan ini:

1. Wahana Ottomitra Multiartha (WOMF)
WOMF
Dalam beberapa hari terakhir Wahana Ottomitra Multiartha (WOMF) baru melaporkan kinerja Q2 2018. Laporan keuangan ini mengalami keterlambatan karena laporan keuangannya dilakukan audit yang biasanya pada perusahaan lain tidak dilakukan audit karena hanya merupakan laporan keuangan kuartal. Pada laporan keuangan Q2 2018 WOMF terlihat dengan jelas bahwa kinerjanya meningkat dengan pesat. Tercatat pendapatan meningkat 25,9% dan laba bersih meningkat 116%! EPS WOMF pun juga meningkat dari Rp 16,50/lembar menjadi Rp 30,31/lembar atau meingkat sebesar 83,6%! Entah apa yang dipikirkan oleh Mr. Market kinerja yang cemerlang tersebut tidak dibarengi oleh valuasi yang mahal. Saham WOMF di harga 324 memiliki PER 6,23 dan PBV sebesar 1,07 dengan valuasi ini berarti saham WOMF dikategorikan sangat murah. Sejak tahun 2016 kinerja WOMF terus bertumbuh dan kini sahamnya masih potensial untuk melanjutkan uptrendnya. WOMF memberikan dividen sebesar Rp 15,5/lembar yang mencerminkan dividen yield sebesar 4,78% di harga 324. Saham WOMF sangat potensial mengingat valuasinya yang murah dan kinerjanya yang meningkat pesat.

2. Japfa Comfeed (JPFA)
JPFASaham poultry mencuri perhatian di tahun ini dan saya sudah membahasnya dalam sebuah artikel. Kendati sudah cukup naik banyak namun saham poultry masih memiliki ruang untuk naik. Untuk saham dividen di sektor poultry terdapat Japfa Comfeed (JPFA). Pada Q2 2018 pendapatan JPFA naik sebesar 18,18% dan laba bersihnya naik sebesar 127,76%. Bila melihat valuasi JPFA dengan laporan keuangan 2017 maka JPFA tidak menarik karena memiliki valuasi PER 25,28 di harga 2200. Namun kinerja JPFA diproyeksikan bertumbuh dan EPS JPFA bisa mencapai Rp 189/lembar di tahun ini. Dengan begitu maka JPFA di harga 2200 memiliki forward PER sebesar 11,64 dan PBV 2,72 yang terlihat cukup murah. JPFA memberikan dividen sebesar Rp 50/lembar yang mencerminkan dividen yield sebesar 2,25% di harga 2200. Saham JPFA cukup potensial di tahun ini mengingat sektornya termasuk turnaround di tahun ini.

3. Wijaya Karya Gedung (WEGE)
WEGE
Lagi-lagi saya merekomendasikan Wika Gedung (WEGE) yang sudah saya rekomendasikan pada bulan Juni 2018 dalam sebuah artikel. Saya merekomendasikannya di harga 200 dan saat ini sahamnya ada di level 240 maka investor yang membelinya di harga tersebut sudah mendapatkan keuntungan +20% dalam 2 bulan. Saya merekomendasikannya kembali karena kinerjanya sangat bagus dan sahamnya sangat murah untuk diabaikan. Pada Q2 2018 WEGE mencatatkan kinerja bagus pendapatan meningkat 84% dan laba bersih meningkat sebesar 69%. Kinerja diproyeksi meningkat hingga akhir tahun 2018 bahwa pendapatan dan laba bersih meningkat masing-masing 50% dari periode tahun lalu. Manajemen juga melakukan perubahan target dengan meningkatkan target kinerja, hal ini merupakan pertanda positif. Laba bersih diproyeksi sebesar Rp 443 miliar di tahun 2018 sedangkan di harga 240 WEGE memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 2,26 triliun yang mencerminkan PER sebesar 5,1 untuk target tahun ini alias sangat murah. Nilai kontrak WEGE bertumbuh dan dalam pertengahan saja sudah mencapai 76% dari target perolehan kontrak baru di tahun 2018. WEGE memberikan dividen yield sebesar 2,5% di harga 240. Saat ini saham WEGE memasuki uptrend dan masih potensial dalam beberapa tahun yang akan datang.

Kesimpulan:
Ketiga saham tersebut merupakan saham yang memiliki potensi besar di tahun ini dan beruntungnya juga memberikan dividen. Tanpa dividen pun saham-saham tersebut memiliki kinerja yang bagus dan bisa untuk ditahan dalam jangka panjang dengan terkecuali JPFA karena berada pada sektor yang fluktuatif.

Saya membuka jasa konsultasi investasi saham yang murah dan memiliki track record yang baik. Baca selengkapnya