Indahnya Alam Indonesia

Bukan kemewahan yang menentukan manusia untuk bahagia tetapi suasana hati orang-orang di sekitar kitalah yang membuat hidup ini jadi lebih berarti

Arti Sebuah Kata "Pulang"

Ada saatnya kita hidup untuk pulang, pulang pada sang maha Pencipta atau Pulang untuk keluarga

Bunga

Hiduplah seperti bung yang memberikan warna yang indah bagi sekelilingmu

Sendiri Itu Perlu

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika tiada orang yang melihatmu

Lepaskanlah Tawamu

Dari senyum merekalah hati ini okut bahagia wahai anak=anak Indonesiaku

Thursday, November 30, 2017

5 Filosofi yang Selalu Dianut Warren Buffett

Warren Buffett merupakan investor terbaik sepanjang masa dan merupakan salah satu dari daftar orang terkaya di dunia. Dalam meraih kesuksesannya dia selalu memiliki filosofi yang selalu dipegang teguh dalam berbisnis. Filosofi-filosofi yang dimilikinya adalah berdasarkan dari pengalaman yang telah ia tempuh dalam perjalanan karirnya sebagai investor. Filosofi yang diberikan oleh Warren Buffett merupakan filosofi yang baik dan sangat logis untuk diterapkan di dunia investasi. Berikut ini adalah filosofi yang dibuat dan dianut oleh Warren Buffett:

Warren Buffett

1. Aturan No.1: Jangan Kehilangan Uang. Aturan No.2: Jangan Lupa Aturan No.1
Warren Buffett sudah mengalami berbagai macam jatuh bangun di dunia saham. Berbagai krisis dia lewati dengan sukses, bagaimana caranya? Jangan kehilangan uang! Warren Buffett tidak mau menjual asetnya ketika terjadi krisis. Pada saat krisis terjadi nilai saham akan menurun dengan drastis namun kehilangan aset tersebut baru akan terealisasi ketika kita menjual sahamnya.
Di tahun 2008 aset Warren Buffett pernah turun lebih dari 30% karena krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Namun Warren Buffett tidak pernah menjual saham Berkshire Hathaway yang merupakan aset utamanya saat terjadi krisis. Terbukti setelah krisis keuangan 2008 berlalu, saham Berkshire Hathaway naik 2X lipat dalam waktu 10 tahun. Selain itu Warren Buffett sangat menjaga keutuhan asetnya. Dia tidak pernah ingin berinvestasi di aset-aset yang bersifat spekulatif. Ketika bubble dot com terjadi dia tidak pernah membeli perusahaan dot com dan mengatakan bahwa perusahaan dot com adalah perusahaan yang fraud. Waktu membuktikan ucapan Warren Buffett dengan banyak bangkrutnya perusahaan-perusahaan dot com di tahun 2000-an. Warren Buffett menasehati kepada setiap investor agar tidak tamak dan tidak berjudi. Analisa sebelum berinvestasi, lakukan pekerjaan membaca laporan keuangan perusahaan terlebih dahulu sebelum membeli sahamnya. Karena itulah yang selalu dilakukan Warren Buffett sebelum berinvestasi. Hal tersebut akan menghindarkan kita dari berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki kondisi keuangan tidak sehat dan diambang kebangkrutan.

2. Bila Bisnisnya Berjalan Dengan Baik, Sahamnya Akan Mengikuti
Warren Buffett sejak dulu sudah mengerti bahwa memiliki saham berarti memiliki sebagian dari bisnis perusahaan. Dibalik harga saham terdapat kinerja dari suatu perusahaan. Dia berpendapat bahwa harga saham akan mengikuti kinerja dari perusahaan dibaliknya. Warren Buffett menghiraukan pergerakan sahamnya pada jangka waktu pendek dan lebih fokus terhadap kinerja perusahaan yang dimilikinya. Salah satu investasi terbaiknya adalah Coca Cola yang memiliki bisnis dan kinerja yang baik pada masa itu. Kinerja Coca Cola yang bertumbuh dalam jangka panjang membuat harga sahamnya juga naik banyak dalam jangka waktu yang panjang. Ketika berinvestasi pada suatu saham maka Warren Buffett mencari perusahaan yang memiliki prospek dalam jangka panjang. Dia percaya bahwa harga saham akan mengikuti nilai dari perusahaan. Jika perusahaannya nilainya meningkat dalam beberapa tahun yang akan datang maka harga sahamnya juga akan meningkat. Jika nilai perusahaan menurun dalam beberapa tahun mendatang, maka harga sahamnya juga akan mengikuti turun. 

3. Lebih Baik Membeli Perusahaan Bagus di Harga yang Standard Daripada Membeli Perusahaan Standard di Harga yang Bagus
Filosofi ini didapatkan dari pengalaman pahitnya ketika membeli Berkshire Hathaway. Pada saat itu Warren Buffett merasa Berkshire Hathaway yang bergerak di sektor tekstil dihargai murah dibawah nilai book valuenya. Namun ternyata investasi Warren Buffett tidak berhasil karena ternyata industri tekstil sangat sulit untuk mendapatkan untung dan sulit untuk bertumbuh. Baru setelah Berkshire Hathaway beralih ke industri asuransi perusahaan tersebut bisa bertumbuh. Oleh karena itu Warren Buffett menjadi berpikir ulang tentang konsep yang diajarkan oleh Benjamin Graham yang membeli perusahaan yang murah pada value investing. Warren Buffett mendengarkan nasehat dari partner bisnisnya Charlie Munger yang berpendapat bahwa membeli perusahaan yang bagus tapi mahal akan lebih baik daripada membeli perusahaan yang murah tapi biasa. Oleh karena itu Warren Buffett berani membeli Coca Cola di tahun 1987 dengan PER diatas 15 karena ia berpendapat bahwa Coca Cola memiliki prospek yang bagus di masa mendatang. Mungkin saat ini harganya mahal, namun jika perusahaan terus bertumbuh maka nilai investasinya pun akan terlihat murah di masa mendatang karena nilai perusahaan yang telah meningkat.

4. Durasi Jangka Waktu Investasi yang Kami Sukai Adalah Selamanya
Memang ide ini terlihat gila namun itulah yang dikatakan oleh Oracle of Omaha ini. Warren Buffett mengatakan jika kau tidak merasa nyaman untuk memiliki suatu saham selama 10 tahun maka kau tidak perlu memilikinya dalam waktu 10 menit. Dia adalah investor jangka panjang yang mengerti kekuatan dari compound interest. Dengan berinvestasi selamanya maka investor akan melipatgandakan asetnya dalam jangka panjang. Coca Cola, Wells Fargo, American Express adalah saham-saham yang dimiliki Warren Buffett lebih dari 10 tahun lamanya dan hingga saat ini masih dimiliki di portofolionya. Berinvestasi selamanya adalah cara yang pasti dalam melipatgandakan aset. Terbukti indeks saham Amerika Serikat baik Dow Jones maupun S&P 500 hanya memiliki satu arah yaitu menuju keatas dalam jangka panjang. Krisis demi krisis telah dilaui Amerika Serikat namun malah rekor demi rekor dipecahkan oleh indeks sahamnya. Bahkan baru-baru ini Warren Buffett mengatakan bahwa Dow Jones akan menembus level 1.000.000 pada 100 tahun yang akan datang. Oleh karena itu berinvestasi dalam jangka panjang lebih memberikan hasil karena tidak ada pembatas dari imbal hasilnya.

5. Takutlah Ketika Orang-Orang Serakah, Serakahlah Ketika Orang-Orang Takut
Warren Buffett merupakan salah satu investor yang kontrarian. Dia memiliki konsep yang sendiri mengenai investasi dan tidak mengikuti tren yang dilakukan oleh orang-orang. Ketika orang-orang berspekulasi pada perusahaan dot com di tahun 1990-an dia tidak mengikutinya, ketika orang-orang berspekulasi pada mata uang cryptocurrency dalam beberapa tahun ini dia juga tidak melakukannya, dan ketika orang-orang ketakutan saat terjadi krisis keuangan di tahun 2008 dengan menjual sahamnya dia tidak menjualnya dan malah membeli saham pada saat itu. Tindakannya yang kontrarian sangat kontroversial namun hal itulah yang membuat dia untung. Warren Buffett menjadi terhindar dari bubble yang berbahaya dan membeli saham yang terdiskon saat terjadi krisis. Keberanian dan kesabarannya inilah yang membuatnya dengan orang biasa jauh berbeda dan membuatnya menjadi investor terhebat sepanjang masa.

Kesimpulan:
Kelima filosofi tersebut selalu dipegang erat oleh Warren Buffett hingga sekarang ini. Kita dapat belajar banyak dari filosofi-filosofi yang dimiliki oleh Warren Buffett tersebut. Menurut Warren Buffett kualitas terbaik yang dimiliki oleh seorang investor adalah pengendalian emosi, bukan faktor intelligent. Bila anda bisa memiliki emosi yang terjaga seperti Warren Buffett maka anda juga bisa mengikuti jejak sukses dari Warren Buffett.

Holding BUMN Tambang, Strategi untuk Mengambil Freeport

Baru-baru ini terdengar bahwa pemerintah berencana untuk membuat sebuah holding pada perusahaan-perusahaan BUMN di sektpr pertambangan. Akhirnya holding tersebut sudah terbentuk dan terdiri dari 4 perusahaan tambang BUMN yang besar. Keempat perusahaan itu adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS). Holding ini akan dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium dan pemerintah akan memberikan hak sahamnya kepada Inalum untuk memimpin holding ini. Nilai ekuitas dari holding ini mencapai Rp 60 triliun dari gabungan antara keempat perusahaan tersebut. Mungkin ada yang bertanya mengapa dibuat sebuah holding seperti ini?
Holding Company
Holding Company Dapat Mengontrol Perusahaan Dibawahnya

Perusahaan Induk (Holding Company)
Perusahaan induk merupakan perusahaan yang menaungi atau mengendalikan perusahaan-perusahaan yang ada dibawahnya. Tujuan dari holding itu sendiri adalah agar dapat mengontrol dan mengkoordinasikan perusahaan dibawahnya dengan efisien. Dalam skenario ini tadinya perusahaan BUMN tambang bersifat independen yang artinya memiliki hak manajemen yang sendiri-sendiri meskipun dimiliki oleh pemerintah. Dengan adanya holding ini pemerintah berharap BUMN tambang dapat berjalan dalam satu komando dan satu visi serta lebih mudah dalam melakukan koordinasinya. Selain itu holding BUMN tambang ini dapat menyatukan keempat aset perusahaan menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipergunakan untuk tujuan yang sama.

Strategi Mengakuisisi Freeport
Sudah sejak lama pemerintah berniat untuk mengakuisisi Freeport. Cadangan emas di Papua merupakan cadangan emas terbesar di dunia dan sangat berpotensi untuk dieksploitasi. Bermula dari penemuan Belanda, Freeport sudah melakukan eksploitasi sejak tahun 1967. Zaman Suharto yang mengedepankan pembangunan dan memberikan peluang akan adanya modal asing masuk ke Indonesia dilihat oleh Freeport yang akhirnya mendapatkan kontrak karya I di tahun 1967 berdurasi 30 tahun. Selanjutnya Freeport melanjutkan kontrak karya II di tahun 1991 dengan durasi kontrak 30 tahun yang berarti hingga 2021 dan kemungkinan perpanjangan 2X10 tahun yang berarti hingga 2041. Di tahun ini pemerintah berniat untuk mengakuisisi saham Freeport sebesar 51% sehingga diharapkan pemerintah memegang kendali terhadap PT Freeport Indonesia. Dengan dibentuknya holding BUMN tambang ini maka pemerintah sudah menyiapkan langkah pertamanya untuk membeli saham Freeport Indonesia. Holding BUMN tambang ini memiliki nilai ekuitas Rp 60 triliun yang memungkinkan untuk mendapatkan pinjaman sebesar 3X ekuitas yakni sebesar Rp 180 triliun dan diyakini dapat digunakan untuk mengakuisisi 40% nilai saham PT Freeport Indonesia.

Freeport Menolak
Namun sepertinya niat akuisisi Freeport oleh pemerintah Indonesia mengalami jalan yang terjal. Freeport menolak untuk mendivestasikan sahamnya dengan alasan perbedaan persepsi valuasi antara pemerintah Indonesia dengan Freeport. Pemerintah Indonesia menghitung valuasi PT Freeport Indonesia berdasarkan kontraknya yang hingga 2021 namun Freeport menilai valuasi tersebut kurang, Freeport menilai seharusnya valuasi tersebut hingga 2041 karena terdapat kemungkinan perpanjangan kontrak hingga 2041. Perbedaan ini tentu saja akan menimbulkan masalah, Freeport tentu saja tidak ingin melepaskan aset berharganya begitu saja dan menginginkan valuasi yang mahal pada aset tersebut.

Kesimpulan:
Holding BUMN tambang merupakan langkah nyata pemerintah yang berniat untuk mengambil saham PT Freeport Indonesia. Namun niatan tersebut ternyata memiliki hambatan yang besar. Perbedaan persepsi valuasi antara pemerintah dan Freeport menjadi faktor yang berat. Apakah pemerintah Indonesia dapat mengakuisisi Freeport? 

Wednesday, November 29, 2017

Malangnya Sektor Konstruksi Tahun Ini

IHSG sudah mencetak rekor tertinggi yaitu menembus rekor baru di level 6000. Banyak sektor seperti perbankan, consumer dan energi yang mengalami kenaikan cukup baik di tahun ini. Namun terdapat pula sektor yang tertinggal seperti properti dan konstruksi. Hal yang paling menarik untuk dicermati adalah sektor konstruksi, mengapa? Karena kinerja yang sangat baik di sektor konstruksi sangat bertolak belakang dengan pergerakan harga sahamnya. Ketika emiten-emiten BUMN konstruksi mengumumkan kenaikan kinerja seperti pendapatan dan laba bersih justru harga saham emiten konstruksi BUMN mengalami penurunan yang tajam. Isu-isu negatif mulai bermunculan untuk membenarkan penurunan harga saham emiten konstruksi BUMN.
Gloomy Construction
Suramnya Sektor Konstruksi di Tahun Ini

1. Isu Sulitnya Pendanaan Dari Pemerintah
Pemerintahan Joko Widodo yang ambisius untuk menggenjot sektor konstruksi agar dapat menjadi pelopor pertumbuhan ekonomi rupanya memberikan dampak ketidakpercayaan investor pada pendanaan untuk proyek-proyek yang telah ada. Lambatnya realisasi belanja pemerintah menjadi isu yang menjadi faktor negatif untuk emiten konstruksi BUMN. Namun sejauh ini dana APBN untuk sektor konstruksi selalu dinaikkan. Pada tahun ini pemerintah menaikkan anggaran untuk infrastruktur dari Rp 409 triliun menjadi Rp 410,7 triliun yang artinya naik tipis Rp 1,7 triliun. Hal ini membuat investor menjadi was-was bahwa megaproyek pemerintah terlalu dipaksakan tanpa adanya pendanaan yang baik. Meskipun demikian anggaran ini sudah termasuk sangat besar
APBN Infrastruktur 2012-2017
Semenjak Jokowi Memimpin Anggaran Infrastruktur Selalu Naik

2. Isu Negatif Cash Flow
Banyak emiten konstruksi BUMN yang mencatatkan kinerja positif namun investor merasa tidak peduli karena nyatanya cashflow dari operasi emiten konstruksi negatif. Contohnya saja Waskita Karya (WSKT) yang membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih sebesar 97% dan 138% dari periode 2016. Namun operating cashflownya tetap negatif Rp 5 triliun meskipun berkurang dari Rp 8,9 triliun pada periode yang lalu. Hal ini menyebabkan WSKT harus mencari pinjaman dana untuk menutupi kekurangan ini. WSKT mengalami negatif cashflow karena WSKT memiliki bisnis konstruksi dengan jenis turn key yaitu kontraktor harus menyelesaikan proyek terlebih dahulu sebelum mendapatkan pembayaran dari proyek. Hal ini menyebabkan WSKT harus menalangi dulu proyek yang dikerjakan sebelum menerima pembayaran. Seperi halnya WSKT, emiten konstruksi BUMN yang lain seperti PTPP, ADHI dan WIKA juga mengalami arus kas yang negatif dari operasi. Hal ini menjadi faktor utama yang menjadi sentimen negatif untuk sektor konstruksi.

3. Jumlah Utang yang Bertambah
Karena adanya negatif cashflow dalam maka emiten konstruksi BUMN harus mencari pendanaan yang agresif entah itu dari right issue atau dari pinjaman. Opsi pinjaman adalah hal yang sering dipakai oleh emiten konstruksi BUMN. Opsi ini lebih baik untuk dilakukan pada saat ini karena right issue sangat buruk dilakukan ketika harga sahamnya rendah. Selain itu right issue juga mengurangi nilai dari pemegang saham yang telah ada. Namun dengan menambah hutang maka emiten konstruksi akan memiliki kinerja yang semakin berat karena harus membayar beban bunga hutang yang semakin bertambah.

Namun kendati sektor konstruksi diterpa isu-isu negatif tersebut sektor konstruksi sudah sangat undervalue jika dilihat dari kinerjanya saat ini. Emiten-emiten konstruksi BUMN saat ini memiliki nilai PER dibawah 15 jika dilihat dari ekspektasi laba tahun 2017. Hal itu jauh dibawah kinerjanya yang mampu tumbuh secara double digit dan bahkan triple digit. Apalagi pemerintah masih berniat menggenjot sektor konstruksi di tahun 2018 dan jika Presiden Joko Widodo terpilih kembali maka akan terdapat peluang yang besar kembali pada sektor infrastruktur karena visi Joko Widodo yang memacu pertumbuhan infrastruktur. Selain itu sektor infrastruktur merupakan sektor yang sangat berkembang untuk negara yang berkembang khususnya Indonesia. Bahkan menurut data yang dihimpun Mandiri Sekuritas pemerintah membutuhkan dana sebesar Rp 5.500 triliun untuk pembangunan infrastruktur dalam 5 tahun kedepan. Oleh karena itu sektor infrastruktur masih cerah dan berpotensi bangkit di tahun 2018 nanti.

Kesimpulan:
Jatuhnya harga saham sektor konstruksi membuat para analyst mencari-cari kesalahan dari sektor ini yaitu isu-isu negatif yang membenarkan atau menyebabkan penurunan harga saham sektor konstruksi. Namun jika melihat dari kinerja perushaan konstruksi BUMN saat ini penurunan harga sahamnya menjadi peluang untuk membeli di harga yang murah.

Investasi Saham itu Halal atau Haram?

Banyak orang-orang yang masih meragukan atau meyakini bahwa berinvestasi terutama saham itu merupakan sebuah tindakan perjudian sehingga mereka mengatakan bahwa berinvestasi saham hukumnya adalah haram. Pergerakan saham yang fluktuatif naik turun dan sulit ditebak membuat adanya pemikiran seperti ini. Bila mau jujur memang berinvestasi di saham ini memang memiliki risiko yakni ketika harga saham turun. Judi juga sama, yakni memiliki risiko modal hilang jika kalah taruhan. Namun apakah anda sadar bahwa banyak kegiatan di kehidupan ini yang mengandung risiko? Setiap tindakan memiliki risiko yang ada dibaliknya. Oleh karena itu sebelum kita berpikir investasi saham itu halal atau haram mari kita melihat filosofi dari risiko yang ada di perjudian ataupun kegiatan lain di kehidupan ini.
Halal atau haram
Filosofi Risiko
Menurut Wikipedia, risiko adalah suatu bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, dimana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko sendiri terbagi menjadi 4 macam yaitu:

1. Risiko Murni (Pure Risk)
Risiko yang jika terjadi akan menimbulkan kerugian (loss) atau tidak menimbulkan kerugian (no loss/breakeven). 
Contohnya: pencurian, kecelakaan, atau kebakaran

2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
Risiko yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian (loss), tidak menimbulkan kerugian (no loss) atau malah mendatangkan keuntungan (gain). 
Contohnya: Perjudian, Kebijakan Moneter, Bisnis

3. Risiko Khusus (Particular)
Risiko yang jika terjadi dampaknya bersifat lokal, tidak menyeluruh atau non catastrophic. 
Contoh: tabrakan mobil, pesawat terbang jatuh, kapal kandas

4. Risiko Mendasar (Fundamental)
Risiko yang jika terjadi maka dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. 
Contoh: Perang, bencana alam

Dari bentuk bentuk risiko diatas dapat kita lihat bahwa sebenarnya setiap kegiatan kita memiliki risiko yang ada dibaliknya. Misalnya saja ketika kita mengemudi, kita memiliki risiko mengalami kecelakaan. Saat naik pesawat terbang kita memiliki risiko untuk jatuh, saat naik kapal kita memiliki risiko untuk tenggelam, instalasi listrik yang sudah lama di rumah bisa menyebabkan kebakaran jika terjadi konsleting listrik akibat kabel yang sudah rusak. Atau bahkan yang lebih simpel lagi yaitu ketika kita merokok dalam jangka panjang kita berisiko terkena penyakit, mencoba sebuah perlombaan berisiko kita gagal mendapatkan juara, menyindir teman secara sengaja berisiko merusak pertemanan. Sadar atau tidak sadar tindakan kita di kehidupan ini memiliki risiko dibaliknya dan yang paling penting dalam risiko adalah manajemen risiko untuk menghindari risiko itu terjadi.

Manajemen risiko merupakan suatu tindakan suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman pada suatu rangkaian aktivitas manusia. Setiap tindakan memiliki risiko tersendiri namun kita dapat meminimalisir risikonya. Sebenarnya kita juga telah melakukan manajemen risiko yang simpel di kehidupan sehari-hari. Berhati-hati saat menyeberang jalan, memasang sabuk pengaman saat mengemudikan mobil, menggunakan asuransi, memilih maskapai yang memiliki track record bagus, mempersiapkan diri sebelum lomba, berhati-hati saat berbicara merupakan beberapa contoh manajemen risiko yang simpel. Dengan adanya manajemen risiko maka probabilitas kita mengalami risiko tersebut akan berkurang namun risiko tetaplah ada. Misalnya saja anda sudah berhati-hati berjalan di jalan ditabrak oleh pengendara mobil yang mengantuk. Risiko-risiko seperti ini bisa terjadi namun setidaknya hal tersebut jarang terjadi jika kita melakukan manajemen risiko.

Risiko Spekulatif
Karena kita membahas investasi yang mendatangkan keuntungan maka kita masuk ke dalam risiko spekulatif yang sifatnya dapat mendatangkan keuntungan. Perjudian termasuk ke dalam risiko spekulatif yang asli karena tindakannya yang benar-benar asal menebak dan kehilangan modal secara instant. Jika anda berjudi ketika kalah anda akan kehilangan seluruh modal anda inilah mengapa judi sangat bersifat spekulasi. Hal itu berbeda dengan berbisnis atau berinvestasi, modal anda tidak langsung jatuh secara instan. Pada judi bola jika kita salah menebak pertandingan maka modal kita akan hilang di hari itu juga namun jika kita berinvestasi atau berbisnis modal kita tidak langsung hilang dalam sekejap. Tidak ada perusahaan yang memiliki nilai saham 1000 menjadi 0 dalam satu malam saja. Risiko spekulatif juga berarti kita melakukan spekulasi yang artinya menebak harga tanpa adanya acuan fundamental, hal itu berbeda ketika kita melakukan investasi atau value investing. Sama halnya dengan berbisnis value investing membeli saham karena nilai yang ada dibaliknya lebih murah daripada nilai yang terlihat secara langsung. Sehingga spekulasi sangat berbeda dengan investasi.
Dari penjelasan risiko kita dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap tindakan kita memiliki risiko dan dapat diminimalisasi dengan manajemen risiko dan investasi sangat berbeda dengan judi karena faktor spekulasinya. Selanjutnya kita akan melihat pandangan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang pendapat tentang investasi saham.

Pendapat MUI
Pada tanggal 8 Maret 2011 MUI menyatakan bahwa berinvestasi saham itu halal dan mengeluarkan fatwa 80/DSN-MUI/III/2011 tentang "Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek", anda bisa melihatnya disini. Hal itu mempertimbangkan bahwa pasar modal membangun perekonomian negara dan sama seperti bisnis memiliki risiko yang dapat diminimalisasi. Yang dilarang dalam perdagangan saham adalah short selling karena bersifat spekulasi dan tidak membangun nilai ekonomi. Short selling berharap nilai saham akan jatuh untuk mendapatkan keuntungan, hal ini sama saja mendapatkan keuntungan dari penderitaan orang lain yang terlihat sangat tidak baik. MUI sudah mengatakan halal dalam investasi saham masih ragu apalagi?

Hal yang Terjadi Jika Saham Haram
Jika investasi saham itu hukumnya haram maka akan terjadi hal-hal besar di seluruh perekonomian. Dosa dari saham akan menyebar kemana-mana karena setiap perusahaan memiliki saham dibalik nama Perseroan Terbatas yang ada di depannya tidak peduli itu perusahaan terbuka atau tertutup. Jika berdagang saham itu haram maka apa bedanya pada perusahaan yang mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli saham perusahaan tersebut di harga tertentu? Bagaimana dengan perusahaan yang mencari pendanaan dari menjual bagiannya (saham) kepada investor? Hal tersebut juga akan menjadi haram jika perdagangan saham termasuk haram. Akibatnya uang yang didapatkan dari investor untuk modal kerja menjadi haram dan digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang haram juga karena dari modal yang haram dan digunakan untuk menggaji karyawan (uang haram?). Berarti karyawan yang bekerja di perusahaan itu juga ikut berkontribusi dalam menciptakan uang haram juga. Hal itulah yang terjadi jika saham itu haram.

Kesimpulan:
MUI telah menyatakan bahwa berinvestasi saham itu halal dengan mengeluarkan fatwanya. Sejatinya semua tindakan yang kita lakukan memiliki risiko yang dapat kita minimalisasi dengan manajemen risiko. Investasi saham berbeda dengan judi karena judi itu murni spekulasi sedangkan investasi saham membeli nilai yang ada. Hal-hal buruk yang besar akan terjadi seperti ekonomi yang haram akan terjadi jika perdagangan saham itu haram karena perekonomian digerakkan oleh perusahaan dan dibalik perusahaan terdapat kepemilikan (saham).

Spekulasi Terbesar Dekade Ini: Bitcoin!

Dalam beberapa tahun terakhir khususnya di tahun 2017 ini pasti terdengar adanya investasi pada cryptocurrency yang salah satunya adalah Bitcoin. Harga bitcoin sudah naik secara gila-gilaan yang tadinya 10.000 bitcoin dapat membeli 2 buah pizza seharga $25 pada tahun 2010 kini nilainya sebesar $99 juta di tahun 2017! Kenaikannya sungguh fantastis dan terlihat bahwa tidak ada instrumen investasi lain yang dapat mengalahkan bitcoin dalam hal imbal hasil investasi. Bahkan di tahun ini bitcoin sudah naik lebih dari 1000%! Bitcoin layak mendapatkan investasi terbaik dalam satu dekade ini karena imbal hasilnya yang membuat orang-orang tergiur akan hasilnya.
Ilustrasi Bitcoin yang Mengalami Kenaikan Drastis

Sebelum melihat bitcoin sebagai instrumen spekulasi ada baiknya kita melihat bitcoin sebagai mata uang yang revolusioner. Bitcoin diklaim dapat menggantikan sistem perbankan yang telah ada karena sifatnya yang sangat privat (dapat menjaga privasi) dan tanpa adanya biaya transaksi. Hal itu akan jauh berbeda dengan perbankan yang meskipun menjaga privasi namun hal tersebut tidak total dan adanya biaya transaksi. Oleh karena itu para fanatik bitcoin mengklaim hal tersebut akan terwujud dan era perbankan akan segera punah digantikan oleh mata uang cryptocurrency. Bitcoin yang sifatnya anonymous dan terenkripsi dengan baik membuat pemerintah sulit melakukan regulasi terhadap mata uang ini dan hal inilah yang membuat cryptocurrency spesial dari instrumen investasi yang lain. Selain itu jumlah bitcoin ditaksir hanya berjumlah maksimal 21 juta bitcoin saja hal itulah yang menjadi pendongkrak harga bitcoin karena faktor suplai yang terbatas.

Namun kendati kenaikannya yang sangat fantastis, bitcoin tetaplah merupakan salah satu instrumen investasi yang sangat spekulatif. Artinya adalah orang-orang yang membeli bitcoin sebagai investasi hanya menebak-nebak harganya tanpa ada alasan yang kuat untuk menilai valuasinya secara real. Hal ini merupakan tindakan yang berbahaya karena bila kita tidak tahu apa yang kita beli dan faktor yang membuat instrumen tersebut naik maka kita juga tidak akan tahu faktor mengapa harganya bisa turun. Hal inilah yang menjadi contoh mengapa bitcoin merupakan salah satu investasi yang sangat spekulatif. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang membuat bitcoin merupakan instrumen yang spekulatif yaitu:

1. Founder yang Misterius
Pada tanggal 18 Agustus 2008 domain bitcoin.org teregistrasi. Pada bulan November di tahun yang sama seseorang yang menyebut dirinya Satoshi Nakamoto membuat sebuah paper berjudul Bitcoin: A Peer to Peer Electronic Cash System. Akhirnya pada Januari 2009 bitcoin software diluncurkan dan Satoshi Nakamoto merupakan penambang bitcoin pertama di dunia dengan menambang sebuah block bernama genesis block yang menghasilkan 50 bitcoin. Satoshi Nakamoto diperkirakan telah memiliki 1 juta bitcoin hasil dari menambang di awal-awal era bitcoin. Sekarang ini nilai 1 juta bitcoin senilai $9,9 miliar yang artinya jika Satoshi Nakamoto tidak pernah menjual bitcoinnya maka sekarang dia adalah billionaire. Satoshi Nakamoto menyerahkan pengelolaan bitcoin kepada Gavin Andresen sebelum menghilang total dari dunia bitcoin. Sampai sekarang sosok Satoshi Nakamoto tidak diketahui alias misterius, meskipun ada beberapa orang yang mengklaim tahu sosok Satoshi Nakamoto itu siapa.

2. Tidak Ada Valuasi
Banyak investor yang tidak tahu nilai real dari bitcoin itu sendiri. Bila kita berinvestasi saham maka akan terdapat rasio-rasio yang membuat harga saham tersebut terlihat mahal atau murah seperti PER (Price to Earning Ratio), PBV (Price to Book Value), DCF (Discounted Cash Flow), dll. Namun hal itu akan berbeda pada cryptocurrency, tidak ada valuasi apapun yang membenarkan harganya apakah wajar atau tidak. Bila kita membeli bitcoin maka kita berharap bahwa harganya akan naik dari nilai yang kita beli tanpa adanya alasan tertentu. Dulu bitcoin di harga $100/bitcoin terasa mahal karena kita membeli mata uang yang tidak terlihat, tapi harganya tetap saja naik menjadi $1000 yang artinya lebih mahal dan $9000 yang harganya dapat dibilang fantastis. Tidak ada yang menyangka bahwa bitcoin akan dihargai $10.000/bitcoin di awal-awal tahun 2010. Dan malah ketika harga bitcoin sudah naik secara besar besaran di tahun ini bitcoin menjadi sangat populer di dunia. Bisa saja bitcoin dihargai $20.000 namun apa yang membuat bitcoin yang tadinya hanya seharga permen bisa dibuat untuk membeli rumah hanya dalam jangka waktu 10 tahun? Tidak ada yang tahu valuasi bitcoin yang sesungguhnya namun saya tidak akan menjual rumah untuk membeli sebuah mata uang digital yang 10 tahun yang lalu hanya dihargai seperti permen.

3. Skenario yang Sama Dengan Bubble Dot Com
Bila anda telah mempelajari mengenai bubble dot com maka anda akan melihat bahwa cryptocurrency merupakan bubble yang sama. Dulu pada saat era bubble dot com di tahun 1990-an perusahaan-perusahaan teknologi bermunculan terutama yang berbasis website dot com. Saham-saham dot com naik puluhan persen dalam hari yang sama saat IPO tidak peduli prospeknya yang seperti apa, semua saham yang berakhiran .com akan naik secara besar besaran di hari perdananya. Tidak ada valuasi yang menjelaskan bahwa harga saham tersebut wajar atau tidak karena perusahaan dot com tidak memiliki laba bersih sehingga tidak ada PER untuk menilainya. Selain itu karena prospek IPO dot com yang sangat bagus maka banyak perusahaan dot com yang IPO dengan sukses tanpa adanya kinerja real yang bagus.Di tahun 2000 akhirnya bubble dot com pecah dan banyak perusahaan dot com yang bangkrut karena tidak ada business plan yang konkret. Begitu juga dengan cryptocurrency yang tidak bisa dinilai nilai realnya dan banyak bermunculan cryptocurrency yang baru seperti etherium, litecoin, bitcoin cash (huh?), litecoin, bytecoin (pakai y), monero, dash dan masih banyak cryptocurrency yang sukses naik tinggi. Begitu populernya cryptocurrency sebagai instrumen investasi sehingga banyak bermunculan cryptocurrency yang baru untuk menyaingi bitcoin. Namun hukum dasar pasar akan berjalan yaitu ketika suplai melebihi permintaan maka harga akan jatuh. Kini cryptocurrency merupakan bom waktu yang dapat meledak karena bubble.

4. Mirip Seperti Bubble-Bubble yang Pernah Terjadi di Masa Lampau
Mungkin anda belum mengerti mengenai bubble yang telah terjadi di dunia pada masa lampau namun sebenarnya bubble seperti bitcoin ini sudah pernah terjadi di masa lampau. Tulip Mania pada tahun 1619, South Sea Bubble di tahun 1719 dan dot com bubble di tahun 1994 merupakan contoh-contoh bubble yang pernah terjadi di dunia akibat tindakan spekulatif yang mendongkrak harganya sampai ke ujung langit atau bisa disebut Irrational Exuberance yang artinya investor sangat antusias dan mengerek harga ke level yang tidak ditopang oleh fundamental yang memadai. Tidak hanya investor sekarang ini banyak investor yang mengatakan bahwa cryptocurrency adalah instrumen investasi dengan prospek yang sangat baik. Kenaikan harga yang sangat tinggi telah menghapus keraguan akan cryptocurrency seperti halnya tulip mania di tahun 1619. Datang dari turki, tulip menjadi sangat populer di wilayah Eropa saat itu sebagai simbol status. Namun karena kenaikannya yang signifikan perdagangannya semakin spekulatif dengan future dan kontrak tanpa adanya pembelian barang secara langsung. Akibatnya banyak spekulan yang membeli kontrak tulip hanya untuk menjualnya di harga yang lebih tinggi. Banyak yang telah sadar bahwa mereka telah menjual aset berharga mereka hanya untuk membeli bunga dan terjadi penjualan secara panik dan besar-besaran. Harga tulip akhirnya turun drastis dalam waktu yang singkat dan banyak pedagang kaya yang merugi akibat bersepukasi di tulip. Sekarang kenaikan harga bitcoin sudah mendekati level tulip mania dengan kenaikan yang sangat drastis dalam waktu yang singkat.

Bitcoin bubble
Kenaikan Bitcoin Dibandingkan dengan Bubble di Masa Lampau

5. Irrational Exuberance dan Teori Greater Fool pada Cryptocurrency
Investor yang membeli bitcoin termasuk ke dalam spekulator karena mereka berspekulasi dengan harga bitcoin untuk menjualnya di harga yang lebih tinggi. Hal ini dimasukkan ke dalam kategori irrational exuberance karena harga bitcoin yang sudah naik sangat tinggi dan menimbulkan spekulasi. Ada yang bilang membeli bitcoin berarti berinvestasi pada uang masa depan dengan teknologi enkripsi yang tinggi dan bebas dari aturan pemerintah. Namun kenaikan bitcoin terlalu drastis yang tadinya 10.000 bitcoin hanya bisa untuk membeli 2 buah pizza kini mampu untuk membuat orang yang memilikinya menjadi jutawan dollar hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Kebanyakan investor membeli bitcoin tidak mengerti nilai apa yang mereka beli dari bitcoin yang mereka lihat hanya pergerakan harganya saja. Mereka berpikir ini adalah investasi yang bagus tidak peduli mengerti atau tidak asalkan bisa menjual ke orang lain dengan harga yang lebih tinggi maka ini adalah investasi yang menguntungkan. Pemikiran ini termasuk ke dalam Greater Fool Theory yang berpikir investasi akan tetap menguntungkan walaupun membeli aset yang terlihat mahal namun bila dapat menjualnya dengan lebih mahal lagi ke orang lain maka investasi itu merupakan investasi yang bagus. Dua karakteristik ini sangat berbahaya dan penyebab terjadinya bubble dan endingnya sangat tidak menyenangkan dengan adanya market crash. Investor bitcoin memiliki dua karakteristik ini.

Kesimpulan:
Bitcoin sebagai salah satu mata uang cryptocurrency sudah naik secara drastis dalam satu dekade ini. Kendati diklaim sebagai mata uang masa depan yang revousioner namun kenaikannya yang sangat signifikan dan valuasinya yang sangat mahal serta tidak terdapat aset berwujud yang dapat mendukungnya Bitcoin merupakan bubble yang terjadi di masa modern ini. Bubble cryptocurrency bukan merupakan bubble yang pertama karena sudah ada bubble-bubble yang terjadi di masa lampau. Sejarah membuktikan bahwa secerdas dan semaju apapun peradaban manusia tidak akan terlepas dari siklus bubble ekonomi yang terus terjadi. Dengan rekor bitcoin yang menembus $10.000/bitcoin bukan menjadikan bitcoin semakin prospek malah menjadikan bitcoin semakin berisiko menjadi crash.

Tuesday, November 28, 2017

Berinvestasi Saham yang Baik Mulai Modal Berapa?

Pertanyaan semacam ini seringkali terlontar oleh calon investor yang ingin memulai berinvestasi saham namun tidak tahu detailnya. Berbeda dengan dulu yang harus membutuhkan modal besar dalam membuka rekening saham yakni jutaan kini berinvestasi saham bisa dilakukan dengan deposit minimal hanya Rp 100.000 saja, sangat kecil bukan? Berinvestasi saham sebenarnya sama dengan bertaruh yaitu semakin besar modal yang dikeluarkan maka akan semakin besar pula keuntungan atau kerugian yang dihasilkan. Orang yang berinvestasi dengan uang Rp 100 juta akan lebih terasa untungnya jika dibandingkan dengan orang yang berinvestasi hanya Rp 1 juta saja. Bayangkan saja jika kedua orang tersebut sama-sama untung 10% maka nilai keuntungan mereka akan berbeda. Yang bermodal Rp 100 juta mendapatkan untung Rp 10 juta dan yang bermodal Rp 1 juta hanya mendapatkan untung Rp 100.000 saja. Namun itu bukan berarti kita harus memiliki modal yang besar dalam berinvestasi saham, bahkan ada kisah seorang wanita yang mampu mengubah $200 menjadi jutaan dollar.
Capital Invest

Dari paragraf diatas maka anda mungkin berpikir bahwa kita harus bermodal besar untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Secara teori hal ini memanglah benar, namun secara praktik hal ini juga sulit diterapkan. Hal itu karena adanya faktor emosi yang mempengaruhi keputusan investor dalam memperdagangkan saham. Orang yang tidak terbiasa mengatur dana yang besar akan terasa perubahan emosinya saat berusaha mengaturnya. Dana yang besar akan membuat diri kita takut untuk melakukan aksi beli dan tergesa-gesa dalam melakukan aksi jual yang kedua hal ini merupakan efek buruk emosi dalam keputusan investasi. Sedangkan di lain sisi dana yang kecil lebih mudah untuk kita atur karena kita terbiasa mengatur dana dalam jumlah tersebut. Lalu mana yang lebih baik? Dana besar atau kecil? Untuk membahas hal tersebut saya akan berikan tipsnya terutama untuk calon investor yang ingin memulai berinvestasi saham. Berikut ini tipsnya:

1. Kelola Dana Semampu Emosi Anda
Yang pertama kali kita incar adalah pengendalian emosi kita, bukan imbal hasil dari investasi. Emosi yang tidak terkendali mampu untuk merusak keputusan investasi anda yang sudah sesuai dengan logika. Semakin besar dana yang anda kelola maka anda akan merasa takut untuk membeli saham dalam jumlah yang besar apalagi jika anda mengalami kerugian. Gunakan dana yang menurut anda dapat anda tolerir bahkan jika sewaktu-waktu dana tersebut turun sebesar 10% anda tidak merasa pusing. Kemampuan emosi setiap orang berbeda-beda, ada yang mampu mengelola dana besar dan ada yang stress karenanya. Oleh karena itu mulai dengan dana yang kecil hingga moderat dan pastikan itu adalah dana yang menganggur dan tidak anda butuhkan dalam beberapa tahun. Seiring berjalannya waktu anda dapat menambah nilainya dengan deposit rutin tiap bulan dengan prinsip dollar cost averaging sembari anda menggali ilmu tentang saham dan membiarkan portofolio anda berkembang. Lama-kelamaan anda akan terbiasa dalam mengelola dana anda yang semakin membesar seiring berjalannya waktu.
(Selengkapnya: Jebakan Psikologi Dalam Investasi)

2. Jangan Remehkan Uang Kecil
Jika anda tidak mampu berinvestasi Rp 10 juta yang merupakan investasi minimum untuk Mandiri Sekuritas maka investasilah sebesar Rp 5 juta. Jika tidak bisa Rp 5 juta maka investasilah Rp 1 juta. Tidak bisa lagi? Ikut seminar atau sekolah pasar modal senilai Rp 100.000 maka anda akan mendapatkan rekening saham yang nilainya Rp 100.000 juga. Masih tidak bisa? Maka anda tidak ada niatan untuk berinvestasi! Kendati uang kecil sangat susah untuk bergerak di pasar modal karena pilihan saham yang terbatas namun sebenarnya itu tidak begitu masalah. Dengan modal Rp 100.000 maka anda bisa membeli saham yang harganya dibawah 1000/lembar. Banyak saham kecil yang memiliki prospek bagus dan bahkan lebih bagus karena potensi bertumbuhnya yang lebih pesat. Jangan remehkan modal yang kecil karena modal yang kecil jika berlipatganda seiring berjalannya waktu maka hasilnya juga sangat mengerikan. Banyak kisah-kisah investasi yang bermodal kecil menjadi bernilai besar karena keajaiban compound interest (bunga-berbunga).
(Selengkapnya: Wanita yang Mengubah $200 menjadi $7 Juta)

3. Mulailah Sekarang, Jangan Menunggu Modal Besar
Sebenarnya yang menjadi masalah dalam berinvestasi untuk rakyat biasa bukan terletak pada modalnya namun terletak pada waktunya. Banyak yang menghiraukan kesempatan berinvestasi dengan alasan akan melakukannya di masa depan jika sudah memiliki modal yang besar. Pemikiran ini merupakan pemikiran yang salah karena investasi sangat bergantung pada waktu. Dengan anda memulai sekarang maka anda akan mulai belajar sekarang dan memiliki waktu yang panjang untuk modal anda berlipat ganda karena bunga-berbunga. Ketika anda menunggu memiliki modal yang besar maka anda sudah melewatkan waktu yang panjang hanya untuk menabung yang notabene tidak produktif karena tidak menghasilkan imbal hasil dan anda akan memulai pengetahuan investasi dari 0 di usia yang lebih tua yang berarti buruk karena terlambat (terlambat belajar dan melewatkan kenaikan saham). Secara historis IHSG selalu mencetak nilai rekor yang lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal itu tentu saja ditopang oleh banyak saham-saham yang naik ke rekor yang lebih tinggi juga. Jika anda tidak berinvestasi sekarang maka anda akan melewatkan saham-saham yang mengalami kenaikan tersebut alias telat. Oleh karena itu mulailah investasi dari sekarang

4. Bila Dana Sangat Minim, Pilihlah Reksadana Terlebih Dahulu
Dana yang sangat minim memliki ruang gerak yang terbatas. Dengan modal Rp 100.000 maka investor hanya mampu untuk membeli saham yang harganya 900 sebesar 1 lot (100 lembar) saja. Hal itu karena minimum pembelian saham adalah senilai 1 lot. Dana yang minim ini akan membuat portofolio menjadi sulit untuk dilakukan diversifikasi. Jika kita hanya memegang 1 saham maka apabila saham tersebut turun drastis maka nilai portofolio kita juga akan turun dengan sangat drastis. Dengan berinvestasi di reksadana maka kita secara otomatis berinvestasi di instrumen yang terdiverifikasi sehingga risiko dapat diminimalisasi. Sekarang ini reksadana sangat terjangkau dan dengan Rp 100.000 anda bisa mulai berinvestasi di reksadana. Tambahkan secara rutin tiap bulan dengan prinsip dollar cost averaging dari gaji/pemasukan anda. Baru setelah portfolio anda berkembang anda bisa mulai berinvestasi secara mandiri.
Kesimpulan:
Banyak orang berpikir bahwa berinvestasi saham memerlukan modal yang besar dan fakta menunjukkan sebaliknya bahwa berinvestasi saham hanya membutuhkan modal yang kecil. Sebelum memulai dengan modal yang besar alangkah baiknya jika kita mampu mengendalikan emosi dan menggali pengalaman di pasar modal sebelum mempertaruhkan dana yang besar milik anda. Orang-orang berpikir bahwa yang terpenting adalah modal namun hal itu tidak demikian yang terpenting adalah ilmu dan memiliki waktu yang panjang dalam berinvestasi. Artikel ini hanya memberikan wawasan dan tips kepada calon investor dalam menentukan alokasi dana yang diinginkan. Setiap kemampuan investor berbeda-beda maka alokasikan dana sesuai dengan kemampuannya dan jangan sampai anda tidak bisa tidur karena ketakutan portofolio anda nilainya turun.

Medco Energy (MEDC) Terlihat Menarik di Tengah Harga Minyak yang Rendah

Sejak tahun 2014 hingga sekarang harga minyak sudah turun 50% lebih dan stabil di harga $50/bbl. Bahkan harga minyak sempat menyentuh nilai dibawah $30/bbl di tahun 2016. Penurunan ini sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global dan oversupply minyak di dunia khususnya di Amerika Serikat yang dengan teknologi barunya mampu memproduksi Shale Oil dan Shale Gas. Akibatnya jumlah cadangan minyak Amerika Serikat meningkat dengan signifikan akibat adanya temuan baru ini. Amerika Serikat yang tadinya sebagai negara pengimpor minyak bumi kini berubah menjadi negara yang mampu mengekspor minyak bumi. Penurunan harga minyak membuat banyak perusahaan minyak merugi dan kehilangan valuasinya. Hal itu tidak terkecuali terjadi pada Medco Energy sebagai produsen migas. Namun dalam 2 tahun ini keadaan mulai berbalik dan MEDC mampu memutar balikkan keadaan.
Logo MEDC Medco
Logo MEDC

Didirikan tahun 1980 Medco Energy sudah melewati siklus jatuh bangun yang sangat banyak. Harga saham MEDC juga mengalami siklus naik turun seperti emiten-emiten yang ada pada industri siklus terutama yang sangat bergantung pada harga komoditas yang diproduksinya. Pada penurunan harga minyak di tahun 2014 sangat berdampak pada kinerja Medco di tahun 2015 yang sangat negatif. MEDC mengalami kerugian lebih dari $180 juta di tahun 2015 yang membuat harga sahamnya turun lebih dari 75% hanya dalam setahun. Namun keadaan berubah di tahun 2016 ketika MEDC membukukan kinerja yang cemerlang yakni mampu membukukan laba bersih lebih dari $180 juta yang berarti kembali membayar hutang di tahun lalu yang merugi. Harga sahamnya akhirnya naik kembali di tahun 2016 sebesar 97% hanya dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa Medco Energy merupakan perusahaan dalam kategori turnaround menurut Peter Lynch yaitu perusahaan yang tadinya rugi menjadi untung.
Kinerja keuangan MEDC Medco 2012-2016
Kinerja MEDC 2012-2016
Sumber: MEDC Annual Report 2016

Kinerja Q2 2017
Tidak hanya berhenti pada tahun 2016 saja, MEDC mampu menunjukkan kinerja yang bertumbuh di tahun 2017 juga. Pendapatannya meningkat 142% dan laba bersihnya meningkat 614% dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain peningkatan yang signifikan MEDC juga semakin efisien dalam memperoleh profitabilitas yang ditunjukkan oleh banyak jenis profit margin yang meningkat dibandingkan periode 2016. Itu artinya MEDC mampu lebih efisien dalam beroperasi dibandingkan dengan periode 2016.
Finansial MEDC Q2 2017
Sumber: Presentasi MEDC 1H2017

Produksi dan Cadangan Migas yang Meningkat
Perusahaan minyak dan gas sangat bergantung pada laju produksi lapangan mereka karena itu merupakan sumber pendapatan utama. Semakin besar laju produksi maka semakin besar pula pemasukan yang diterima perusahaan migas (dengan catatan: untung di setiap bbl produksinya). MEDC boleh dikatakan dapat berbangga diri karena mampu meningkatkan produksi migas di tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Tercatat produksi minyak meningkat 17,6% dan gas sebesar 46,9%. Laju produksi bisa saja naik pesat namun bila jumlah cadangan tetap maka hal tersebut tidak akan dapat dilakukan dalam jangka panjang. Dalam hal ini MEDC mampu menghadapinya. Nilai cadangan migas MEDC pada Q2 2017 sebesar 322,8 MMBOE jauh lebih besar dibandingkan 267,7 MMBOE pada periode sebelumnya. Dapat dianalisa bahwa MEDC mempunyai operasional yang bagus di migas.
Produksi MEDC Q2 2017 vs Q2 2016
Sumber: Presentasi MEDC 1H2017

Valuasi yang Murah 
Kendati sudah naik dengan signifikan namun ternyata saham MEDC masih terlihat murah dan layak untuk dilirik. MEDC memiliki PER sebesar 3,5 dan PBV sebesar 0,9 yang membuat saham ini terlihat sangat undervalue jika dilihat dari kinerjanya dalam 2 tahun ini. Namun sifatnya di industri yang bersiklus membuat MEDC memiliki risiko bahwa kinerjanya akan berkurang sewaktu-waktu jika harga migas berubah turun secara signifikan. Namun risiko ini merupakan risiko yang terbatas dan valuasinya terlalu murah untuk diabaikan. Harga minyak diperkirakan akan stabil di $50 pada tahun depan dan malah diproyeksikan memiliki potensi untuk naik. Jika harga minyak naik maka saham MEDC juga akan mengikuti tren kenaikan komoditas produksinya.

Kesimpulan:
Saham MEDC yang mengalami penurunan signifikan di tahun 2015 rupanya adalah kesempatan untuk membeli di harga yang murah karena perubahan kondisi fundamental MEDC. Saat ini harga saham MEDC sudah naik ratusan persen namun masih terlihat sangat murah karena kinerja perusahaannya yang sangat bagus dalam 2 tahun terakhir. Valuasi yang rendah membuat saham MEDC terlalu sayang untuk diabaikan.