Indahnya Alam Indonesia

Bukan kemewahan yang menentukan manusia untuk bahagia tetapi suasana hati orang-orang di sekitar kitalah yang membuat hidup ini jadi lebih berarti

Arti Sebuah Kata "Pulang"

Ada saatnya kita hidup untuk pulang, pulang pada sang maha Pencipta atau Pulang untuk keluarga

Bunga

Hiduplah seperti bung yang memberikan warna yang indah bagi sekelilingmu

Sendiri Itu Perlu

Dirimu yang sebenarnya adalah ketika tiada orang yang melihatmu

Lepaskanlah Tawamu

Dari senyum merekalah hati ini okut bahagia wahai anak=anak Indonesiaku

Thursday, December 14, 2017

Menjadi Kontrarian Seperti Lo Kheng Hong

Bila anda adalah trader atau investor yang sudah lebih dari setahun membaca-baca berita investasi maka anda tidak akan asing mendengar tokoh bernama Lo Kheng Hong. Kendati minim ekspos di media namun Lo Kheng Hong sangat terkenal di Bursa Efek Indonesia. Kesuksesannya dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia telah membuat ia dijuluki sebagai "Warren Buffett Indonesia". Hal itu karena gaya berinvestasi Lo Kheng Hong mirip dengan Warren Buffett yang yakni berinvestasi secara jangka panjang dan terlihat kontrarian. Lo Kheng Hong sangat terkenal sebagai investor yang kontrarian. Kebanyakan investasi suksesnya berasal dari saham-saham yang tidak diapresiasi pasar. Dia membeli saham yang tertidur dan saham yang mengalami penurunan besar karena sentimen negatif pasar. Anehnya dia bisa berhasil mendapatkan keuntungan besar dari investasi yang dilakukannya.

Lo Kheng Hong
Lo Kheng Hong si Warren Buffett Indonesia

Hal itu sama dengan Warren Buffett yang membeli saham ketika adanya sentimen negatif yang menjatuhkan harga saham. Alhasil dengan adanya sentimen negatif, harga saham menjadi sangat murah dan undervalue. Ketika sentimen negatif tersebut berangsur hilang, harga sahamnya akan kembali ke nilai wajarnya. Investor kontrarian seperti Warren Buffett dan Lo Kheng Hong mendapatkan keuntungan dengan cara ini. Menjadi kontrarian memang berisiko tinggi namun bila dilakukan dengan benar maka investor kontrarian akan mendulang keuntungan yang sangat besar pula.

Kisah investasi terkenal yang dilakukan Lo Kheng Hong adalah ketika ia membeli saham UNTR pada saat terjadi krisis moneter di tahun 1998. Kala itu UNTR menderita kerugian yang besar karena krisis moneter memberikan dampak kenaikan dollar. UNTR yang sangat bergantung pada kurs mengalami kerugian kurs dalam jumlah yang besar. Akibatnya harga saham UNTR turun dengan besar pada saat krisis moneter. Mungkin kebanyakan investor akan menghindari saham seperti ini namun Lo Kheng Hong tidak, dia memborong saham UNTR dengan analisa bahwa kerugian UNTR hanya sementara karena ketika harga kurs stabil maka UNTR tidak kembali merugi. Prediksi Lo Kheng Hong benar dan sekarang UNTR merupakan salah satu saham LQ 45 yang bagus secara fundamental.

Kisah lainnya adalah ketika Lo Kheng Hong membeli saham Multi Breeder Adirama Indonesia (MBAI) yang sekarang merupakan anak usaha dari Japfa Comfeed (JPFA). Kala itu harga saham MBAI hanya dihargai Rp 250/lembar di tahun 2005 dan merupakan saham yang tertidur dan jarang ditransaksikan di bursa. Lo Kheng Hong membeli saham MBAI karena valuasinya yang sangat murah dengan PER yang hanya 0,2. Sangat sedikit investor yang tahu namun Lo Kheng Hong menyadarinya dan kembali memborong sahamnya. Akhirnya di tahun 2011 Lo Kheng Hong menjual MBAI dengan harga Rp 31.500/lembar dan mendapatkan keuntungan 125x lipat dalam waktu 6 tahun.

Saat ini Lo Kheng Hong senang dengan saham-saham yang bergerak pada sektor pertambangan yakni PTRO, INDY dan bahkan BUMI yang beberapa tahun lalu dibuang-buang investor karena harga komoditas yang turun. Namun sekarang di tahun 2017 saham komoditas sudah berangsur naik kembali dan Lo Kheng Hong mendapatkan keuntungan yang besar dari investasinya. "Buy in bad times, sell in good times and you will be rich" itulah kata-kata yang ia berikan. Menjadi kontrarian ternyata adalah jalan kesuksesan untuk Lo Kheng Hong. Gaya investasi dari Lo Kheng Hong terbukti memberikan keuntungan dan tidak ada salahnya jika kita meniru gaya investasi kontrarian seperti Lo Kheng Hong.

Lalu bagaimana cara kita bisa meniru gaya dari Lo Kheng Hong?

1. Kuatkan Mental
Menjadi kontrarian berarti anda harus siap untuk melawan arus pasar. Hal itu karena seorang kontrarian akan berpendapat lain dengan pasar. Ketika pasar menjatuhkan harga saham, seorang kontrarian akan membelinya dan hal itu membutuhkan mental yang tinggi dalam melakukan transaksi. Bayangkan saja anda membeli saham yang dibuang-buang oleh investor lain karena sentimennya yang negatif ditambah fundamentalnya yang memburuk. Jika anda tidak memiliki mental yang kuat maka anda tidak akan pernah bisa membeli saham-saham kontrarian karena takut. Oleh karena itu melatih mental sangatlah perlu, yakinkan diri ketika membeli saham-saham yang bersifat bertolak belakang dari pasar. Lo Kheng Hong sangat yakin dengan investasinya, meskipun pasar tidak mengapresiasi ia tetap berpegang teguh dengan analisanya. Hal inilah yang membedakan Lo Kheng Hong dengan investor kebanyakan.

2. Berinvestasi Jangka Panjang
Lo Kheng Hong selalu berinvestasi dalam jangka waktu tahunan. Ia percaya bahwa berinvestasi membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Jika saja Lo Kheng Hong tidak sabar maka ia tidak akan mendapatkan keuntungan yang besar di saham UNTR dan MBAI. Kunci kesuksesan Lo Kheng Hong terletak pada keberaniannya berinvestasi jangka panjang. Walaupun membosankan namun keuntungan dari investasinya tidak membosankan. Mungkin saham yang dibeli akan mengalami penurunan atau stagnan selama bertahun-tahun namun cepat atau lambat pasar akan mengapresiasi saham yang salah harga dan mengembalikannya ke harga wajarnya.

3. Investasi Besar Agar Untung Besar
Ketika Lo Kheng Hong membeli saham jumlahnya tidak main-main yakni sebesar jutaan lembar. Hal itu akan sulit kita lakukan karena memiliki modal yang berbeda. Namun yang perlu dipahami adalah Lo Kheng Hong berinvestasi lebih dari 90% dari aset yang ia miliki, jadi aset terbesar yang ia miliki adalah dalam bentuk saham. Sisanya yang kedua adalah dalam bentuk cash dan aset properti yang jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan total kekayaannya yang mencapai Rp 2,5 triliun. Kebanyakan investor ketakutan dalam menempatkan sebagian besar asetnya ke dalam instrumen saham. Padahal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal maka dibutuhkan investasi yang maksimal juga. Lo Kheng Hong dan Warren Buffett menyadari ini dan ketika harga sahamnya naik maka efeknya terhadap total aset yang dimiliki sangat terasa.

Kesimpulan:
Menjadi investor kontrarian seperti Lo Kheng Hong mungkin akan sulit dilakukan namun terbukti menjanjikan. Mental yang kuat, orientasi jangka panjang dan berani untuk berinvestasi secara besar-besaran adalah kunci kesuksesan dari Lo Kheng Hong dalam karirnya berinvestasi saham. Dulu Lo Kheng Hong hanya pegawai biasa namun sekarang ia sudah menjadi investor yang asetnya triliunan hanya karena berinvestasi saham. Lo Kheng Hong membuktikan bahwa siapapun bisa mendapatkan kekayaan dari dunia saham.

Wednesday, December 13, 2017

Melihat Daftar Orang Terkaya Di Indonesia Versi Forbes 2017

Baru-baru ini forbes telah merilis daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia jika di total melebihi $100 miliar yakni $126 miliar! Jumlah ini naik dari angka $99 miliar pada tahun lalu. Harga saham di Indonesia yang naik di tahun ini membuat banyak orang kaya yang naik asetnya pula. Nilai kekayaan 10 orang terkaya di Indonesia naik setidaknya 10% karena harga saham di Indonesia (IHSG) naik sebesar 17%. Banyak aset orang-orang terkaya di Indonesia berada dalam bentuk ekuitas perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Contohnya saja Robert Budi & Michael Hartono yang kepemilikannya di Bank BCA (BBCA) mencapai 55%. Saham BBCA yang naik pesat yakni sekitar 60% di tahun ini membuat kekayaan kakak beradik tersebut meningkat.
Orang Kaya

Daftar tahun ini dikejutkan dengan hadirnya dua sosok perempuan yang bergabung dalam 50 orang terkaya di Indonesia yaitu Arini Subianto dan Martini Mulyadi. Arini Subianto mewarisi kekayaan dari ayahnya Benny Subianto yang meninggal dunia pada Januari 2017. Meneruskan ayahnya, Arini menjadi pemimpin perusahaan yang bernama Persada Capital Investama yang bergerak dalam investasi ke dalam berbagai macam sektor. Nilai kekayaan Arini ditaksir mencapai $820 juta yang menjadikannya ke dalam salah satu dari 50 orang terkaya di Indonesia.


Dalam daftar orang terkaya di tahun 2017 ini banyak bermunculan nama-nama baru. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa munculnya nama-nama baru tersebut dikarenakan adanya program tax amnesty yang dilakukan pada tahun lalu dan membuat banyak pengusaha yang melaporkan kekayaannya untuk mendapatkan pengampunan pajak. Nilai kekayaan orang-orang terkaya di Indonesia cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu. Indeks IHSG yang meningkat dalam setahun ini membuat banyak pengusaha kaya yang meningkat asetnya. Contohnya saja Tahir yang di tahun 2016 memiliki kekayaan sebesar $2 miliar sekarang meningkat menjadi $3,5 miliar karena harga saham Mayapada (MAYA) yang meningkat pesat dalam setahun ini. Hal itu juga terjadi pada Sri Prakash Lohia yang memiliki banyak saham di Indorama Synthethic (INDR) sahamnya meningkat 50% dalam setahun yang menyebabkan kekayaannya meningkat dari dari $4,2 miliar di tahun 2016 menjadi $6,4 miliar di tahun ini. Berikut ini adalah daftar 10 orang terkaya versi forbes 2017.

1. Robert Budi & Michael Hartono

Budi & Michael Hartono
Umur                                        : Budi Hartono (77 tahun) & Michael Hartono (78 tahun)
Jumlah Kekayaan                      : $32,3 miliar (Rp 436 triliun)
Sumber Kekayaan                     : Perusahaan Rokok Djarum dan Bank BCA
Robert Budi Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong,  adalah seorang pengusaha terkaya di Indonesia. Ia merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum yaitu Oei Wie Gwan. Kisah bisnisnya bermula ketika ayahnya mengakuisisi perusahaan rokok yang hampir bangkrut di tahun 1950. Kemudian ayahnya mengubah namanya menjadi Djarum lalu memasarkan produknya. Ternyata rokok tersebut laris di pasaran dan bisnis rokok Djarum pun berkembang dengan pesat. Namun sayang pada tahun 1963 terjadi kebakaran yang hampir memusnahkan perusahaan tersebut dan ayahnya meninggal dunia tak lama kemudian di tahun yang sama. Tanpa putus asa Budi Hartono yang berumur 22 tahun dan kakaknya membangun kembali perusahaan tersebut dan menjadikannya salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Selain rokok Budi Hartono dan kakaknya menguasai 51% saham Bank BCA (BBCA) melalui Farindo Holding.Ltd.
Sedangkan  Michael Bambang Hartono atau yang memiliki nama asli Oei Hwie Siang adalah salah satu pemilik perusahaan Djarum dan Bank BCA. Hampir sama dengan adiknya Budi Hartono kekayaannya terpusat pada dua perusahaan tersebut. Perjalanan bisnisnya pun mengikuti Budi Hartono karena mereka bahu membahu membangun kerajaan bisnis dari perusahaan rokok yang hampir musnah menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang bernama Djarum.

2. Eka Tjipta Widjaja

Eka Tjipta Widjaja

Umur                                            :  94 tahun
Jumlah Kekayaan                          : $9,1 Miliar
Sumber Kekayaan                         : Sinar Mas
Nama asli Eka Tjipta Widjaja adalah Oei Ek Tjhong, beliau dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di China, Ia terlahir dari keluarga yang amat miskin. Ia pindah ke Indonesia saat umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar. Pantang menyerah dalam berbisnis Eka Tjipta berhasil mendirikan Sinar Mas yang bisnis utamanya adalah pulp dan kertas, agribisnis, properti dan jasa keuangan.

3. Susilo Wonowidjojo

Susilo Wonowidjojo

Umur                                              : 61 tahun
Jumlah Kekayaan                            : $8,8 miliar
Sumber Kekayaan                           : Gudang Garam
Susilo Wonowidjojo (Cai Daoping) adalah seorang pengusaha Indonesia. Ia adalah anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam, perusahan rokok kretek di Kediri, Jawa Timur. Pada 2000, ia menggantikan kakaknya Rahman Halim atau Tjoa To Hing (anak pertama Surya Wonowidjojo) sebagai pimpinan Gudang Garam yang meninggal pada 27 Juli 2008 di Singapura. Saat ini Gudang Garam merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.

4. Anthoni Salim

Anthony Salim

Umur                                                : 68 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $6,9 miliar
Sumber Kekayaan                             : Grup Salim
Anthony Salim lahir dari keluarga yang tergolong mapan. Ayahnya, Sudono Salim adalah pemimpin dari Salim Group yang pada akhirnya diteruskan oleh Anthony Salim sendiri. Perusahaan paling penting yang dimiliki Anthony Salim adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Bogasari Flour Mills. Saat ini Indofood merupakan salah satu produsen makanan terbesar di Indonesia dan Bogasari merupakan perusahaan tepung terigu yang terkemuka di Indonesia.

5. Sri Prakash Lohia

Sri Prakash Lohia

Umur                                                : 65 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $6,4 miliar
Sumber Kekayaan                             : Perusahaan Tekstil Indorama Corporation
Pindah ke Indonesia pada tahun 1973 kemudian ia merintis Indorama Corporation di tahun 1976. Perusahaan itu kemudian olehnya bergerak di bidang tekstil dengan memproduksi benang pintal. Bisnisnya yang berkembang membuat perusahaan itu merambah dan melakukan diversifikasi ke industri serat polyester.  Saat ini Indorama merupakan salah satu perusahaan tekstil terdepan di Asia.

6. Boenjamin Setiawan

Boenjamin Setiawan

Umur                                                : 84 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $6,4 miliar
Sumber Kekayaan                             : Perusahaan Tekstil Indorama Corporation
dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D. (Khouw Liep Boen, lahir pada tahun 1933) lebih dikenal dengan "Dr. Boen" adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Bersama 6 saudaranya, ia mendirikan PT Kalbe Farma, bergerak dibidang farmasi, yang berkembang menjadi Grup Kalbe. Grup Kalbe berkembang kebeberapa lini, diantaranya: farmasi, makanan kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, sarana riset modern, pendidikan (Kalbis Institute) dan rumah sakit.

7. Chairul Tanjung

Chairul Tanjung
Umur                                                : 55 tahun
Jumlah Kekayaan                              : $3,6 miliar
Sumber Kekayaan                             : Perusahaan Konglomerasi CT Corp
Chairul Tanjung memulai bisnisnya ketika ia masih kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Kini perusahaan konglomerasi miliknya yaitu CT Corp, menjadi perusahaan yang memiliki anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega dan CT Global Resources. Selain berbisnis Chairul Tanjung juga terjun ke pemerintahan sebagai menteri di era Susilo Bambang Yudhoyono. Dia juga menulis buku yang bernama "Si Anak Singkong" yang menjelaskan tentang riwayat hidupnya.

8. Tahir
Tahir

Umur                                                 : 65 tahun
Jumlah Kekayaan                               : $3,5 miliar
Sumber Kekayaan                              : Perusahaan Konglomerasi Grup Mayapada
Dato'Sri Tahir adalah seorang pengusaha di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi seorang pengusaha muda. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang cukup beraneka ragam dan kesemuanya sukses. Dari garmen lambat laun Dr Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain, dia masuki bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambat dari dealer mobil, garmen, perbankan, sampai di bidang kesehatan. Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya hingga saat ini.

9. Mochtar Riady


Umur                                                  : 88 tahun
Jumlah Kekayaan                                : $3 miliar
Sumber Kekayaan                               : Perusahaan Konglomerasi Grup Lippo
Mochtar Riady adalah pengusaha keturunan Tionghoa yang merupakan pendiri Lippo Group. Pada awalnya ia bercita-cita menjadi bankir dan kemudian bekerja di berbagai bank. Kemudian setelah sukses berkarir di industri perbankan ia mendirikan Lippo Group. Saat ini Lippo Group memiliki berbagai lini bisnis di berbagai sektor perekonomian yaitu industri keuangan, infrastruktur, properti, indsutri elektronik hingga retail.

10. Jogi Hendra Atmadja 

Jogi Hendra Atmadja

Umur                                                  : 71 tahun
Jumlah Kekayaan                                : $2,7 miliar
Sumber Kekayaan                               : Grup Mayora
Jogi Hendra Atmadja merupakan kepala dari Grup Mayora yang merupakan produsen makanan kemasan terbesar di Indonesia. Sejak awal terbentuk, Jogi Hendra Atmadja menjabat sebagai komisaris utama. Jogi dan keluarganya memiliki konsentrasi investasi yang besar di Grup Mayora.


Wednesday, December 6, 2017

Bank Indonesia Melarang Penggunaan Bitcoin Mulai Tahun 2018

Bitcoin yang mulai populer di kalangan masyarakat Indonesia ternyata tidak mendapatkan restu dari Bank Sentral Indonesia yaitu BI. Pasalnya dalam waktu dekat Bank Indonesia akan mengeluarkan kebijakan baru yang melarang penggunaan Bitcoin dalam bentuk apapun baik itu investasi maupun sebagai alat pembayaran. Rencananya Bank Indonesia akan mengeluarkan peraturan yang biasa dikenal sebagai Peraturan Bank Indonesia (PBI) untuk melarang seluruh aktivitas yang berkaitan dengan Bitcoin mulai tahun 2018. Bank Indonesia juga meminta kepada merchant untuk tidak menggunakan Bitcoin sebagai alat transaksi. Belum adanya kejelasan mengenai bitcoin merupakan salah satu alasan dikeluarkan peraturan ini. Bank Indonesia tidak akan menanggung risiko yang terjadi dalam penggunaan Bitcoin sebagai media transaksi.
Enkripsi Bitcoin
Bitcoin Teridiri Dari Kode-Kode yang Terenkripsi

Harga Bitcoin terus merangkak naik di tahun ini dengan tingkat imbal hasil lebih dari 1400% dalam setahun ini. Kenaikan harga yang signifikan ini membuat orang-orang berbondong-bondong untuk membeli Bitcoin sebagai salah satu instrumen investasi. Bahkan banyak juga orang Indonesia yang melihat peluang ini memanfaatkan momentum untuk mencari keuntungan dan sudah banyak orang Indonesia yang diuntungkan oleh kenaikan harga Bitcoin. Kenaikan harga Bitcoin yang terjadi secara terus-menerus membuat orang-orang berpikir bahwa harga Bitcoin tidak memiliki batasan tertinggi. Rekor demi rekor terus dipecahkan oleh Bitcoin dan sekilas membuat Bitcoin menjadi investasi yang tidak akan merugikan. Kendati demikian Bank Indonesia tidak memberikan restu yaitu dengan tidak mengizinkan penggunaan Bitcoin dalam bentuk apapun. Lalu mengapa? Berikut analisanya:

1. Sifatnya yang Anonymous
Bitcoin merupakan salah satu dari berbagai macam cryptocurrency yang beredar di pasar dunia. Mata uang yang lain contohnya adalah Ethereum, Litecoin, Monero, Dash, Panthomcoin, dll. Semua cryptocurrency memiliki kesamaan yaitu sifatnya yang anonymous. Dari namanya sudah terlihat bahwa cryptocurrency adalah mata uang yang terenkripsi yaitu sebuah bentuk pengamanan informasi dengan membentuk kode yang tidak dapat dibaca tanpa pengetahuan khusus. Dengan adanya enkripsi ini maka seluruh transaksi pada Bitcoin sangat sulit untuk diketahui informasinya. Hal itu akan berbeda jika kita melakukan transaksi dengan bank yang informasinya jelas terlihat (rekening ke rekening).

2. Penggunaan Tindak Kejahatan
Karena sifatnya yang anonymous dan informasi yang tidak dapat diakses dengan leluasa maka terdapat peluang untuk melakukan tindakan kejahatan dengan cryptocurrency. Penggunaan untuk transaksi narkoba, penyuntikan dana untuk terorisme dan transaksi-transaksi untuk kegiatan kejahatan lain tidak dapat diketahui dengan menggunakan Bitcoin. Hal itu karena Bitcoin bersifat anonymous dan berbeda dengan bank biasa. Bila kita bertransaksi dengan Bitcoin maka kita akan menggunakan Wallet yang merupakan alamat tempat penyimpanan cryptocurrency kita. Wallet tersebut dapat digunakan untuk menjual Bitcoin ke pasar secara langsung untuk mendapatkan cash. Transaksi dengan menggunakan Bitcoin terenkripsi dengan baik sehingga tidak dapat diketahui siapa yang mentransfer dan yang ditransfer. Hal itu berbeda dengan bank yang terlihat detail transaksinya nama pemilik rekening. Pemerintah dapat menggunakan kekuasaannya untuk melacak dan mengungkap detail transaksi dengan alasan hukum kepada bank. Nilai transaksi, nama pemilik rekening, waktu transaksi dan detail lain bisa didapatkan. Hal itu berbeda dengan Bitcoin yang sifatnya anonymous sehingga pemerintah tidak dapat mengetahui informasi dibaliknya. Hal inilah yang dapat digunakan untuk menjalankan tindakan kejahatan.

3. Instrumen Investasi yang Spekulatif
Harga Bitcoin yang naik secara drastis tidak membuat semua pihak setuju bahwa Bitcoin merupakan salah satu investasi yang valid. Belajar dari berbagai jenis sejarah investasi di masa lampau kita dapat menyimpulkan bahwa investasi Bitcoin sedang berada di masa bubble. Itu karena Bitcoin tidak memiliki nilai fundamental yang jelas dibaliknya. Hal tersebut memiliki risiko karena bisa saja Bitcoin akan turun harganya dan membuat masalah perekonomian ketika bubble itu pecah. Hal ini sudah dipelajari oleh Bank Indonesia sehingga melarang penggunaan Bitcoin karena sangat spekulatif. Jika bubble Bitcoin pecah akan banyak pihak yang dirugikan dan Bank Indonesia tidak menginginkan hal tersebut.

4. Bank Sentral Tidak Dapat Mengendalikan Pasar
Kebutuhan dan suplai Bitcoin digerakkan oleh pasar dunia dan penambangan Bitcoin. Sifatnya yang anonymous dan lepas dari kebijakan pemerintah membuat Bitcoin sulit dikendalikan. Bank Sentral tidak menginginkan adanya instrumen keuangan yang tidak dapat diatur pergerakannya. Lain halnya dengan mata uang rupiah, Bank Indonesia dapat mengeluarkan kebijakan untuk mengendalikan peredarannya karena sejatinya Bank Sentral yang membuat mata uangnya sendiri.

5. Terdapat Negara-Negara yang Melarang Bitcoin
Tidak hanya di Indonesia, Bitcoin juga dilarang atau dibatasi di beberapa negara besar seperti Rusia, Cina dan India. Alasan yang menjadi pertimbangan dilakukan kebijakan tersebut oleh pemerintah Cina, Rusia dan India relatif sama yaitu sifatnya yang anonymous dan spekulatif membuat sulitnya Bitcoin untuk dikendalikan. Namun negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa melegalkan Bitcoin sebagai alat transaksi. Bila dilihat dari perspektif pemerintah maka Bitcoin memang berbahaya dan alasan itulah yang membuat banyak negara yang juga melarang penggunaan Bitcoin.

Kesimpulan:
Langkah Bank Indonesia dalam melarang Bitcoin merupakan hal yang bijak karena sifatnya yang sulit dikendalikan akan membuat hal-hal tak terduga terjadi. Untuk sementara ini Bitcoin dapat dilarang penggunaannya karena bersifat spekulatif dan belum terbukti kredibilitasnya sebagai instrumen investasi yang solid. Perlu adanya pengamatan lebih lanjut tentang keuntungan Bitcoin secara fundamental untuk membuat Bitcoin dapat diterima sebagai salah satu instrumen investasi yang baik.

Monday, December 4, 2017

5 Saham Dividen yang Bagus Dibeli Pada Desember 2017

Akhir November ditutup dengan penurunan IHSG yang cukup besar yakni hingga -1,8%. Hal itu membuat sebuah peluang untuk membeli saham di harga yang lebih murah pada bulan Desember ini. Selain itu bulan Desember adalah bulan yang baik karena banyak perusahaan yang sudah mengeluarkan laporan keuangan Q3 2017. Dengan melihat laporan keuangan Q3 2017 maka dapat dijadikan acuan untuk mengatur portofolio kita diakhir tahun. 

Dividen
Di Bursa Efek Indonesia ada banyak saham yang memberikan dividen. Ada yang memberikan dividen dengan persentase yang besar dari harganya dan ada pula yang kecil. Investor sebaiknya menghindari jumlah dividen yang terlampau besar karena dividen itu sulit untuk berulang di tahun-tahun berikutnya sehingga tidak cocok untuk investasi jangka panjang. Dividen yang baik adalah yang jumlahnya normal tapi bertumbuh tiap tahunnya mengikuti laba dari perusahaannya. Pertumbuhan dividen yang terus menerus dalam bertahun-tahun akan membuat investornya balik modal hanya dari dividen tersebut. Langsung saja berikut adalah daftarnya:

1. Telekomunikasi Indonesia (TLKM)
TLKM
Saham Telekomunikasi sudah turun lebih dari 10% dari harga tertingginya 4800 menjadi 4200 di bulan Desember. Penurunan tersebut merupakan koreksi untuk saham TLKM karena saham ini sudah naik banyak hingga menyentuh harga tertingginya di 4800. Dalam laporan keuangan TLKM Q3 2017 ceritanya tidak berubah banyak, Pendapatan dan laba bersih meningkat double digit yaitu pendapatan meningkat sebesar 12,5% dan laba bersih meningkat sebesar 22%. Di harga 4200 saham TLKM memiliki dividen yield sebesar 3,3% dan diproyeksikan akan meningkat di tahun 2018 karena peningkatan laba bersih dan secara sejarah memang dividen TLKM selalu meningkat.

2. BFI Finance (BFIN)
BFINSaham BFI Finance sudah meningkat pesat dalam setahun terakhir. Bayangkan saja saham konservatif seperti ini sudah meningkat lebih dari 90% dalam setahun. Kendati sudah meningkat pesat namun saham BFIN tetaplah murah. Saat ini di harga 690 saham BFIN diperdagangkan dengan PER 9,5. Karena harganya murah BFIN terlihat royal dalam membagikan dividen karena memiliki dividen yield 4,9% namun sebenarnya tidak karena dividen tersebut memiliki dividen yield ratio dibawah 50%. Secara sejarah dividen BFIN selalu meningkat mengikuti laba bersihnya. Hal yang menggembirakan terjadi pada Q3 2017 ini yaitu pendapatan meningkat sebesar 23% dan laba bersih sebesar 52%. Diharapkan dividen BFIN meningkat secara double digit di tahun 2018 mengikuti laba bersih tahun 2017 ini.

3. Adi Sarana Armada (ASSA)
ASSASaham Adi Sarana Armada tidak banyak berubah di tahun ini dan stabil di level 210. Kendati demikian kinerja ASSA cukup cemerlang dengan membukukan kenaikan laba 84% pada Q3 2017 namun pendapatannya hanya meningkat 9%. Peningkatan laba yang pesat ini bersumber pada efisiensi perusahaan sehingga meski pendapatannya meningkat kecil, namun labanya meningkat pesat. Di harga 210 saham ASSA diperdagangkan dengan PER 7,6 dan memiliki dividen yield sebesar 3,2%.

4. Bank Negara Indonesia (BBNI)
BBNI
BBNI merupakan salah satu bank BUMN yang berkinerja baik di tahun ini. Melanjutkan pertumbuhan, kredit BBNI tumbuh 13,3% dan laba bersih tumbuh 31% pada Q3 2017 ini. Dulu saya pernah merekomendasikan BBNI untuk menembus 8000 di artikel ini. Target tersebut telah tercapai namun saham BBNI di harga 8200 masih terlihat sangat undervalue jika dibandingkan dengan emiten bank BUMN yang lain. Nilai PER saham BBNI di harga 8200 adalah 11 sedangkan BMRI sebesar 21, BBRI sebesar 14. Secara kinerja dan valuasi saham BBNI setara dengan BBTN namun dividen yield BBNI lebih besar yakni sebesar 2,6% dibandingkan BBTN yang hanya sebesar 1,5% di harga 3300. Rasio dividen BBNI sebesar 35% dan BBNI mengajukan rasio dividen 25% untuk tahun depan yang berarti merupakan penurunan. Namun penurunan itu berarti perseroan berniat untuk melakukan ekspansi dan akan menjadi modal yang leluasa untuk BBNI berekspansi.

5. Acset Indonusa (ACST)
ACST
Tidak hanya emiten konstruksi BUMN, sentimen negatif juga terjadi pada emiten konstruksi swasta. Acset Indonusa merupakan salah satu yang terkena dampaknya. Saham ACST telah turun sebesar -9,5% dalam setahun terakhir kendati kinerjanya yang cemerlang. Seperti emiten konstruksi BUMN kinerja ACST sangat cemerlang dengan pertumbuhan pendapatan 50% dan laba bersih sebesar 178% dan seperti emiten konstruksi BUMN harga sahamnya bertolak belakang terhadap kinerjanya. Saham ACST membagikan dividen secara interim dengan total dividen tahun ini sebesar 69 yang mencerminkan dividen yield sebesar 2,4%.



Kesimpulan:
Itulah kelima saham dividen yang sangat potensial pada Desember 2017. Pertumbuhan kinerja yang pesat dan dividen yang diterima akan membuat investor pada saham tersebut mendapatkan dua buah keuntungan sekaligus.

Friday, December 1, 2017

Review Bulanan Pasar November 2017

Pada sepanjang bulan November IHSG bergerak fluktuatif dengan penurunan yang sangat dalam di akhir bulan yang turun -1,8% pada 30 November. Pada tanggal 1 November IHSG dibuka dengan nilai 6017 dan ditutup pada tanggal 30 November sebesar 5952. Untuk nilai tukar rupiah terhadap US Dollar bergerak sideways dari 13.580 pada 1 November menjadi 13.548 pada 30 November. Harga minyak mentah mengalami kenaikan di bulan November dari $54,3/bbl pada 1 November menjadi $57,4/bbl pada 30 November atau meningkat sebesar 5,7% dalam sebulan. Harga emas dunia bergerak sideways dari $1.277/oz menjadi $1.274/oz sepanjang bulan November.
Review

Berikut ini adalah hightlight berita emiten di Bursa Efek Indonesia pada bulan November 2017:
1. United Tractor (UNTR)
Peningkatan pendapatan signifikan di kuartal III-2017 turut mendongkrak laba emiten otomotif PT United Tractors Tbk (UNTR). Pada periode Januari-September 2017, pendapatan UNTR naik menjadi Rp 46,26 triliun. Jumlah ini meningkat 36,47% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 33,89 miliar. Perusahaan membukukan laba sebesar Rp 5,64 triliun di kuartal ketiga tahun ini. Angka ini tumbuh 80,31% dari laba UNTR di periode sebelumnya sebesar Rp 3,13 triliun.

2. Tiga Pilar Sejahtera (AISA)
PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk membahas mengenai divestasi anak usaha dibidang produksi beras. Anak usaha tersebut ialah PT Dunia Pangan yang juga memegang entitas enam anak usaha lainnya dibidang beras. Saham Tiga Pilar sebesar 70% di anak usaha tersebut akan segera dilepas lewat mekanisme tertentu. Salah satu calon investor yang ditawari untuk membeli PT Dunia Pangan ialah PT Jom Prawarsa Indonesia.

3. Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)
Kondisi industri semen yang belum menunjukkan perbaikan tercermin di kinerja emiten semen PT Indosement Tunggal Prakasa Tbk (INTP). Laba perusahaan di kuartal III-2017 ini anjlok hingga lebih dari 50% lantaran adanya peningkatan beban usaha yang signifikan dan menurunnya pendapatan serta bagian atas laba neto entitas asosiasi. Tak hanya itu, pendapatan INTP juga merosot 7,5% menjadi Rp 10,51 triliun. Turunnya jumlah penjualan semen, yang merupakan kontributor terbesar pendapatan perusahaan, menjadi Rp 9,31 triliun serta menurunnya jumlah penjualan beton siap pakai (ready mix concrete) sebesar 24,65% menjadi Rp 1,19 triliun turut menekan laba perusahaan di periode ini.

4. Bank Mandiri (BMRI)
PT Bank Mandiri Tbk sudah menyiapkan strategi untuk menangani rasio kredit bermasalah di sektor komersial. Hal ini mengingat sampai kuartal III-2017 rasio non-performing loan (NPL) komersial bank berkode BMRI ini sudah mencapai 10,16%. NPL sektor komersial Mandiri ini mengalami kenaikan cukup besar yaitu 382 bps dibanding periode yang sama 2016 atau year on year (yoy). Sektor komersial menyumbang 26% dari total kredit di kuartal III-2017. Mandiri pda 2020 akan mengurangi porsi komersial menjadi 24%.

5. M Cash Integrasi (MCAS)
Perusahaan rintisan (startup) kini mulai melirik pasar modal sebagai jalur mencari dana segar. Salah satunya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) yang belum lama ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan raihan dana IPO Rp 300 miliar. Direktur Utama MCAS Martin Suharlie menyebutkan, hingga Oktober 2017, perusahaannya telah memiliki 409 kiosk. Sampai akhir tahun ini, MCAS menargetkan bisa memiliki 1.000 kiosk. Dengan harapan, target tersebut bisa terpenuhi pada pertengahan Desember nanti. Untuk target jangka panjang, MCAS akan membangun 10.000 kiosk hingga 2020 mendatang. Hingga kuartal III 2017 lalu, MCAS berhasil mencetak pendapatan Rp 717,6 miliar, naik 166,25% year on year (yoy). Laba bersihnya juga melejit nyaris empat kali lipat dari sebelumnya Rp 1,86 miliar menjadi Rp 6,72 miliar.

6. Elnusa (ELSA)
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Elnusa Tbk tercantum dalam dokumen Paradise Papers yang dirilis International Consortium of Investigative Journalists (ICJI). Paradise Papers merupakan kumpulan 13,4 juta dokumen yang memuat daftar perusahaan dan orang-orang kaya yang secara 'diam-diam' berinvestasi di negara 'surga pajak'. Dokumen itu menyebutkan Elnusa terdaftar sejak 2014 silam. Emiten minyak dan gas bumi berkode ELSA tersebut disebut membuat perusahaan cangkang (offshore) di negara surga pajak lewat Elnusa LTD di Singapura, serta Elnusa Bangkanai Energy Limited, dan Elnusa Kangean Resources Ltd di British Virgin Island.

7. Dwi Aneka Jaya (DAJK)
Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham PT Dwi Aneka Jaya Tbk (DAJK) mulai sesi pertama Kamis ini. Goklas Tambunan, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 3 BEI dalam keterangan Kamis menyebutkan suspensi dilakukan merujut pada pemberitaan media masa mengenai putusan pailit perseroan di Pengadilan Niaga dan Pengadilan Jakarta Pusat pada 22 November 2017. Oleh karena itu bursa menurut keterangan Goklas melakukan penghentian sementara perdagangan di seluruh pasar hingga pengumuman lebih lanjut.

8. PP Presisi (PPRE)
PT PP Presisi Tbk (PPRE), anak usaha PT PP (PTPP) pada tahun 2018 menargetkan kontrak baru sekitar Rp 7-8 triliun. Direktur PT PP Presisi Benny Pidakso menjelaskan, hingga Oktober 2017 perseroan telah mendapat kontrak baru senilai Rp 4,2 triliun, dan hingga akhir tahun 2017 diharapkan bisa mencapai Rp 5,8 triliun. PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan pendapatan sebesar Rp 930 miliar per September 2017. Besar pendapatan ini tumbuh 271% year on year (yoy). Di periode sama tahun 2016 lalu, PPRE hanya mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp 251 miliar. Tak hanya pendapatan, laba PPRE hingga kuartal III-2017 juga naik signifikan sebesar 234%. Per September 2016, laba PPRE tercatat sebesar Rp 27 miliar. Di periode sama tahun ini, PPRE berhasil membukukan laba sebesar Rp 89 miliar.

9. Bukit Sentul (BKSL)
PT Sentul City Tbk (BKSL) membentuk usaha patungan dengan Sumitomo Corporation dengan modal senilai Rp330 miliar. Menurut keterangan perseroan Selasa, Sentul City menguasai sebesar 30% atau Rp99,90 miliar dan sisanya dimiliki Sumitomo Corporation Rp233,10 miliar atau 70%. Tujuan dari pembentukan usaha patungan ini guna menjalankankegiatan usaha yang bergerak dibidang real estate di Indonesia seperti penjualan, penyewaan dan pengoperasian real esate baik yang dimiliki sendiri atau sewa seperti bangunan apartemen, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal.

10. Wika Karya Pembangunan Gedung (WEGE)
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WIKA Gedung) membukukan kontrak dihadapi (order book) sebesar Rp 11,8 triliun hingga Oktober 2017. Angka ini mencapai 91 persen dari target kontrak dihadapi di tahun 2017 sebesar Rp 12,92 triliun. Order Book saat ini terdiri atas kontrak baru senilai Rp 6,2 triliun dan kontrak bawaan (carry over) tahun lalu sebesar Rp 5,6 triliun. Direktur Utama WIKA Gedung Nariman Prasetyo menjelaskan, pencapaian yang membanggakan ini didasari pada komitmen seluruh jajaran manajemen untuk fokus pada marjin dan mampu mengendalikan kontrak-kontrak yang diperoleh melalui efisiensi pengendalian secara berjenjang dan sentralisasi.

Thursday, November 30, 2017

5 Filosofi yang Selalu Dianut Warren Buffett

Warren Buffett merupakan investor terbaik sepanjang masa dan merupakan salah satu dari daftar orang terkaya di dunia. Dalam meraih kesuksesannya dia selalu memiliki filosofi yang selalu dipegang teguh dalam berbisnis. Filosofi-filosofi yang dimilikinya adalah berdasarkan dari pengalaman yang telah ia tempuh dalam perjalanan karirnya sebagai investor. Filosofi yang diberikan oleh Warren Buffett merupakan filosofi yang baik dan sangat logis untuk diterapkan di dunia investasi. Berikut ini adalah filosofi yang dibuat dan dianut oleh Warren Buffett:

Warren Buffett

1. Aturan No.1: Jangan Kehilangan Uang. Aturan No.2: Jangan Lupa Aturan No.1
Warren Buffett sudah mengalami berbagai macam jatuh bangun di dunia saham. Berbagai krisis dia lewati dengan sukses, bagaimana caranya? Jangan kehilangan uang! Warren Buffett tidak mau menjual asetnya ketika terjadi krisis. Pada saat krisis terjadi nilai saham akan menurun dengan drastis namun kehilangan aset tersebut baru akan terealisasi ketika kita menjual sahamnya.
Di tahun 2008 aset Warren Buffett pernah turun lebih dari 30% karena krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Namun Warren Buffett tidak pernah menjual saham Berkshire Hathaway yang merupakan aset utamanya saat terjadi krisis. Terbukti setelah krisis keuangan 2008 berlalu, saham Berkshire Hathaway naik 2X lipat dalam waktu 10 tahun. Selain itu Warren Buffett sangat menjaga keutuhan asetnya. Dia tidak pernah ingin berinvestasi di aset-aset yang bersifat spekulatif. Ketika bubble dot com terjadi dia tidak pernah membeli perusahaan dot com dan mengatakan bahwa perusahaan dot com adalah perusahaan yang fraud. Waktu membuktikan ucapan Warren Buffett dengan banyak bangkrutnya perusahaan-perusahaan dot com di tahun 2000-an. Warren Buffett menasehati kepada setiap investor agar tidak tamak dan tidak berjudi. Analisa sebelum berinvestasi, lakukan pekerjaan membaca laporan keuangan perusahaan terlebih dahulu sebelum membeli sahamnya. Karena itulah yang selalu dilakukan Warren Buffett sebelum berinvestasi. Hal tersebut akan menghindarkan kita dari berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki kondisi keuangan tidak sehat dan diambang kebangkrutan.

2. Bila Bisnisnya Berjalan Dengan Baik, Sahamnya Akan Mengikuti
Warren Buffett sejak dulu sudah mengerti bahwa memiliki saham berarti memiliki sebagian dari bisnis perusahaan. Dibalik harga saham terdapat kinerja dari suatu perusahaan. Dia berpendapat bahwa harga saham akan mengikuti kinerja dari perusahaan dibaliknya. Warren Buffett menghiraukan pergerakan sahamnya pada jangka waktu pendek dan lebih fokus terhadap kinerja perusahaan yang dimilikinya. Salah satu investasi terbaiknya adalah Coca Cola yang memiliki bisnis dan kinerja yang baik pada masa itu. Kinerja Coca Cola yang bertumbuh dalam jangka panjang membuat harga sahamnya juga naik banyak dalam jangka waktu yang panjang. Ketika berinvestasi pada suatu saham maka Warren Buffett mencari perusahaan yang memiliki prospek dalam jangka panjang. Dia percaya bahwa harga saham akan mengikuti nilai dari perusahaan. Jika perusahaannya nilainya meningkat dalam beberapa tahun yang akan datang maka harga sahamnya juga akan meningkat. Jika nilai perusahaan menurun dalam beberapa tahun mendatang, maka harga sahamnya juga akan mengikuti turun. 

3. Lebih Baik Membeli Perusahaan Bagus di Harga yang Standard Daripada Membeli Perusahaan Standard di Harga yang Bagus
Filosofi ini didapatkan dari pengalaman pahitnya ketika membeli Berkshire Hathaway. Pada saat itu Warren Buffett merasa Berkshire Hathaway yang bergerak di sektor tekstil dihargai murah dibawah nilai book valuenya. Namun ternyata investasi Warren Buffett tidak berhasil karena ternyata industri tekstil sangat sulit untuk mendapatkan untung dan sulit untuk bertumbuh. Baru setelah Berkshire Hathaway beralih ke industri asuransi perusahaan tersebut bisa bertumbuh. Oleh karena itu Warren Buffett menjadi berpikir ulang tentang konsep yang diajarkan oleh Benjamin Graham yang membeli perusahaan yang murah pada value investing. Warren Buffett mendengarkan nasehat dari partner bisnisnya Charlie Munger yang berpendapat bahwa membeli perusahaan yang bagus tapi mahal akan lebih baik daripada membeli perusahaan yang murah tapi biasa. Oleh karena itu Warren Buffett berani membeli Coca Cola di tahun 1987 dengan PER diatas 15 karena ia berpendapat bahwa Coca Cola memiliki prospek yang bagus di masa mendatang. Mungkin saat ini harganya mahal, namun jika perusahaan terus bertumbuh maka nilai investasinya pun akan terlihat murah di masa mendatang karena nilai perusahaan yang telah meningkat.

4. Durasi Jangka Waktu Investasi yang Kami Sukai Adalah Selamanya
Memang ide ini terlihat gila namun itulah yang dikatakan oleh Oracle of Omaha ini. Warren Buffett mengatakan jika kau tidak merasa nyaman untuk memiliki suatu saham selama 10 tahun maka kau tidak perlu memilikinya dalam waktu 10 menit. Dia adalah investor jangka panjang yang mengerti kekuatan dari compound interest. Dengan berinvestasi selamanya maka investor akan melipatgandakan asetnya dalam jangka panjang. Coca Cola, Wells Fargo, American Express adalah saham-saham yang dimiliki Warren Buffett lebih dari 10 tahun lamanya dan hingga saat ini masih dimiliki di portofolionya. Berinvestasi selamanya adalah cara yang pasti dalam melipatgandakan aset. Terbukti indeks saham Amerika Serikat baik Dow Jones maupun S&P 500 hanya memiliki satu arah yaitu menuju keatas dalam jangka panjang. Krisis demi krisis telah dilaui Amerika Serikat namun malah rekor demi rekor dipecahkan oleh indeks sahamnya. Bahkan baru-baru ini Warren Buffett mengatakan bahwa Dow Jones akan menembus level 1.000.000 pada 100 tahun yang akan datang. Oleh karena itu berinvestasi dalam jangka panjang lebih memberikan hasil karena tidak ada pembatas dari imbal hasilnya.

5. Takutlah Ketika Orang-Orang Serakah, Serakahlah Ketika Orang-Orang Takut
Warren Buffett merupakan salah satu investor yang kontrarian. Dia memiliki konsep yang sendiri mengenai investasi dan tidak mengikuti tren yang dilakukan oleh orang-orang. Ketika orang-orang berspekulasi pada perusahaan dot com di tahun 1990-an dia tidak mengikutinya, ketika orang-orang berspekulasi pada mata uang cryptocurrency dalam beberapa tahun ini dia juga tidak melakukannya, dan ketika orang-orang ketakutan saat terjadi krisis keuangan di tahun 2008 dengan menjual sahamnya dia tidak menjualnya dan malah membeli saham pada saat itu. Tindakannya yang kontrarian sangat kontroversial namun hal itulah yang membuat dia untung. Warren Buffett menjadi terhindar dari bubble yang berbahaya dan membeli saham yang terdiskon saat terjadi krisis. Keberanian dan kesabarannya inilah yang membuatnya dengan orang biasa jauh berbeda dan membuatnya menjadi investor terhebat sepanjang masa.

Kesimpulan:
Kelima filosofi tersebut selalu dipegang erat oleh Warren Buffett hingga sekarang ini. Kita dapat belajar banyak dari filosofi-filosofi yang dimiliki oleh Warren Buffett tersebut. Menurut Warren Buffett kualitas terbaik yang dimiliki oleh seorang investor adalah pengendalian emosi, bukan faktor intelligent. Bila anda bisa memiliki emosi yang terjaga seperti Warren Buffett maka anda juga bisa mengikuti jejak sukses dari Warren Buffett.

Holding BUMN Tambang, Strategi untuk Mengambil Freeport

Baru-baru ini terdengar bahwa pemerintah berencana untuk membuat sebuah holding pada perusahaan-perusahaan BUMN di sektpr pertambangan. Akhirnya holding tersebut sudah terbentuk dan terdiri dari 4 perusahaan tambang BUMN yang besar. Keempat perusahaan itu adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS). Holding ini akan dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Aluminium dan pemerintah akan memberikan hak sahamnya kepada Inalum untuk memimpin holding ini. Nilai ekuitas dari holding ini mencapai Rp 60 triliun dari gabungan antara keempat perusahaan tersebut. Mungkin ada yang bertanya mengapa dibuat sebuah holding seperti ini?
Holding Company
Holding Company Dapat Mengontrol Perusahaan Dibawahnya

Perusahaan Induk (Holding Company)
Perusahaan induk merupakan perusahaan yang menaungi atau mengendalikan perusahaan-perusahaan yang ada dibawahnya. Tujuan dari holding itu sendiri adalah agar dapat mengontrol dan mengkoordinasikan perusahaan dibawahnya dengan efisien. Dalam skenario ini tadinya perusahaan BUMN tambang bersifat independen yang artinya memiliki hak manajemen yang sendiri-sendiri meskipun dimiliki oleh pemerintah. Dengan adanya holding ini pemerintah berharap BUMN tambang dapat berjalan dalam satu komando dan satu visi serta lebih mudah dalam melakukan koordinasinya. Selain itu holding BUMN tambang ini dapat menyatukan keempat aset perusahaan menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipergunakan untuk tujuan yang sama.

Strategi Mengakuisisi Freeport
Sudah sejak lama pemerintah berniat untuk mengakuisisi Freeport. Cadangan emas di Papua merupakan cadangan emas terbesar di dunia dan sangat berpotensi untuk dieksploitasi. Bermula dari penemuan Belanda, Freeport sudah melakukan eksploitasi sejak tahun 1967. Zaman Suharto yang mengedepankan pembangunan dan memberikan peluang akan adanya modal asing masuk ke Indonesia dilihat oleh Freeport yang akhirnya mendapatkan kontrak karya I di tahun 1967 berdurasi 30 tahun. Selanjutnya Freeport melanjutkan kontrak karya II di tahun 1991 dengan durasi kontrak 30 tahun yang berarti hingga 2021 dan kemungkinan perpanjangan 2X10 tahun yang berarti hingga 2041. Di tahun ini pemerintah berniat untuk mengakuisisi saham Freeport sebesar 51% sehingga diharapkan pemerintah memegang kendali terhadap PT Freeport Indonesia. Dengan dibentuknya holding BUMN tambang ini maka pemerintah sudah menyiapkan langkah pertamanya untuk membeli saham Freeport Indonesia. Holding BUMN tambang ini memiliki nilai ekuitas Rp 60 triliun yang memungkinkan untuk mendapatkan pinjaman sebesar 3X ekuitas yakni sebesar Rp 180 triliun dan diyakini dapat digunakan untuk mengakuisisi 40% nilai saham PT Freeport Indonesia.

Freeport Menolak
Namun sepertinya niat akuisisi Freeport oleh pemerintah Indonesia mengalami jalan yang terjal. Freeport menolak untuk mendivestasikan sahamnya dengan alasan perbedaan persepsi valuasi antara pemerintah Indonesia dengan Freeport. Pemerintah Indonesia menghitung valuasi PT Freeport Indonesia berdasarkan kontraknya yang hingga 2021 namun Freeport menilai valuasi tersebut kurang, Freeport menilai seharusnya valuasi tersebut hingga 2041 karena terdapat kemungkinan perpanjangan kontrak hingga 2041. Perbedaan ini tentu saja akan menimbulkan masalah, Freeport tentu saja tidak ingin melepaskan aset berharganya begitu saja dan menginginkan valuasi yang mahal pada aset tersebut.

Kesimpulan:
Holding BUMN tambang merupakan langkah nyata pemerintah yang berniat untuk mengambil saham PT Freeport Indonesia. Namun niatan tersebut ternyata memiliki hambatan yang besar. Perbedaan persepsi valuasi antara pemerintah dan Freeport menjadi faktor yang berat. Apakah pemerintah Indonesia dapat mengakuisisi Freeport? 

Wednesday, November 29, 2017

Malangnya Sektor Konstruksi Tahun Ini

IHSG sudah mencetak rekor tertinggi yaitu menembus rekor baru di level 6000. Banyak sektor seperti perbankan, consumer dan energi yang mengalami kenaikan cukup baik di tahun ini. Namun terdapat pula sektor yang tertinggal seperti properti dan konstruksi. Hal yang paling menarik untuk dicermati adalah sektor konstruksi, mengapa? Karena kinerja yang sangat baik di sektor konstruksi sangat bertolak belakang dengan pergerakan harga sahamnya. Ketika emiten-emiten BUMN konstruksi mengumumkan kenaikan kinerja seperti pendapatan dan laba bersih justru harga saham emiten konstruksi BUMN mengalami penurunan yang tajam. Isu-isu negatif mulai bermunculan untuk membenarkan penurunan harga saham emiten konstruksi BUMN.
Gloomy Construction
Suramnya Sektor Konstruksi di Tahun Ini

1. Isu Sulitnya Pendanaan Dari Pemerintah
Pemerintahan Joko Widodo yang ambisius untuk menggenjot sektor konstruksi agar dapat menjadi pelopor pertumbuhan ekonomi rupanya memberikan dampak ketidakpercayaan investor pada pendanaan untuk proyek-proyek yang telah ada. Lambatnya realisasi belanja pemerintah menjadi isu yang menjadi faktor negatif untuk emiten konstruksi BUMN. Namun sejauh ini dana APBN untuk sektor konstruksi selalu dinaikkan. Pada tahun ini pemerintah menaikkan anggaran untuk infrastruktur dari Rp 409 triliun menjadi Rp 410,7 triliun yang artinya naik tipis Rp 1,7 triliun. Hal ini membuat investor menjadi was-was bahwa megaproyek pemerintah terlalu dipaksakan tanpa adanya pendanaan yang baik. Meskipun demikian anggaran ini sudah termasuk sangat besar
APBN Infrastruktur 2012-2017
Semenjak Jokowi Memimpin Anggaran Infrastruktur Selalu Naik

2. Isu Negatif Cash Flow
Banyak emiten konstruksi BUMN yang mencatatkan kinerja positif namun investor merasa tidak peduli karena nyatanya cashflow dari operasi emiten konstruksi negatif. Contohnya saja Waskita Karya (WSKT) yang membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih sebesar 97% dan 138% dari periode 2016. Namun operating cashflownya tetap negatif Rp 5 triliun meskipun berkurang dari Rp 8,9 triliun pada periode yang lalu. Hal ini menyebabkan WSKT harus mencari pinjaman dana untuk menutupi kekurangan ini. WSKT mengalami negatif cashflow karena WSKT memiliki bisnis konstruksi dengan jenis turn key yaitu kontraktor harus menyelesaikan proyek terlebih dahulu sebelum mendapatkan pembayaran dari proyek. Hal ini menyebabkan WSKT harus menalangi dulu proyek yang dikerjakan sebelum menerima pembayaran. Seperi halnya WSKT, emiten konstruksi BUMN yang lain seperti PTPP, ADHI dan WIKA juga mengalami arus kas yang negatif dari operasi. Hal ini menjadi faktor utama yang menjadi sentimen negatif untuk sektor konstruksi.

3. Jumlah Utang yang Bertambah
Karena adanya negatif cashflow dalam maka emiten konstruksi BUMN harus mencari pendanaan yang agresif entah itu dari right issue atau dari pinjaman. Opsi pinjaman adalah hal yang sering dipakai oleh emiten konstruksi BUMN. Opsi ini lebih baik untuk dilakukan pada saat ini karena right issue sangat buruk dilakukan ketika harga sahamnya rendah. Selain itu right issue juga mengurangi nilai dari pemegang saham yang telah ada. Namun dengan menambah hutang maka emiten konstruksi akan memiliki kinerja yang semakin berat karena harus membayar beban bunga hutang yang semakin bertambah.

Namun kendati sektor konstruksi diterpa isu-isu negatif tersebut sektor konstruksi sudah sangat undervalue jika dilihat dari kinerjanya saat ini. Emiten-emiten konstruksi BUMN saat ini memiliki nilai PER dibawah 15 jika dilihat dari ekspektasi laba tahun 2017. Hal itu jauh dibawah kinerjanya yang mampu tumbuh secara double digit dan bahkan triple digit. Apalagi pemerintah masih berniat menggenjot sektor konstruksi di tahun 2018 dan jika Presiden Joko Widodo terpilih kembali maka akan terdapat peluang yang besar kembali pada sektor infrastruktur karena visi Joko Widodo yang memacu pertumbuhan infrastruktur. Selain itu sektor infrastruktur merupakan sektor yang sangat berkembang untuk negara yang berkembang khususnya Indonesia. Bahkan menurut data yang dihimpun Mandiri Sekuritas pemerintah membutuhkan dana sebesar Rp 5.500 triliun untuk pembangunan infrastruktur dalam 5 tahun kedepan. Oleh karena itu sektor infrastruktur masih cerah dan berpotensi bangkit di tahun 2018 nanti.

Kesimpulan:
Jatuhnya harga saham sektor konstruksi membuat para analyst mencari-cari kesalahan dari sektor ini yaitu isu-isu negatif yang membenarkan atau menyebabkan penurunan harga saham sektor konstruksi. Namun jika melihat dari kinerja perushaan konstruksi BUMN saat ini penurunan harga sahamnya menjadi peluang untuk membeli di harga yang murah.

Investasi Saham itu Halal atau Haram?

Banyak orang-orang yang masih meragukan atau meyakini bahwa berinvestasi terutama saham itu merupakan sebuah tindakan perjudian sehingga mereka mengatakan bahwa berinvestasi saham hukumnya adalah haram. Pergerakan saham yang fluktuatif naik turun dan sulit ditebak membuat adanya pemikiran seperti ini. Bila mau jujur memang berinvestasi di saham ini memang memiliki risiko yakni ketika harga saham turun. Judi juga sama, yakni memiliki risiko modal hilang jika kalah taruhan. Namun apakah anda sadar bahwa banyak kegiatan di kehidupan ini yang mengandung risiko? Setiap tindakan memiliki risiko yang ada dibaliknya. Oleh karena itu sebelum kita berpikir investasi saham itu halal atau haram mari kita melihat filosofi dari risiko yang ada di perjudian ataupun kegiatan lain di kehidupan ini.
Halal atau haram
Filosofi Risiko
Menurut Wikipedia, risiko adalah suatu bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, dimana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko sendiri terbagi menjadi 4 macam yaitu:

1. Risiko Murni (Pure Risk)
Risiko yang jika terjadi akan menimbulkan kerugian (loss) atau tidak menimbulkan kerugian (no loss/breakeven). 
Contohnya: pencurian, kecelakaan, atau kebakaran

2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
Risiko yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian (loss), tidak menimbulkan kerugian (no loss) atau malah mendatangkan keuntungan (gain). 
Contohnya: Perjudian, Kebijakan Moneter, Bisnis

3. Risiko Khusus (Particular)
Risiko yang jika terjadi dampaknya bersifat lokal, tidak menyeluruh atau non catastrophic. 
Contoh: tabrakan mobil, pesawat terbang jatuh, kapal kandas

4. Risiko Mendasar (Fundamental)
Risiko yang jika terjadi maka dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. 
Contoh: Perang, bencana alam

Dari bentuk bentuk risiko diatas dapat kita lihat bahwa sebenarnya setiap kegiatan kita memiliki risiko yang ada dibaliknya. Misalnya saja ketika kita mengemudi, kita memiliki risiko mengalami kecelakaan. Saat naik pesawat terbang kita memiliki risiko untuk jatuh, saat naik kapal kita memiliki risiko untuk tenggelam, instalasi listrik yang sudah lama di rumah bisa menyebabkan kebakaran jika terjadi konsleting listrik akibat kabel yang sudah rusak. Atau bahkan yang lebih simpel lagi yaitu ketika kita merokok dalam jangka panjang kita berisiko terkena penyakit, mencoba sebuah perlombaan berisiko kita gagal mendapatkan juara, menyindir teman secara sengaja berisiko merusak pertemanan. Sadar atau tidak sadar tindakan kita di kehidupan ini memiliki risiko dibaliknya dan yang paling penting dalam risiko adalah manajemen risiko untuk menghindari risiko itu terjadi.

Manajemen risiko merupakan suatu tindakan suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman pada suatu rangkaian aktivitas manusia. Setiap tindakan memiliki risiko tersendiri namun kita dapat meminimalisir risikonya. Sebenarnya kita juga telah melakukan manajemen risiko yang simpel di kehidupan sehari-hari. Berhati-hati saat menyeberang jalan, memasang sabuk pengaman saat mengemudikan mobil, menggunakan asuransi, memilih maskapai yang memiliki track record bagus, mempersiapkan diri sebelum lomba, berhati-hati saat berbicara merupakan beberapa contoh manajemen risiko yang simpel. Dengan adanya manajemen risiko maka probabilitas kita mengalami risiko tersebut akan berkurang namun risiko tetaplah ada. Misalnya saja anda sudah berhati-hati berjalan di jalan ditabrak oleh pengendara mobil yang mengantuk. Risiko-risiko seperti ini bisa terjadi namun setidaknya hal tersebut jarang terjadi jika kita melakukan manajemen risiko.

Risiko Spekulatif
Karena kita membahas investasi yang mendatangkan keuntungan maka kita masuk ke dalam risiko spekulatif yang sifatnya dapat mendatangkan keuntungan. Perjudian termasuk ke dalam risiko spekulatif yang asli karena tindakannya yang benar-benar asal menebak dan kehilangan modal secara instant. Jika anda berjudi ketika kalah anda akan kehilangan seluruh modal anda inilah mengapa judi sangat bersifat spekulasi. Hal itu berbeda dengan berbisnis atau berinvestasi, modal anda tidak langsung jatuh secara instan. Pada judi bola jika kita salah menebak pertandingan maka modal kita akan hilang di hari itu juga namun jika kita berinvestasi atau berbisnis modal kita tidak langsung hilang dalam sekejap. Tidak ada perusahaan yang memiliki nilai saham 1000 menjadi 0 dalam satu malam saja. Risiko spekulatif juga berarti kita melakukan spekulasi yang artinya menebak harga tanpa adanya acuan fundamental, hal itu berbeda ketika kita melakukan investasi atau value investing. Sama halnya dengan berbisnis value investing membeli saham karena nilai yang ada dibaliknya lebih murah daripada nilai yang terlihat secara langsung. Sehingga spekulasi sangat berbeda dengan investasi.
Dari penjelasan risiko kita dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap tindakan kita memiliki risiko dan dapat diminimalisasi dengan manajemen risiko dan investasi sangat berbeda dengan judi karena faktor spekulasinya. Selanjutnya kita akan melihat pandangan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang pendapat tentang investasi saham.

Pendapat MUI
Pada tanggal 8 Maret 2011 MUI menyatakan bahwa berinvestasi saham itu halal dan mengeluarkan fatwa 80/DSN-MUI/III/2011 tentang "Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek", anda bisa melihatnya disini. Hal itu mempertimbangkan bahwa pasar modal membangun perekonomian negara dan sama seperti bisnis memiliki risiko yang dapat diminimalisasi. Yang dilarang dalam perdagangan saham adalah short selling karena bersifat spekulasi dan tidak membangun nilai ekonomi. Short selling berharap nilai saham akan jatuh untuk mendapatkan keuntungan, hal ini sama saja mendapatkan keuntungan dari penderitaan orang lain yang terlihat sangat tidak baik. MUI sudah mengatakan halal dalam investasi saham masih ragu apalagi?

Hal yang Terjadi Jika Saham Haram
Jika investasi saham itu hukumnya haram maka akan terjadi hal-hal besar di seluruh perekonomian. Dosa dari saham akan menyebar kemana-mana karena setiap perusahaan memiliki saham dibalik nama Perseroan Terbatas yang ada di depannya tidak peduli itu perusahaan terbuka atau tertutup. Jika berdagang saham itu haram maka apa bedanya pada perusahaan yang mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli saham perusahaan tersebut di harga tertentu? Bagaimana dengan perusahaan yang mencari pendanaan dari menjual bagiannya (saham) kepada investor? Hal tersebut juga akan menjadi haram jika perdagangan saham termasuk haram. Akibatnya uang yang didapatkan dari investor untuk modal kerja menjadi haram dan digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang haram juga karena dari modal yang haram dan digunakan untuk menggaji karyawan (uang haram?). Berarti karyawan yang bekerja di perusahaan itu juga ikut berkontribusi dalam menciptakan uang haram juga. Hal itulah yang terjadi jika saham itu haram.

Kesimpulan:
MUI telah menyatakan bahwa berinvestasi saham itu halal dengan mengeluarkan fatwanya. Sejatinya semua tindakan yang kita lakukan memiliki risiko yang dapat kita minimalisasi dengan manajemen risiko. Investasi saham berbeda dengan judi karena judi itu murni spekulasi sedangkan investasi saham membeli nilai yang ada. Hal-hal buruk yang besar akan terjadi seperti ekonomi yang haram akan terjadi jika perdagangan saham itu haram karena perekonomian digerakkan oleh perusahaan dan dibalik perusahaan terdapat kepemilikan (saham).

Spekulasi Terbesar Dekade Ini: Bitcoin!

Dalam beberapa tahun terakhir khususnya di tahun 2017 ini pasti terdengar adanya investasi pada cryptocurrency yang salah satunya adalah Bitcoin. Harga bitcoin sudah naik secara gila-gilaan yang tadinya 10.000 bitcoin dapat membeli 2 buah pizza seharga $25 pada tahun 2010 kini nilainya sebesar $99 juta di tahun 2017! Kenaikannya sungguh fantastis dan terlihat bahwa tidak ada instrumen investasi lain yang dapat mengalahkan bitcoin dalam hal imbal hasil investasi. Bahkan di tahun ini bitcoin sudah naik lebih dari 1000%! Bitcoin layak mendapatkan investasi terbaik dalam satu dekade ini karena imbal hasilnya yang membuat orang-orang tergiur akan hasilnya.
Ilustrasi Bitcoin yang Mengalami Kenaikan Drastis

Sebelum melihat bitcoin sebagai instrumen spekulasi ada baiknya kita melihat bitcoin sebagai mata uang yang revolusioner. Bitcoin diklaim dapat menggantikan sistem perbankan yang telah ada karena sifatnya yang sangat privat (dapat menjaga privasi) dan tanpa adanya biaya transaksi. Hal itu akan jauh berbeda dengan perbankan yang meskipun menjaga privasi namun hal tersebut tidak total dan adanya biaya transaksi. Oleh karena itu para fanatik bitcoin mengklaim hal tersebut akan terwujud dan era perbankan akan segera punah digantikan oleh mata uang cryptocurrency. Bitcoin yang sifatnya anonymous dan terenkripsi dengan baik membuat pemerintah sulit melakukan regulasi terhadap mata uang ini dan hal inilah yang membuat cryptocurrency spesial dari instrumen investasi yang lain. Selain itu jumlah bitcoin ditaksir hanya berjumlah maksimal 21 juta bitcoin saja hal itulah yang menjadi pendongkrak harga bitcoin karena faktor suplai yang terbatas.

Namun kendati kenaikannya yang sangat fantastis, bitcoin tetaplah merupakan salah satu instrumen investasi yang sangat spekulatif. Artinya adalah orang-orang yang membeli bitcoin sebagai investasi hanya menebak-nebak harganya tanpa ada alasan yang kuat untuk menilai valuasinya secara real. Hal ini merupakan tindakan yang berbahaya karena bila kita tidak tahu apa yang kita beli dan faktor yang membuat instrumen tersebut naik maka kita juga tidak akan tahu faktor mengapa harganya bisa turun. Hal inilah yang menjadi contoh mengapa bitcoin merupakan salah satu investasi yang sangat spekulatif. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang membuat bitcoin merupakan instrumen yang spekulatif yaitu:

1. Founder yang Misterius
Pada tanggal 18 Agustus 2008 domain bitcoin.org teregistrasi. Pada bulan November di tahun yang sama seseorang yang menyebut dirinya Satoshi Nakamoto membuat sebuah paper berjudul Bitcoin: A Peer to Peer Electronic Cash System. Akhirnya pada Januari 2009 bitcoin software diluncurkan dan Satoshi Nakamoto merupakan penambang bitcoin pertama di dunia dengan menambang sebuah block bernama genesis block yang menghasilkan 50 bitcoin. Satoshi Nakamoto diperkirakan telah memiliki 1 juta bitcoin hasil dari menambang di awal-awal era bitcoin. Sekarang ini nilai 1 juta bitcoin senilai $9,9 miliar yang artinya jika Satoshi Nakamoto tidak pernah menjual bitcoinnya maka sekarang dia adalah billionaire. Satoshi Nakamoto menyerahkan pengelolaan bitcoin kepada Gavin Andresen sebelum menghilang total dari dunia bitcoin. Sampai sekarang sosok Satoshi Nakamoto tidak diketahui alias misterius, meskipun ada beberapa orang yang mengklaim tahu sosok Satoshi Nakamoto itu siapa.

2. Tidak Ada Valuasi
Banyak investor yang tidak tahu nilai real dari bitcoin itu sendiri. Bila kita berinvestasi saham maka akan terdapat rasio-rasio yang membuat harga saham tersebut terlihat mahal atau murah seperti PER (Price to Earning Ratio), PBV (Price to Book Value), DCF (Discounted Cash Flow), dll. Namun hal itu akan berbeda pada cryptocurrency, tidak ada valuasi apapun yang membenarkan harganya apakah wajar atau tidak. Bila kita membeli bitcoin maka kita berharap bahwa harganya akan naik dari nilai yang kita beli tanpa adanya alasan tertentu. Dulu bitcoin di harga $100/bitcoin terasa mahal karena kita membeli mata uang yang tidak terlihat, tapi harganya tetap saja naik menjadi $1000 yang artinya lebih mahal dan $9000 yang harganya dapat dibilang fantastis. Tidak ada yang menyangka bahwa bitcoin akan dihargai $10.000/bitcoin di awal-awal tahun 2010. Dan malah ketika harga bitcoin sudah naik secara besar besaran di tahun ini bitcoin menjadi sangat populer di dunia. Bisa saja bitcoin dihargai $20.000 namun apa yang membuat bitcoin yang tadinya hanya seharga permen bisa dibuat untuk membeli rumah hanya dalam jangka waktu 10 tahun? Tidak ada yang tahu valuasi bitcoin yang sesungguhnya namun saya tidak akan menjual rumah untuk membeli sebuah mata uang digital yang 10 tahun yang lalu hanya dihargai seperti permen.

3. Skenario yang Sama Dengan Bubble Dot Com
Bila anda telah mempelajari mengenai bubble dot com maka anda akan melihat bahwa cryptocurrency merupakan bubble yang sama. Dulu pada saat era bubble dot com di tahun 1990-an perusahaan-perusahaan teknologi bermunculan terutama yang berbasis website dot com. Saham-saham dot com naik puluhan persen dalam hari yang sama saat IPO tidak peduli prospeknya yang seperti apa, semua saham yang berakhiran .com akan naik secara besar besaran di hari perdananya. Tidak ada valuasi yang menjelaskan bahwa harga saham tersebut wajar atau tidak karena perusahaan dot com tidak memiliki laba bersih sehingga tidak ada PER untuk menilainya. Selain itu karena prospek IPO dot com yang sangat bagus maka banyak perusahaan dot com yang IPO dengan sukses tanpa adanya kinerja real yang bagus.Di tahun 2000 akhirnya bubble dot com pecah dan banyak perusahaan dot com yang bangkrut karena tidak ada business plan yang konkret. Begitu juga dengan cryptocurrency yang tidak bisa dinilai nilai realnya dan banyak bermunculan cryptocurrency yang baru seperti etherium, litecoin, bitcoin cash (huh?), litecoin, bytecoin (pakai y), monero, dash dan masih banyak cryptocurrency yang sukses naik tinggi. Begitu populernya cryptocurrency sebagai instrumen investasi sehingga banyak bermunculan cryptocurrency yang baru untuk menyaingi bitcoin. Namun hukum dasar pasar akan berjalan yaitu ketika suplai melebihi permintaan maka harga akan jatuh. Kini cryptocurrency merupakan bom waktu yang dapat meledak karena bubble.

4. Mirip Seperti Bubble-Bubble yang Pernah Terjadi di Masa Lampau
Mungkin anda belum mengerti mengenai bubble yang telah terjadi di dunia pada masa lampau namun sebenarnya bubble seperti bitcoin ini sudah pernah terjadi di masa lampau. Tulip Mania pada tahun 1619, South Sea Bubble di tahun 1719 dan dot com bubble di tahun 1994 merupakan contoh-contoh bubble yang pernah terjadi di dunia akibat tindakan spekulatif yang mendongkrak harganya sampai ke ujung langit atau bisa disebut Irrational Exuberance yang artinya investor sangat antusias dan mengerek harga ke level yang tidak ditopang oleh fundamental yang memadai. Tidak hanya investor sekarang ini banyak investor yang mengatakan bahwa cryptocurrency adalah instrumen investasi dengan prospek yang sangat baik. Kenaikan harga yang sangat tinggi telah menghapus keraguan akan cryptocurrency seperti halnya tulip mania di tahun 1619. Datang dari turki, tulip menjadi sangat populer di wilayah Eropa saat itu sebagai simbol status. Namun karena kenaikannya yang signifikan perdagangannya semakin spekulatif dengan future dan kontrak tanpa adanya pembelian barang secara langsung. Akibatnya banyak spekulan yang membeli kontrak tulip hanya untuk menjualnya di harga yang lebih tinggi. Banyak yang telah sadar bahwa mereka telah menjual aset berharga mereka hanya untuk membeli bunga dan terjadi penjualan secara panik dan besar-besaran. Harga tulip akhirnya turun drastis dalam waktu yang singkat dan banyak pedagang kaya yang merugi akibat bersepukasi di tulip. Sekarang kenaikan harga bitcoin sudah mendekati level tulip mania dengan kenaikan yang sangat drastis dalam waktu yang singkat.

Bitcoin bubble
Kenaikan Bitcoin Dibandingkan dengan Bubble di Masa Lampau

5. Irrational Exuberance dan Teori Greater Fool pada Cryptocurrency
Investor yang membeli bitcoin termasuk ke dalam spekulator karena mereka berspekulasi dengan harga bitcoin untuk menjualnya di harga yang lebih tinggi. Hal ini dimasukkan ke dalam kategori irrational exuberance karena harga bitcoin yang sudah naik sangat tinggi dan menimbulkan spekulasi. Ada yang bilang membeli bitcoin berarti berinvestasi pada uang masa depan dengan teknologi enkripsi yang tinggi dan bebas dari aturan pemerintah. Namun kenaikan bitcoin terlalu drastis yang tadinya 10.000 bitcoin hanya bisa untuk membeli 2 buah pizza kini mampu untuk membuat orang yang memilikinya menjadi jutawan dollar hanya dalam waktu beberapa tahun saja. Kebanyakan investor membeli bitcoin tidak mengerti nilai apa yang mereka beli dari bitcoin yang mereka lihat hanya pergerakan harganya saja. Mereka berpikir ini adalah investasi yang bagus tidak peduli mengerti atau tidak asalkan bisa menjual ke orang lain dengan harga yang lebih tinggi maka ini adalah investasi yang menguntungkan. Pemikiran ini termasuk ke dalam Greater Fool Theory yang berpikir investasi akan tetap menguntungkan walaupun membeli aset yang terlihat mahal namun bila dapat menjualnya dengan lebih mahal lagi ke orang lain maka investasi itu merupakan investasi yang bagus. Dua karakteristik ini sangat berbahaya dan penyebab terjadinya bubble dan endingnya sangat tidak menyenangkan dengan adanya market crash. Investor bitcoin memiliki dua karakteristik ini.

Kesimpulan:
Bitcoin sebagai salah satu mata uang cryptocurrency sudah naik secara drastis dalam satu dekade ini. Kendati diklaim sebagai mata uang masa depan yang revousioner namun kenaikannya yang sangat signifikan dan valuasinya yang sangat mahal serta tidak terdapat aset berwujud yang dapat mendukungnya Bitcoin merupakan bubble yang terjadi di masa modern ini. Bubble cryptocurrency bukan merupakan bubble yang pertama karena sudah ada bubble-bubble yang terjadi di masa lampau. Sejarah membuktikan bahwa secerdas dan semaju apapun peradaban manusia tidak akan terlepas dari siklus bubble ekonomi yang terus terjadi. Dengan rekor bitcoin yang menembus $10.000/bitcoin bukan menjadikan bitcoin semakin prospek malah menjadikan bitcoin semakin berisiko menjadi crash.