Banyak orang menganggap bahwa investasi saham hanyalah mitos, money game atau perjudian sehingga banyak yang menganggap bahwa investasi saham sangat berisiko, uang anda akan hilang dalam sekejap. Hal ini memang benar adanya jika anda tidak mempelajarinya terlebih dahulu dan berpikir jangka pendek. Faktanya adalah kebanyakan orang yang bertransaksi saham bermental seperti penjudi dan berspekulasi. Mereka membeli saham yang kemungkinan naik berdasarkan pergerakan harga dan menjual rugi ketika harganya turun, tentu saja jika terus-terusan seperti itu modal anda akan cepat habis. Itu karena sistemnya sudah salah di awal, membeli berdasarkan pergerakan harga. They think they can outsmart the market, in fact the stock market will always outsmart them.
Lain halnya di saham kebanyakan orang lebih pintar ketika berinvestasi di properti. Banyak orang yang menceritakan bagaimana mereka mendapatkan keuntungan yang besar dari berinvestasi properti lalu orang lain mengikutinya dan juga mendapatkan keuntungan. Lain halnya di saham ada orang yang berinvestasi di saham dan mendapatkan keuntungan lalu bercerita ke temannya yang ikut terjun membeli saham namun merugi. Semua itu karena sistem yang digunakan dalam investasi, jika menggunakan sistem investasi yang benar maka seorang investor akan mendapatkan keuntungan baik di saham maupun di properti. Fakta di lapangan bahwa investor akan lebih berpegang teguh pada sistem investasi di properti. Oleh karena itu di artikel ini akan dibahas bagaimana sistem investasi properti bisa diterapkan di saham:
1. Ketika Membeli Properti Orang-Orang Mengecek Keadaannya Sedangkan di Saham Tidak
Sebelum membeli rumah orang-orang pasti melakukan riset yang mendalam sebelum membelinya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Melihat rumahnya secara langsung lalu masuk kedalamnya dan mngecek apakah ada kerusakan di dalamnya atau biasa disebut inspeksi rumah. Atau membeli rumah yang belum jadi di developer yang bonafid dan terbukti telah berhasil mengembangkan properti. Tak ayal orang-orang bisa untung berinvestasi di properti sedangkan di saham tidak. Orang-orang tidak mempedulikan perusahaan yang ada dibalik kode sahamnya. Membaca laporan keuangan merupakan ujian terberat untuk investor namun itulah yang memang seharusnya dilakukan tapi orang-orang tidak ingin atau malas melakukannya. Tidak heran jika banyak orang yang frustrasi dengan kerugian sementara di saham karena mereka tidak tahu apa yang mereka beli.
2. Orang-Orang Mau Berinvestasi Jangka Panjang di Properti Sedangkan di Saham Tidak
Bila disuruh untuk berinvestasi di suatu saham dalam jangka waktu panjang yaitu tahunan maka akan banyak yang tidak mau namun jika mereka berinvestasi properti maka mereka akan mau menunggu bertahun-tahun untuk menunggu orang yang menawar lebih tinggi. Hal ini tidak mengherankan karena aset properti terlihat real atau asli, mereka dapat menggunakannya untuk tempat tinggal. Sedangkan di saham hanya kode dan harga yang terpampang di portfolio sehingga mereka menganggap bahwa saham hanyalah sebuah permainan saja. Perlu diingat bahwa saham adalah bukti kepemilikan perusahaan dan jika mau bisa dicetak dalam lembar kertas yaitu Warkat Saham yang bentuknya seperti sertifikat. Jadi ini bukanlah bisnis yang main-main karena ada perusahaan nyata dibaliknya.
3. Melihat Prospek dan Membandingkan Harga Properti Dengan Nilainya Sangat Diperimbangkan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa membeli properti harus dikaitkan dengan prospek kedepannya yaitu lokasi dimana properti itu berada dan keadaannya kedepan. Jika dibangun fasilitas umum di sekitar properti tersebut maka harganya akan naik karena prospeknya bagus dekat dengan fasilitas umum dan menjadi bernilai. Lalu mereka membandingkan harga properti dan dapat menarik kesimpulan mana properti yang murah dan mana yang terlihat kemahalan bukan dari harganya namun dari nilai dan prospeknya. Orang yang mampu melakukan hal tersebut di properti akan menjadi seorang yang gagal paham di investasi saham. Banyak yang berpikir bahwa pergerakan harga saham itu tidak ada kaitannya dengan perusahaan dibaliknya sehingga banyak yang berdagang saham di saham-saham yang tidak jelas hanya karena pergerakan sahamnya. Mereka tidak bisa membedakan mana harga dan mana nilai yang ada di suatu saham. Tindakan seperti inilah yang menyebabkan kerugian di pasar saham.
4. Investor Properti Senang Menerima Pembayaran Sewa Tiap Tahun, Tapi di Saham Dividen Dianggap Receh
Betapa bahagianya seorang investor properti yang mendapatkan penyewa untuk properti yang dimilikinya karena itu artinya akan ada pemasukan untuk dirinya. Namun di saham dividen dianggap hanyalah recehan kecil dibandingkan dengan capital gain yang di dapat. Orang yang berinvestasi properti dengan santai memegang propertinya dalam waktu tahunan dan menerima pendapatan sewanya setiap tahun. Tapi di saham orang-orang tidak sabar untuk menerima dividen yang dinilai terlalu kecil dibandingkan modalnya. Jelas kecil, modalnya saja juga kecil coba kalau modalnya setara dengan berinvestasi properti maka hasilnya juga akan terasa. Faktanya adalah pendapatan sewa pertahun itu berkisar antara 3%-10% dari harga propertinya tidaklah jauh berbeda dengan saham, banyak yang memberikan dividen yield dengan rentang tersebut malah ada yang lebih. Bedanya adalah anda tidak perlu capek-capek mengurus rumah karena di saham dividen itu bersih langsung masuk ke portfolio tanpa anda harus melakukan sesuatu sekalipun.
5. Orang-orang Tidak Menjual Ketika Ditawar Rendah, Sedangkan di Saham Cut Loss Sudah Biasa
Tidak ada yang mau menjual propertinya dalam keadaan rugi yaitu dibawah harga pembeliannya. Kalaupun ditawar rendah, orang akan menahan menjualnya di tahun itu dan berharap mendapatkan tawaran yang lebih baik di masa depan. Namun entah mengapa orang-orang merasa bersyukur untuk cut loss di saham dan banyak yang sering melakukan hal yang demikian. Cut loss di properti terlihat sangatlah bodoh namun di saham terlihat sangatlah bijak? Peraturan dasar seorang pedagang adalah beli murah dan jual di harga yang lebih tinggi atau mahal yang secara umum diterapkan di investasi properti namun orang-orang tidak menerapkannya di saham. Disini faktor emosi sangat mempengaruhi dan dalam investasi pengendalian emosi sangatlah penting.
Kesimpulan:
Itu adalah prinsip-prinsip dasar bagaimana orang-orang bisa sukses berinvestasi properti. Prinsip-prinsip tersebut seharusnya diterapkan di saham karena pada dasarnya kedua instrumen tersebut sama. Namun orang-orang lebih memegang prinsip tersebut ketika berinvestasi di properti mungkin karena wujudnya yang nyata dan tidak menerapkannya dalam investasi saham. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa banyak yang rugi bahkan bangkrut karena berinvestasi saham. Jadilah investor yang bijak!
0 komentar:
Post a Comment