Monday, August 29, 2016

BUMN KONSTRUKSI DAN TAX AMNESTY






JAKARTA, 30 Agustus 2016--Amnesti pajak tampaknya menjadi harapan bagi banyak pihak, termasuk emiten badan usaha milik negara (BUMN) konstruksi. Pemerintah juga menyuntik modal emiten kontraktor pelat merah sebesar Rp11,15 triliun.
Pendapatan empat BUMN karya hingga 2018 diproyeksi menembus Rp120,2 triliun. Perolehan pendapatan itu terbilang melonjak 134% bila dibandingkan dengan realisasi periode 2015 Rp51,38 triliun.
Proyeksi tersebut dituangkan dalam riset PT BCA Sekuritas yang dipublikasikan Jumat (26/8/2016). Laba bersih kontraktor pelat merah diproyeksi tumbuh 145% dari Rp2,87 triliun pada 2015 menjadi Rp7,07 triliun pada 2018.
Analis Michael Ramba mengatakan program amnesti pajak yang tengah digalangkan pemerintah, diproyeksi mendorong kinerja BUMN karya yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia.
Keempat BUMN karya itu a.l. PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Kode saham masing-masing emiten tersebut yakni ADHI, PTPP, WSKT, dan WIKA.
Michael mengungkapkan pembangunan infrastruktur di Indonesia telah kehilangan momentum dalam dua tahun terakhir. Tersendatnya pembangunan infrastruktur terjadi lantaran dana APBN yang terbatas, dan perlambatan ekonomi.
Setelah menjadi presiden, Joko Widodo berupaya untuk menggenjot sektor infrastruktur. Pemangkasan subsidi bahan bakar minyak (BBM), menjadi salah satu cara ekstrim Jokowi untuk menambah alokasi dana infrastruktur.
Upaya itu ternyata belum cukup. Presiden membesut langkah berikutnya, pengampunan pajak. Amnesti pajak tidak hanya menciptakan lebih banyak ruang pendapatan, tetapi juga melonggarkan likuiditas dari dana repatriasi.
Dari Rp1.000 triliun dana repatriasi dana yang ditargetkan, pemerintah berencana mengalokasikan setidaknya Rp300 triliun untuk BUMN. Prioritas utama diberikan kepada BUMN konstruksi, melalui berbagai instrumen, termasuk obligasi.
"Ini akan membuat lebih banyak likuiditas bagi BUMN konstruksi untuk mengajukan tender proyek-proyek infrastruktur raksasa," kata dia.
Menurutnya, sektor konstruksi di Indonesia diperkirakan mengalami pertumbuhan kontrak baru 28% CAGR periode 2015-2018, lebih tinggi dari CAGR 2011-2015 sebesar 19%. Lonjakan pertumbuhan itu didorong oleh gencarnya pemerintah dalam menggenjot proyek infrastruktur dalam tiga tahun ke depan.
Dalam  rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah berencana mengalokasikan dana infrastruktur hingga Rp5.519 triliun. Rencana itu tentu membuka peluang besar bagi kontraktor BUMN untuk mengejar perolehan kontrak baru.
Saat bersamaan, Michael menilai lebih positif terhadap keputusan pemerintah yang meningkatkan anggaran infrastruktur dalam RAPBN 2017 senilai Rp346,6 triliun. Anggaran itu memiliki porsi 17% dari total belanja pemerintah pada 2017.
Padahal, pada tahun ini, anggaran infrastruktur mencapai Rp313,5 triliun atau 15% dari total belanja. Pencairan dana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada paruh pertama tahun ini, yakni 26,7% dari 15,5% year-on-year, juga menunjukkan proses tender yang lebih cepat.
"Seharusnya menguntungkan bagi perusahaan konstruksi BUMN," tuturnya.
Di sisi permodalan, kontraktor pelat merah dalam dua tahun terakhir, terus disuntik oleh pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN). WIKA dan PTPP tahun ini bakal menggelar rights issue Rp10,5 triliun setelah mendapatkan restu suntikan modal.
Tahun lalu, WSKT dan ADHI telah lebih dulu menggelar rights issue dengan raihan dana Rp8 triliun. Duit hasil rights issue tidak hanya memperkuat struktur permodalan, tetapi juga meningkatkan leverage perseroan.
Bila dihitung dengan perbandingan 1:2, WIKA dan PTPP bakal mampu meningkatkan tambahan pinjaman hingga Rp21,8 triliun untuk kebutuhan pendanaan proyek. Kedua emiten konstruksi itu diproyeksi mampu berlari kencang untuk mengejar proyek-proyek berskala raksasa.
BCA Sekuritas meyakini pemerintah akan terus meningkatkan pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun ke depan. Persoalannya, kualitas infrastruktur di Indonesia masih di bawah negara-negara Asean, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Berdasarkan peringkat logistic performance index (LPI), posisi Indonesia berada pada urutan 63, jauh di bawah Singapura (5), Malaysia (32), dan Thailand (45). Buruknya infrastruktur membuat biaya logistik di sejumlah daerah menjadi lebih tinggi.
Bila dirinci berdasarkan proyek pemerintah, empat emiten konstruksi BUMN bakal kelimpahan keuntungan. Misalnya, proyek pembangunan jalan tol 1000 kilometer senilai Rp133 triliun berpotensi menguntungkan WSKT.
Kemudian, pembangunan megaproyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 35.000 Megawatt senilai Rp1.207 triliun diperkirakan akan menguntungkan WIKA dan PTPP.
Sementara, pembangunan 24 pelabuhan strategis senilai Rp243 triliun diproyeksi menguntungkan PTPP. Sedangkan, proyek kereta api cepat dan kereta ringan (light rapid transportation/LRT) senilai Rp109 triliun diproyeksi dikuasai oleh WIKA dan ADHI.
Terpisah, analis PT Daewoo Securities Indonesia Franky Rivan, menuturkan rencana penyuntikan modal bagi BUMN konstruksi diperkirakan bakal menguntungkan. Dari dana PMN senilai Rp40,3 triliun, sebanyak Rp10 triliun akan dialirkan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dan Rp4 triliun ke WIKA.
Dengan basis modal yang lebih besar, Franky yakin rencana PLN untuk membangun pembangkit listrik bakal bermanfaat bagi WIKA, dengan kontribusi pendapatan 20% berasal dari pembangunan power plant.
Dia memerkirakan, laba PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON), sebagai anak usaha WIKA, telah digenggam. Setelah proyek kereta api cepat yang dikantongi WIKA tentu membutuhkan betonprecast dari WTON.
"Target kontrak baru WTON mencapai Rp4,3 triliun tahun ini, termasuk proyek kereta api cepat pada 2016 yang mencapai Rp50 miliar-Rp100 miliar," tuturnya.
WTON diperkirakan mengantongi Rp7 triliun kontrak baru dari keseluruhan proyek kereta api cepat. WTON diperkirakan akan mendapatkan suntikan modal setelah induknya, WIKA mengantongi dana rights issue.
WIKA akan mengantongi dana PMN Rp4 triliun dan ditambahkan Rp2,1 triliun serapan rights issuedari publik. Daewoo memerkirakan eksekusi rights issue senilai Rp2.797 per lembar saham atau lebih rendah dari harga saat ini Rp3.250 per saham.
"Kami yakin akan ada penurunan harga saham potensial dalam jangka pendek," katanya.
Kendati demikian, pada jangka yang lebih panjang, dia menilai perseroan akan mampu memenuhi permintaan konstruksi yang lebih besar, seiring dengan kuatnya permodalan setelahrights issue.
Michael Ramba dari BCA Sekuritas menambahkan emiten BUMN konstruksi lainnya, WSKT berkonsentrasi pada pembangunan jalan tol. Saat ini, WSKT menjadi perusahaan jalan tol terbesar kedua di Indonesia, dengan kepemilikan 14 ruas dengan total 729,2 kilometer.
Melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road, perseroan agresif memperluas bisnis jalan tol. Rencana pemerintah dalam menggenjot pembangunan jalan tol akan menguntungkan WSKT.
Pemerintah sejauh ini berkomitmen untuk merampungkan proyek tol di seluruh Indonesia, termasuk Trans Jawa, Trans Sumatra, dan Trans Sulawesi. Dia yakin, proyek jalan tol akan menjadi pendorong utama kinerja WKST hingga beberapa tahun ke depan.
Rapat antara Komisi VI DPR dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pada Kamis (23/6) menyetujui usulan pemberian PMN kepada BUMN dalam Rancangan APBN Perubahan 2016.
Jumlah PMN yang disetujui oleh Komisi VI itu mencapai Rp44,38 triliun untuk 20 BUMN yang terdiri PMN tunai sebesar Rp28,25 triliun dan PMN non-tunai Rp16,12 triliun.
Bisnis.Com

0 komentar:

Post a Comment