Monday, August 29, 2016

MENAGIH JANJI GAS PANTAS UNTUK INDUSTRI






Detik.com, Jakarta -Menko Perekonomian Darmin Nasution, Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartato, Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso, dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto rapat membahas harga gas untuk industri sore ini.

Rapat berlangsung di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, sejak pukul 17.00 WIB sampai 19.00 WIB.

Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya masih melakukan kajian untuk dapat menurunkan harga gas untuk industri di dalam negeri yang saat ini rata-ratanya US$ 8-10/MMbtu.

"Sekarang sedang dilakukan pengkajian untuk kita bisa mendapat harga yang sebaik-baiknya," kata Dwi usai rapat di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (29/8/2016).

Dwi mengatakan, Pertamina sudah cukup efisien dalam kegiatan produksi gas bumi di hulu. Menurutnya, mahalnya harga gas di Indonesia bukan karena masalah di hulu. 

"Kita pasti berusaha seefisien mungkin di hulu. Kalau nggak efisien, nggak bisa berkembang," dia menuturkan.

Namun Dwi enggan membeberkan berapa sebenarnya rata-rata biaya produksi gas Pertamina di hulu. Ia hanya mengatakan bahwa biaya produksi beragam. "Beda-beda, tergantung cost of production," ucapnya. 

Pertamina belum dapat memastikan apakah harga gas untuk industri bisa diturunkan hingga menjadi di bawah US$ 5/MMbtu seperti keinginan Menteri Perindustrian. 

"Itu yang sedang dilakukan pengkajian. Pada kenyataannya kan berbeda-beda (harga gas) antara satu tempat dengan tempat lainnya," tukas Dwi. 

Rapat hari ini, sambungnya, belum menemukan solusi untuk menurunkan harga gas. Industri di dalam negeri masih harus menunggu dulu. 

"Belum ada hasilnya (rapat koordinasi), masih diskusi," tutupnya.

Sebagai informasi, harga gas di dalam negeri yang kelewat mahal dikeluhkan sejumlah pengusaha Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam pertemuan dengan Menteri Perindustrian Airlangga Hartato tadi pagi. 

Singapura, yang tak punya sumber gas bumi, harga gasnya justru bisa lebih murah ketimbang Indonesia. Padahal sebagian pasokan gas untuk Singapura diimpor dari Indonesia.

Harga gas industri di Indonesia menyentuh angka US$ 8-10 per Million Metric British Thermal Unit (MMbtu). Lebih mahal dibandingkan dengan harga gas industri di Singapura sekitar US$ 4-5 per MMbtu, Malaysia US$ 4,47 per MMbtu, Filipina US$ 5,43 per MMbtu, dan Vietnam sekitar US$ 7,5 per MMbtu.

Mahalnya harga gas ini membuat biaya energi di Indonesia jadi kurang efisien, barang yang diproduksi di Indonesia jadi lebih mahal. Industri di dalam negeri pun kesulitan untuk bersaing dengan industri dari negara-negara tetangga.
(hns/hns) 

0 komentar:

Post a Comment