A pessimist sees the difficulty in every opportunity; an optimist sees the opportunity in every difficulty. Winston Churchill
Bukan hanya tidak bersinggungan, tetapi sangat bertolak belakang sudut pandang antara yang optimis (positif) dengan pesismis (negatif). Sang pemikir positif selalu melihat harapan (peluang), sedangkan yang lain melihat hadangan (kesulitan). Bagi para pemikir negatif, peluang dan hal positif apapun tetap saja akan dinilai dan dikaji dari sudut pandang negatif, para pemikir negatif model begini pada akhirnya akan tertinggal bersama kekerdiran pola pikirnya. Sebagai contoh, jumlah investor saham di Singapura saat ini sebesar 35% dari total populasi penduduknya, sedangkan di Indonesia baru 0,2% (nol koma dua persen). Bagi pemikir negatif, mereka akan mentertawakan ketertinggalan Indonesia sembari menyanjung Singapura. Beda bagi para pemikir positif, mereka tidak akan mentertawakan bangsanya sendiri, karena dalam visinya melihat jelas Indonesia hebat dan Ihsg jangka panjang sangat potensial. Coba kita bayangkan, baru 0,2% saja nilai kapitalisasi pasar bursa saham Indonesia (IHSG) sudah hampir menyamai Singapura (STI), apalagi kalau pada saatnya nanti mencapai 35%. Bahkan tidak perlu sampai 35%, cukup dengan 5% saja sudah akan menjadikan IHSG vs STI seperti MACAN vs MEONG
0 komentar:
Post a Comment