Tuesday, January 28, 2014

SAHAM BINTANG 5 HARGA KAKI 5





29 Januari 2014, Katadata.Co.Id � Harga saham sejumlah emiten unggulan di Bursa Efek Indonesia berpotensi untuk meningkat. Ini terlihat dari valuasinya yang sudah lebih rendah dari indeks harga saham gabungan (IHSG).   Tim KatadataRiset melakukan analisis dengan membandingkan tingkat rasio harga saham terhadap laba (PE Ratio) serta pertumbuhan laba per saham (EPS) 20 emiten berkapitalisasi pasar terbesar. Sebanyak 12 emiten tercatat memiliki valuasi di bawah nilai wajar. Sebagai patokan nilai wajar, KatadataRiset mengacu pada PE Ratio Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 19,84 kali.   Sektor finansial merupakan salah satu yang kinerjanya kurang maksimal pada tahun lalu sehingga membuat harga saham emiten di sektor ini terkoreksi dan sudah di bawah harga valuasi nilai wajar. Hal ini terlihat dari rasio harga saham terhadap laba lima emiten sektor finansial, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI); PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA); PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI); dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) berada di bawah nilai wajar.   BBRI dan BBNI misalnya, PE Ratio keduanya sekitar 9,5 kali dari dengan pertumbuhan EPS selama lima tahun masing-masing 28 persen dan 26 persen. Sementara BMRI memiliki PE Ratio sebesar 11 kali dengan pertumbuhan EPS lima tahun 20 persen.   Begitu juga dengan BDMN yang memiliki PE Ratio 10 kali dan pertumbuhan EPS 20 persen. Adapun yang tertinggi di sektor ini adalah BBCA dengan PE Ratio 17,7 kali dengan pertumbuhan EPS sebesar 18 kali.   Sementara dua emiten semen, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), rasio harganya juga di bawah nilai wajar. Masing-masing memiliki PE Ratio sebesar 15,5 kali dengan pertumbuhan EPS lima tahun sebesar 15 persen dan 12 persen.   Di sisi lain, terdapat emiten yang valuasinya sudah sangat tinggi, terutama di sektor konsumer. Seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang rasio harga sahamnya sudah 40 kali dan pertumbuhan EPS 14,6 persen. Kemudian ada PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan PE Ratio 35,5 kali dan pertumbuhan EPS 20,8 persen.   Unilever merupakan perusahaan yang memiliki nilai kelangkaan karena memproduksi produk-produk konsumen yang dikonsumsi sehari-hari. Begitu pula dengan Kalbe Farma yang menuai untung seiring dengan mulai berlakunya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bidang kesehatan pada awal tahun ini.   Selain itu, saham-saham di sektor konsumer lain yang memiliki valuasi tinggi adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dengan PE Ratio 27 kali. Kemudian PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang masing-masing memiliki rasio harga 26 kali dan 23 kali.   Tingginya valuasi harga emiten di sektor konsumer tidak lepas dari kinerja sektor tersebut pada tahun lalu. Sektor ini tercatat tumbuh 13,8 persen, yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lain.


0 komentar:

Post a Comment