Sebelumnya saya telah menjelaskan mengenai perbedaan antara Negara Maju (Developed Country) dan Negara Berkembang (Developing Country) dalam sebuah artikel. Mempelajari karakteristik negara maju dan negara berkembang merupakan pengetahuan yang penting untuk menentukan langkah investasi. Sekilas pembaca artikel ini pasti akan bertanya, bagaimana bisa berinvestasi di negara maju kurang prospektif? Bukankah negara maju memiliki teknologi yang maju sehingga perkembangannya pesat? Disini saya akan membahas bahwa mengapa berinvestasi di negara maju kurang berprospek dalam jangka panjang kendati dari namanya negara maju memang lebih maju peradabannya.
Jika Ada Banyak Gedung Pencakar Langit Mau Dibangun Dimana Lagi? |
Negara maju merupakan negara yang sudah maju peradabannya dan ciri-cirinya sudah saya jabarkan dalam sebuah artikel. Pendapatan per kapita yang tinggi, teknologi canggih, infrastruktur yang sangat memadai, kesehatan yang terjamin serta teknologi yang canggih merupakan kehebatan dari negara maju. Memang jika dilihat dari kacamata sosial negara maju memang bisa dibilang nomor 1 dalam hal peradaban. Mayoritas investor juga memilih negara maju sebagai tempat untuk berinvestasi karena kemajuannya dan keamanannya. Namun sebenarnya dibalik kemajuan tersebut ternyata negara maju hanya besar dalam nilai ekonominya yang sekarang jika dibandingkan dengan negara berkembang namun tidak untuk laju pertumbuhan ekonominya. Dari data-data, jika dibandingkan dengan negara berkembang negara maju kendati memiliki nilai GDP yang besar namun pertumbuhan ekonomi atau GDPnya berjalan dengan lambat. Negara maju ibarat saham blue chip yang sudah kesulitan dalam bertumbuh.
Korelasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi
Dari tadi saya menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dengan imbal hasil investasi apakah itu penting? Investor saham kan hanya melihat ekonomi secara mikro bukan makro? Yang dilihat kan perusahaan bukan negara? Memang hal tersebut ada benarnya namun investor harus mengerti bahwa mencari perusahaan dengan pertumbuhan yang pesat akan lebih mudah dan banyak pada negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat juga. Saya telah melihat-lihat bahwa perusahaan-perusahaan di negara maju seperti Amerika Serikat ternyata memiliki pertumbuhan yang kurang fenomenal dan kebanyakan tumbuh di angka single digit. Sangat sulit menemukan perusahaan terbuka di Amerika Serikat yang memberikan pertumbuhan lebih dari 20% pertahun secara konsisten atau yang dinamakan oleh Peter Lynch sebagai fast grower. Ini sangat penting karena imbal hasil yang besar dalam jangka panjang ada di perusahaan fast grower. Sedangkan di Indonesia banyak pilihan saham yang memberikan perumbuhan high double digit bahkan triple digit. Di wallstreet saham dengan pertumbuhan ratusan persen sangat langka dan akan menjadi primadona, kalau di Indonesia masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu berinvestasi di negara yang mencetak pertumbuhan ekonomi lebih tinggi itu jauh lebih menguntungkan karena rata-rata perusahaan di negara terebut juga mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi juga. Lantas apa yang meyebabkan negara maju sulit untuk bertumbuh?
Negara Maju Seperti Perusahaan Besar yang Kehilangan Momentum Pertumbuhannya
Dulu negara maju merupakan negara berkembang yang pesat pertumbuhannya. Sama seperti perusahaan besar yang dulunya kecil, pertumbuhan terbesar ada di fase awal. Untuk mendapatkan hasil yang besar, investor harus berinvestasi pada perusahaan kecil yang berprospek untuk menjadi perusahaan besar. Negara maju sudah kehilangan momentum pertumbuhannya karena pertumbuhan besarnya ada pada puluhan tahun yang lalu. Contoh saja Jepang, setelah Perang Dunia II ekonomi Jepang porak poranda namun mampu kembali bangkit dan merangkak dari negara berkembang menjadi negara maju dalam waktu 50 tahun. Namun sekarang pertumbuhan ekonomi di Jepang sangatlah memprihatinkan, bagi Jepang tidak resesi saja sudah syukur karena negeri Sakura itu telah mengalami resesi berkepanjangan dalam 30 tahun terakhir. Negara-negara di Eropa juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang kecil, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat juga, jauh dari angka 5%. Sebenarnya mereka juga pernah mengalami perkembangan pesat namun di masa lalu.
Negara Maju Merupakan Penuntun ke Masa Depan ==> Bumerang
Ibarat ilmu negara maju merupakan dosen dan negara berkembang merupakan mahasiswanya. Mahasiswa hanya membutuhkan arahan dosen untuk menyerap ilmu baru sedangkan dosen harus menemukan ilmu baru jika ingin berkembang. Dalam teknologi juga demikian negara maju merupakan pemimpin teknologi sehingga harus menemukan teknologi baru untuk mendapatkan sumber pertumbuhan yang baru. Penemuan teknologi baru ini membutuhkan percobaan-percobaan yang kadang berhasil kadang juga tidak.
Efisiensi yang Maksimal ==> Bumerang
Ekonomi dan produktivitas negara maju sangat efisien dan berada di level maksimal berkat nilai SDM dan teknologi yang tinggi. Namun karena efisiensi yang maksimum ini negara maju harus mencari sumber lain untuk pertumbuhannya. Misalnya saja dibidang pertanian, negara berkembang menggunakan cara tradisional dengan tenaga para petani dan negara maju sudah menggunakan traktor dalam membajak sawah. Jika dilihat dari efisiensi maka negara maju lebih efisien. Namun ketika negara berkembang mengimplimentasikan teknologi traktor pada pertanian maka pertumbuhan produktifitas pertaniannya akan meningkat pesat lain halnya dengan negara maju yang ingin meningkatkan produksinya harus menggunakan teknologi yang lebih maju seperti pertanian dengan robot (robotic farming) misalnya dan itu membutuhkan penelitian dan nilai investasi yang besar.
Kesimpulan:
Berinvestasi di negara maju kurang prospektif secara jangka panjang karena pertumbuhan ekonominya yang rendah. Tahukah anda bahwa pakar ekonomi memperkirakan dalam 2 dekade yang akan datang Cina akan menyalip Amerika Serikat dari segi ekonomi yakni nilai GDP karena pertumbuhannya. Namun berinvestasi di negara maju juga ada keuntungannya yakni relatif stabil dan aman dibandingkan dengan negara berkembang yang relatif muda pemerintahannya dan banyak gejolak politik di dalamnya.
0 komentar:
Post a Comment