Di tahun 2017 induk dari Astra yaitu Astra International membukukan kinerja yang positif. Pendapatan ASII di tahun 2017 mencapai Rp 206,06 triliun atau meningkat sebesar 13,79% dibandingkan dengan pendapatan di tahun 2016 yang sebesar Rp 181,08 triliun. Laba bersihnya juga meningkat sebesar 24,5% dari Rp 15,16 triliun di tahun 2016 menjadi Rp 18,88 triliun di tahun 2017. Bisnis otomotif masih menjadi kontributor utama dalam laba bersih yang mencapai Rp 8,86 triliun sisanya dari segmen lain seperti alat berat, pertambangan, infrastruktur dan jasa keuangan yang bertumbuh.
Kendati sektor otomotif masih menjadi penyumbang utama dalam laba bersih namun ASII terus berupaya untuk melakukan diversifikasi agar tidak bergantung pada sektor ini. United Traktor (UNTR) anak usaha ASII merupakan kontributor kenaikan kinerja ASII di tahun 2017. Di tahun 2017 UNTR meraup laba bersih sebesar Rp 7,4 triliun atau naik 48% dari periode sebelumnya. Selain itu ASII juga masuk dalam sektor keuangan dengan Bank Permata (BNLI) sebagai anak usahanya. Kinerja BNLI semakin membaik dan mulai mencatatkan keuntungan sebesar Rp 748 miliar dibandingkan kerugian sebesar Rp 6,5 triliun pada tahun sebelumnya. Astra International juga melakukan diversifikasi ke agribisnis, properti, teknologi serta infrastruktur dan logistik. Saat ini ASII sedang mengembangkan bisnis non otomotifnya agar tidak bergantung pada segmen otomotif yang cenderung stagnan dan menurun. Di segmen otomotif ASII harus bersaing ketat dengan produsen otomotif lain yang mengeluarkan jenis otomotif yang baru melalui inovasi. Selain harus bersaing ketat, lesunya daya beli masyarakat juga memiliki dampak buruk pada segmen otomotif.
Blue Chip yang Masih Bertumbuh
Karena diversifikasinya ASII selamat dari segmen otomotif yang mengalami penurunan sehingga mampu mencatatkan kinerja yang positif di tahun 2017. Dibandingkan dengan blue chip lain yang mencatatkan kinerja single digit maka ASII bisa dibilang bagus karena mencatatkan kinerja double digit. Sangat jarang menemui blue chip yang memiliki pertumbuhan secara double digit seperti ASII. Selain itu ASII juga memberikan dividen yang konsisten setiap tahunnya dengan pay out ratio yang masih rasional sehingga masih ada ruang bertumbuh untuk kedepannya.
Valuasi dan Harga Saham
Dalam setahun terakhir saham ASII tidak begitu banyak bergerak karena memang kinerjanya dalam beberapa tahun terakhir kurang bagus dan harganya mahal jika dibandingkan dengan kinerjanya. Namun sekarang ASII memiliki kinerja yang bagus dan harga sahamnya di level 8200 merupakan angka yang normal untuk kinerjanya. Di harga 8200 saham ASII dihargai dengan PER sebesar 17,6 dan PBV sebesar 2,7. Hal itu masih normal mengingat ada blue chip yang dihargai dengan PER lebih dari 30 dan PBV lebih dari 4. Saham ASII layak untuk investasi jangka panjang sambil mengoleksi dividennya yang bertumbuh.
Kesimpulan:
Kendati statusnya sebagai blue chip, ASII masih membukukan kinerja yang baik. Diversifikasi bisnis menyelamatkan ASII dari sektor otomotif yang lesu dan meningkatkan kinerjanya. Saat ini saham ASII dihargai fair terhadap kinerjanya yang sekarang.
0 komentar:
Post a Comment