Siapa yang tidak kenal dengan nama Unilever, perusahaan ini memproduksi produk kebutuhan sehari-hari masyarakat (consumer goods). Nama-nama brandnya sudah sangat kuat di pasar dan selalu lebih laku dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Berinvestasi di sahamnya juga sangat menguntungkan karena dalam 10 tahun terakhir saham UNVR sudah naik sebesar 680%! Investor yang berinvestasi di saham UNVR dalam jangka panjang sudah menikmati hasilnya sekarang. Namun sekarang ini UNVR cenderung melambat dan berinvestasi di sahamnya kelihatannya tidak secerah 10 hingga 20 tahun yang lalu.
Kinerja yang Melambat (Slow Grower)
Dalam laporan keuangannya sepanjang tahun 2017 penjualan UNVR sebesar Rp 41,2 triliun angka ini hanya tumbuh tipis sebesar 2,87% jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar Rp 40,05 triliun. Laba bersihnya juga meningkat secara single digit yakni naik 9,6% dari Rp 5,9 triliun di tahun 2016 menjadi Rp 7,1 triliun di tahun 2017. Kinerja laba bersih yang lebih besar ini karena faktor efisiensi oleh manajemen UNVR, beban UNVR hanya meningkat sebesar 1-2% saja. Namun karena penjualannya yang tumbuh tipis maka laba bersihnya juga tidak bisa tumbuh dengan banyak. Walaupun hal ini mungkin disebabkan oleh daya beli masyarakat yang melemah namun sangat jelas bahwa UNVR tumbuh dengan lambat.
Perusahaan yang Sudah Sangat Besar
Bisnis Unilever di Indonesia bisa dibilang sangat besar dan menguasai pasar di setiap produk yang ada. Karena sudah berkembang dengan besar maka UNVR sudah kehabisan ruang untuk bertumbuh. Di pasta gigi ada brand Pepsodent, di produk sabun mandi ada Lifebuoy, di produk deodorant ada Rexona, di produk detergen ada Rinso dan semua brand tersebut sudah menguasai pasarnya masing-masing. Bukankah itu adalah hal yang bagus? Itu merupakan hal yang bagus jika industri tempat penguasaan pasar berkembang pesat namun jika tidak maka sumber pertumbuhannya akan terhenti. Industri home product dan consumer goods merupakan industri yang lama, kendati bertumbuh namun pertumbuhannya tidak sepesat dulu. Selain itu UNVR sudah menjadi perusahaan yang besar. Perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk sulit bertumbuh dengan besar.
Harga Saham dan Valuasinya
Kendati kinerjanya melambat namun harga sahamnya tumbuh cepat dan konsisten. Bahkan ketika terjadi krisis finansial di tahun 2008 saham UNVR merupakan salah satu saham yang memiliki kinerja baik karena harganya tidak ikut jatuh seperti kebanyakan saham yang ada di bursa. Hal itu karena UNVR memiliki produk yang disebut sebagai consumer defensive yang artinya produknya akan selalu dibutuhkan meskipun ekonomi sedang tidak bagus. Dalam 10 tahun terakhir harga saham UNVR telah naik lebih dari 680% namun hal itu tidak ditopang dengan kenaikan laba bersih yang setara bahkan dalam setahun terakhir harga sahamnya meningkat 27%. Akibatnya di harga yang sekarang yaitu 54000 UNVR dihargai dengan PER sebesar 58,8 dan PBV sebesar 79,6! Sungguh nilai tersebut tidak setara dengan pertumbuhan perusahaannya.
Kesimpulan:
Kinerja UNVR dalam beberapa tahun terakhir sudah melambat dan tidak seperti dulu lagi yang mencetak pertumbuhan double digit sekarang UNVR harus puas dengan pertumbuhan single digit. Peter Lynch menyebut perusahaan yang tumbuh secara single digit dengan sebutan slow grower dan UNVR masuk ke dalam kategori ini. Hal positif yang ada pada saham UNVR adalah saham ini kebal terhadap krisis karena sifat produknya yang tetap dibutuhkan setiap saat.
0 komentar:
Post a Comment