Baru-baru ini muncul berita resmi bahwa Grab sudah bersiap untuk meninggalkan pasar Indonesia. Tidak hanya Indonesia manajemen mengatakan manajemen juga berniat untuk hengkang dari pasar Asia Tenggara. Ini adalah hal yang sangat ironis mengingat Uber merupakan salah satu perintis moda transportasi online yang pertama di Indonesia sejak 2014. Memang saat ini persaingan sangat ketat untuk ketiga perusahaan ini. Apalagi Uber telat dalam berinovasi di pasar Indonesia yang sedikit unik yaitu banyaknya pengendara motor. Uber akhirnya menyerahkan pasar Asia Tenggara kepada Grab dengan penggantinya yaitu saham Grab sebesar 27,5% diberikan kepada Uber. Aplikasi Uber di Asia Tenggara hanya berlaku hingga 8 April 2018 selebihnya aplikasi tersebut sudah tidak dapat digunakan namun bisa di negara lain selain Asia Tenggara.
Uber Telat Masuk ke Bisnis Ojek |
Kompetisi yang Sengit
Dalam bersaing ketiga perusahaan yaitu Gojek, Grab dan Uber tidak main-main. Mereka banyak menghabiskan pendanaan dalam bentuk promosi-promosi untuk mendapatkan penumpang. Memang ini biasa dilakukan oleh perusahaan baru apalagi di industri baru seperti transportasi online. Tujuan utama dari promosi ini adalah untuk mendapatkan atau mencuri pelanggan dari transportasi yang telah ada. Cara ini mungkin terlihat efektif dengan banyaknya dan jumlah pelanggan yang meningkat pesat dalam beberapa tahun saja. Strategi ini juga efektif dalam mematikan mode transportasi umum seperti taksi atau ojek biasa yang bukan online. Namun strategi itu juga memiliki dua mata pedang yaitu membakar uang dan modal mereka. Kendati promosi-promosi saat ini sudah agak berkurang dan tidak seperti saat pertama kali aplikasi tersebut muncul namun hingga kini tarif dinilai masih murah dan terlihat disubsidi oleh perusahaan dan terbukti dengan perusahaan-perusahaan tersebut masih belum dapat menghasilkan keuntungan. Uber merasa bahwa pasar Asia Tenggara merupakan pasar yang sangat kompetitif dengan rival terbesarnya yaitu Grab yang berasal dari Singapura. Sedangkan di Indonesia sendiri Uber harus bersaing dengan Grab dan Gojek yang sudah mendominasi pasar transportasi online.
Posisi yang Lemah
Kendati merupakan perintis dalam transportasi online di tanah air namun pamor Uber saat ini kalah dengan Grab dan Gojek. Uber sangat telat dalam mengeluarkan fasilitas ojek online yang dimanfaatkan Gojek untuk masuk dan kemudian Grab. Padahal pangsa pasar transportasi di Indonesia didominasi oleh motor dan banyak pengemudi ojek online yang memakai jaket membuat brand menjadi kuat. Selain itu masyarakat Indonesia sangat berjiwa nasionalisme tinggi dengan memilih Gojek sebagai transportasi online pilihan karena dinilai merupakan produk yang dibuat anak bangsa dan ingin memajukannya. Disisi lain Uber juga harus bersaing dengan Grab yang gencar dalam memberikan promosi. Ikon hijau telah mewarnai kota besar di Indonesia dan ikon hitam tidak terlihat terkenal. Begitulah kira-kira posisi Uber di Indonesia.
Ingin Fokus ke Pasar India dan Brazil
Alasan lain hengkangnya Uber adalah ingin fokusnya manajemen pada pasar yang ada di India dan Brazil. Pangsa pasar India sangat besar dengan 1,3 miliar penduduk dan Brazil sebesar lebih dari 200 juta penduduk. Namun apakah itu hal yang tepat? Di India Uber harus bersaing dengan Ola yang merupakan aplikasi buatan lokal India seperti Gojek di Indonesia. Di Brazil Uber harus bersaing dengan kompetitornya yang bernama 99. Sebelumnya Uber juga harus hengkang dari pasar Rusia dengan menyerahkan bisnisnya pada Yandex. Persaingan bisnis transportasi online sangat ketat dan Uber terlihat kesusahan karena perbedaan budaya.
Pelajaran yang Dapat Dipetik
Bisnis start up kendati memiliki prospek yang bagus dan nilai pasar yang bertumbuh tidak akan bagus dan bernilai jika terjadi persaingan yang ketat dan malah menghancurkan pemain yang ada di dalamnya. Nilai pasar mungkin diproyeksi bertumbuh pesat dan nilainya besar di masa depan namun apabila para pemainnya berkompetisi secara tidak sehat maka tidak ada profit didalamnya. Seperti apa yang telah dikatakan oleh John Davison Rockefeller bahwa "Kompetisi adalah sebuah dosa".
Kesimpulan:
Uber yang hengkang dari pasar Asia Tenggara dan terutama Indonesia membuat kompetisi menjadi agak mereda. Kendati demikian kompetisi masih sengit dalam industri transportasi online ini. Perginya Uber memberi pelejaran bahwa besarnya kompetisi membuat sebuah bisnis tidak berjalan baik.
0 komentar:
Post a Comment