Akhir Februari ditutup dengan penurunan IHSG yang cukup besar yakni hingga -1,8%. Hal itu membuat sebuah peluang untuk membeli saham di harga yang lebih murah pada bulan Maret ini. Selain itu bulan Maret adalah bulan yang baik karena banyak perusahaan yang sudah mengeluarkan laporan tahun penuh 2017. Dengan melihat laporan keuangan full 2017 maka dapat dijadikan acuan untuk mengatur portofolio kita diawal tahun.
1. Acset Indonusa (ACST)
Kendati sudah naik lebih dari 10% di awal tahun 2018 namun saham ACST masih undervalue. Itu karena kinerja ACST di tahun 2017 sangat gemilang dengan pendapatan yang meningkat sebesar 68% dan laba bersih yang meningkat sebesar 125%. Kinerja ini dibarengi dengan peningkatan perolehan kontrak baru sebesar 33%. Di harga 2900 saham ACST dihargai dengan PER sebesar 13 dan PBV 1,5. Saham ACST memberikan dividen yield di harga 2900 sebesar 2%
Selengkapnya: Kinerja ACST Moncer di tahun 2017
2. Merck (MERK)
Kinerja Merck berpotensi naik double digit di tahun 2017. Dalam laporan keuangan Q3 2017 pendapatan MERK naik 11% dan laba bersihnya naik 20%. Dengan hasil ini manajemen optimis untuk dapat mencatatkan kinerja double digit. Dengan ekspektasi analis untuk laba bersih per saham MERK yang sebesar 450 maka MERK memiliki PER 17 dan PBV 5,7 kelihatannya mahal namun saham ini masih terlihat normal di PER 17 karena saham yang sejenis yaitu KLBF dihargai dengan PER 31. Saham MERK membagikan dividen Rp 275/lembar saham yang mencerminkan dividen yield sebesar 3,5% di harga 7800. Pergerakan saham MERK cenderung downtren dalam setahun terakhir yakni minus dan sahamnya kurang likuid. Namun saham ini masih layak untuk investasi mengingat Merck bergerak di bidang farmasi yang produknya selalu dibutuhkan masyarakat.
3. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM)
BJTM merupakan salah satu BPD yang royal dalam memberikan dividen. Di tahun 2017 BJTM membagikan dividen sebesar Rp 44/lembar yang mencerminkan dividen yield sebesar 6% di harga 720. Laba bersih BJTM di tahun 2017 meningkat sebesar 13%, namun sepertinya BJTM belum akan menaikkan dividennya di tahun 2018 dan jumlah dividennya tetap Rp 44/lembar. Kendati demikian dengan yield yang diatas deposito berinvestasi di saham BJTM lebih menarik dibandingkan deposito itu sendiri karena selain mendapatkan yield yang diatas bunga deposito, investor juga bisa mendapatkan capital gain dari kenaikan harga sahamnya. Dalam setahun terakhir saham BJTM telah naik 28%
4. BFI Finance (BFIN)
Kinerja BFIN yang cemerlang di tahun 2017 layak untuk diperhatikan. Laba bersih BFIN sepanjang tahun 2017 meningkat sebesar 49%. Di harga 830 BFIN mencerminkan PER sebesar 11 dan PBV 2,6. Nilai dividen BFIN selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di harga 830 BFIN memberikan dividen yield sebesar 4%. Kendati sudah naik 120% dalam setahun namun saham BFIN masih murah di harga yang sekarang.
Selengkapnya: Kinerja BFIN di Tahun 2017 Sesuai Ekspektasi
5. Waskita Beton Precast (WSBP)
Anak usaha Waskita Karya (WSKT) ini membukukan kinerja yang bagus di tahun 2017. Pendapatan meningkat 51% sedangkan laba bersih juga meningkat sebesar 58% sepanjang tahun 2017. Kendati demikian WSBP hanya dihargai dengan PER sebesar 12 dan PBV sebesar 1,6. Seperti ACST saham WSBP undervalue terhadap kinerjanya. Saham WSBP memberikan dividen yield sebesar 2,5% di harga 470. Kendati masih awal dalam memberikan dividen namun dividen WSBP memiliki potensi untuk tumbuh di masa depan megikuti kinerjanya.
Kesimpulan:
Lima saham tersebut merupakan saham dividen dan memiliki valuasi yang rendah dengan kinerja yang cukup baik di tahun 2018 sehingga selain memberikan dividen kelima saham tersebut juga dapat memberikan capital gain.
0 komentar:
Post a Comment